chapter 4

657 99 28
                                    

Gavya berjalan ke tempat es krim berada, beberapa saat dia menoleh ke belakang untuk melihat Sandya, tetapi pria itu tidak ada di belakangnya, mungkin pergi ke tempat lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavya berjalan ke tempat es krim berada, beberapa saat dia menoleh ke belakang untuk melihat Sandya, tetapi pria itu tidak ada di belakangnya, mungkin pergi ke tempat lain.

Gavya tak memperdulikan itu, dia segera membuka kulkas dan mencari es krim yang ia suka. Saat menemukannya, mata Gavya berbinar dan ingin mengambil es krim tersebut.

Akan tetapi, seseorang lebih cepat mengambilnya. Padahal es krim itu tinggal satu. Gavya mendongak, bibirnya cemberut karena es krim favoritnya sudah habis.

"Yah.." Gavya mendesah kecewa, jarinya bermain di atas kulkas yang berembun. Membuat pola abstrak di sana.

Pria yang mengambil es krim Gavya memiringkan kepalanya guna menatap Gavya, tiba-tiba dia mengulurkan es krim itu membuat Gavya menoleh. "Lo mau ini? Nih, ambil aja," ucapnya sambil tersenyum kecil.

Gavya melirik es krim tersebut kemudian menggelengkan kepalanya. "Kakak duluan tadi yang ambil, jadi buat kakak saja," balasnya dengan sedikit mendorong es krim itu.

Pria itu melebarkan senyumnya, tanpa izin Gavya, dia membuka tangan Gavya dan meletakkan es krim itu di atas telapak tangan Gavya.

"Buat Lo aja, nanti gue nyari di tempat lain." Perlahan senyum Gavya mengembang, dia merasa senang karena mendapat es krim favoritnya itu.

"Terima kasih kakak...." Ucapan gavya terhenti karena bingung. Dia tidak tahu nama pria di depannya ini.

"Atalla," ujar pria itu yang mengerti kebingungan Gavya.

Gavya mengangguk, lalu kembali mengucapkan terima kasih pada Atalla. "Terima kasih kak Atalla. Aku Gavya. Kak Atalla baik banget," ungkap Gavya membuat Atalla terkekeh pelan.

"Iya, soalnya harus ngalah sama bayi." Gavya membuka mulutnya. Tangannya berkacak pinggang siap mengomeli Atalla.

"Kak Atalla! Aku ini bukan bayi! Aku udah gede! Tinggi juga! Buktinya bisa jalan beli es krim," Pekiknya tak terima. Namun Atalla bukannya merasa takut, pria itu malah tertawa melihat tingkah Gavya.

"Kok malah ketawa? Aku lagi marah loh ini." Atalla berusaha meredakan tawanya, dia mengangkat sebelah tangannya agar Gavya berhenti mengomel.

"Iya, iya bukan bayi. Astaga, kenapa Lo lucu banget sih?" Gavya cemberut, dia bersedekap dada menatap Atalla yang terkekeh pelan.

"Udah ngga usah ngambek, buruan bayar es krimnya, nanti lumer loh. Ayo gue bayarin." Kemudian Atalla menarik tangan Gavya menuju kasir.

"Eh eh tidak usah, aku bawa uang kok," tolak Gavya yang merasa tak enak. Mereka baru saja kenalan, tetapi pria itu sudah mau membelikannya es krim.

"Ngga papa, itung-itung hadiah perkenalan. Mau nambah jajan lagi ngga? Biar sekalian." Gavya menggelengkan kepalanya, ini saja dia merasa tak enak, apalagi kalau nambah jajan? Malu-maluin!

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang