Gavya tersenyum senang hingga menampakkan deretan giginya yang rapi. Sekolah mulai sepi, tinggal beberapa siswa yang masih berada di sana. Gavya menunggu Reiga yang sedang mengurus sesuatu. Namun tiba-tiba hujan turun membasahi kota.
Gavya menjulurkan tangannya guna menangkap air yang turun. Hingga air itu terciprat ke wajahnya. "Hihihi, boleh hujan-hujanan tidak ya?" Gumamnya pada angin. Rasanya Gavya ingin berlari ke tengah halaman sekolah dan bermain hujan.
"Kak Reiga kayaknya masih lama, tidak masalah main hujan-hujanan sebentar," lanjutnya. Kemudian Gavya melepas tas dan sepatunya.
Perlahan kakinya menginjak paving yang sudah basah, dirinya segera berlari ke tengah lapangan dan menikmati setiap tetes hujan yang jatuh ke wajahnya. Seperti anak kecil yang sedang bermain di bawah hujan.
Gavya melompat di genangan air. Saat air itu terciprat, dirinya tertawa senang tanpa tahu seseorang sedang menatapnya dari lorong lantai tiga.
Sandya mengambil kamera yang selalu ia bawa kemana-mana, dia mengarahkannya pada Gavya yang masih asyik bermain hujan. Dirinya tersenyum kecil melihat ekspresi bahagia Gavya yang terekam dalam kameranya.
Dengan cermat, Sandya menekan tombol kamera, menangkap keceriaan dan kebebasan yang terpancar dari wajah Gavya.
Setelahnya dia kembali menyimpan kameranya, menumpu tangannya di pembatas lorong, guna menikmati momen yang ada di depannya.
"Astagaaa KALAAA!" Tubuh Gavya menegang saat mendengar suara yang menggelegar. Tanpa membalikkan badannya pun, Gavya tahu kalau itu suara sepupunya, Reiga.
Dengan perlahan, Gavya memutar badannya, menatap Reiga yang sedang berkacak pinggang di lorong sekolah. Wajah Reiga terpancar kekecewaan yang samar namun tetap disertai senyum misterius.
"Hehe, kak Reiga sudah selesai?" Tanya Gavya dengan basa-basi, meskipun dia tahu akan mendapat celaan dari pria itu.
"Anak nakal, siapa yang ngijinin main hujan hm?" Tanya Reiga dengan senyum horor yang mencuat. Gavya melihat ekspresi itu dan tanpa sadar menggigit ujung jarinya.
"Tidak ada yang ijinin, kan aku tidak minta ijin. Kak Reiga tidak mau ikut main juga?" balasnya sambil mengerjapkan matanya polos.
Reiga semakin melebarkan senyumnya, kepalanya mengangguk pelan menahan rasa kesalnya pada sepupunya itu.
"Masalahnya kalo Lo sakit, gue yang dimarahi mamah sama bunda Lo, Kala. Sini cepat! Kita pulang!" Seru Reiga, namun Gavya malah menggelengkan kepalanya.
"Tidak mau!" Balasnya dengan tegas sambil berlari menjauhi Reiga.
"Heh!"
"Tidak!" Reiga berdecak kesal, sepupunya ini sangat bandel ternyata.
Sementara di lorong lantai tiga, Sandya yang sedari tadi mengamati, terkekeh pelan melihat Gavya yang dimarahi oleh Reiga.
"KALA!" Pekik Reiga, tetapi Gavya tidak memperdulikannya, sibuk bermain genangan air sambil terkikik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intense Love
Fanfiction⛔JANGAN SALAH LAPAK!⛔ INI LAPAK BXB! Seorang laki-laki manis yang merasa kesal karena ciuman pertamanya dicuri oleh seorang pria asing. Saat dia pindah sekolah, kejutan mengejutkan datang ketika dia mengetahui bahwa orang yang mencuri first kissny...