Chapter 17

622 105 28
                                    

Sandya mengerutkan keningnya mendengar jawaban Gavya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sandya mengerutkan keningnya mendengar jawaban Gavya. Apa yang dia lakukan salah? Tetapi dia sudah mengikuti semua petunjuk yang diberikan Owen. Rasa kekecewaan dan kebingungan memenuhi hatinya.

Gavya masih memunggungi Sandya, jantungnya berdetak kencang. Saat ini, dia tidak berani menatap pria itu, merasa gugup dan terombang-ambing oleh perasaan yang tak menentu.

"Kenapa?" tanya Sandya penasaran, suaranya terdengar sedikit gemetar.

"Aku masih kesal karena kakak jelek curi first kiss aku" ujarnya dengan rasa kesal yang terasa jelas dalam suaranya. Sementara Sandya terkekeh pelan mendengarnya.

Sandya mendekati Gavya, dia menarik tangan Gavya hingga Gavya membalikkan badannya. Masih terkejut dengan tindakan Sandya yang tiba-tiba, Gavya semakin terkejut dengan gerakan selanjutnya dari pria itu.

Cup!

Mata Gavya membelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya mematung, terasa kaku, sementara ingatannya kembali pada saat bibirnya dicuri dalam first kiss-nya dulu. Gelombang emosi membanjiri pikirannya, dari kejutan hingga nostalgia yang tak terduga.

Sandya memejamkan matanya, memperdalam ciumannya dengan penuh hasrat dan kelembutan. Dia benar-benar merasakan setiap sentuhan bibir Gavya yang semerah cherry. Dalam momen itu, waktu terasa berhenti, dan mereka terikat dalam keintiman yang tak tergantikan.

Beberapa saat setelah Sandya mencium Gavya, dia lalu memundurkan tubuhnya untuk menatap pria manis yang masih mematung di hadapannya.

"Udah di balikin, jadi di terima nggak?" bisik Sandya dengan suara lembut, mencoba memecah keheningan. Gavya tersadar dari lamunannya, mengerjapkan matanya. Tangannya secara refleks memeluk leher Sandya, sementara wajahnya tersembunyi di ceruk leher pria itu.

"Maluuu," cicit Gavya dengan suara kecil, merasa malu dengan situasi yang terjadi. Sandya terkekeh pelan, menikmati reaksi lucu dari Gavya yang membuat hatinya meleleh.

Sandya memeluk Gavya dengan gemas, merasa bahagia dengan kehadiran pria itu. Senyuman manis tak pernah luntur dari bibirnya, meskipun sebenarnya dia jarang tersenyum.

"Udah di terima belum?" Tanya Sandya lagi, tetapi Gavya lagi-lagi menggelengkan kepalanya dengan malu-malu.

"Ya udah, sini cium lagi--" Sandya mencoba untuk mendekati Gavya dengan bibirnya, namun Gavya langsung menghentikannya.

"Iya, iya, udah terima! Jangan cium-cium terus, ish!" pekik Gavya dengan suara yang teredam, sambil mencoba menyembunyikan wajahnya yang merah padam. Meskipun demikian, dia tidak bisa menutupi kebahagiaan yang terpancar dari matanya.

"Beneran?" tanya Sandya dengan penuh harap.

"Uhm!"

"Tidak terpaksa?" Gavya menggelengkan kepalanya dengan tegas, menegaskan bahwa jawabannya adalah sungguh-sungguh.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang