Sandya dan Gavya keluar dari lift secara bersamaan. Gavya masih terlihat lemas, bahkan sepanjang perjalanan pun pria manis itu hanya terdiam.
Saat mereka tiba di depan pintu apartemen, Gavya membalikkan badannya. Matanya berkaca-kaca dengan bibir yang terkulai.
Sandya menatapnya dalam diam. Dalam hatinya, dia merasa lega karena Gavya mengetahui sifat asli Atalla lebih awal.
"Mau peluk," ujar Gavya sambil merentangkan kedua tangannya, kakinya melangkah kecil ke arah Sandya, lalu memeluk pria itu.
Awalnya Sandya merasa terkejut, namun perlahan ia membalas pelukan Gavya.
"Hiks, untung ada kakak jelek, kalo kak Reiga pasti aku udah dimarahi," ujarnya sambil sesenggukan.
Sandya menahan tawanya, bertanya-tanya apakah Gavya menangis karena Atalla atau karena takut Reiga akan memarahinya?
Gavya mengusakkan wajahnya di dada Sandya, merasa nyaman dalam pelukan pria itu. Hingga akhirnya, dia mengeratkan pelukannya untuk beberapa saat.
Gavya mendongak, menatap Sandya yang lebih tinggi darinya. "Kakak jelek, jangan bilang ke kak Reiga soal tadi," pinta Gavya, membuat Sandya terdiam.
Sandya memilih untuk menghapus air mata Gavya daripada menjawab permintaannya. "Masuk," ujarnya pada Gavya.
Gavya menghentakkan kakinya kesal, menggelengkan kepalanya, dan air mata kembali mengalir dari sudut matanya. "Hnggg, Jawab dulu hiks, kakak jelek mau aku dimarahi kak Reiga?"
Sandya menghela nafasnya pelan, lalu menganggukkan kepalanya. "Itu salahmu," ucapnya, membuat Gavya seketika melepaskan pelukannya.
"Kakak jelek sama aja! Tidak ada yang baik sama aku sekarang," gerutu Gavya sambil masuk ke dalam apartemen sambil membanting pintu.
Sandya menggelengkan kepala kecil, terkekeh pelan karena merasa gemas pada tingkah Gavya. Setelah masuk ke dalam apartemen, Sandya menghubungi Reiga untuk menemani Gavya. Sandya hanya tidak ingin ketakutannya terulang lagi.
***
Gavya duduk dengan menyilangkan kaki di atas sofa, kepalanya menunduk karena Reiga terus mengomelinya sedari tadi.
"Udah gue bilangin juga, jangan sama dia, tetap aja ngeyel!" dumel Reiga yang masih senantiasa mengomeli Gavya.
Setelah Sandya menelpon Reiga, pria itu segera meluncur ke apartemen Gavya secepat mungkin. Hingga kini sudah setengah jam lamanya, pria itu berbicara.
"Udah kakak! Kakak dari tadi ngomel-ngomel terus! Nanti mulutnya berbusa loh," seru Gavya yang merasakan telinganya panas.
"Ya makanya jadi orang tuh yang nurut, kalau gue bilang ngga baik ya emang ngga baik. Kecuali kalau gue nyuruh Lo buat tawuran, itu baru Lo boleh nolak," ucapnya semakin membuat Gavya cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intense Love
Fanfiction⛔JANGAN SALAH LAPAK!⛔ INI LAPAK BXB! Seorang laki-laki manis yang merasa kesal karena ciuman pertamanya dicuri oleh seorang pria asing. Saat dia pindah sekolah, kejutan mengejutkan datang ketika dia mengetahui bahwa orang yang mencuri first kissny...