Chapter 22

626 108 18
                                    

Gavya melambaikan tangannya dengan tersenyum senang saat melihat motor Sandya masuk ke dalam pekarangan rumah Reiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavya melambaikan tangannya dengan tersenyum senang saat melihat motor Sandya masuk ke dalam pekarangan rumah Reiga.

"Kakak jelek!" Gavya segera menghampiri Sandya ketika pria itu sedang melepas helmnya. Setelahnya dia mengacak gemas rambut Gavya.

Sementara Reiga yang sedari tadi menemani Gavya menunggu Sandya pun berdecak kesal melihatnya. "Masih pagi udah di kasih liat beginian aja," gumamnya sendiri.

Gavya tersenyum manis melihat pacarnya yang masih duduk di atas motornya. "Kakak jelek sudah sarapan?" Tanyanya yang di angguki oleh Sandya.

"Mohon maaf masih ada orang di sini," celetuk Reiga yang muak melihat Sandya dan Gavya asyik dengan dunianya sendiri.

Keduanya menoleh, menatap Reiga yang sudah duduk di atas motornya. Lalu Gavya berucap, "Aku kira kak Reiga sudah berangkat. Ya sudah sana kak Reiga berangkat duluan."

Reiga mendengus kesal, menyentil pelan kening Gavya sebelum dirinya memakai helm dan menjalankan motornya.

"KAKAK ISH!" Pekik Gavya namun Reiga tidak menghiraukan itu. Pria itu segera pergi dari sana sebelum mamahnya keluar dan memarahinya.

"Kenapa teriak-teriak Kala?" Seru Bryan yang keluar dari rumahnya bersama Intan.

"Kak Reiga pah, tadi sentil-sentil aku," adunya dengan bibir yang mengerucut.

Sandya tersenyum kecil, dia menghampiri orang tua Gavya dan menyalaminya. "Aku sama Kala mau berangkat dulu ya om, Tante," ucapnya berpamitan.

"Iya, hati-hati ya," ucap Bryan yang di angguki oleh Sandya.

"Kamu udah sarapan belum? Kalo belum, ayo sarapan dulu," ungkap Intan membuat Sandya menolaknya halus. "Udah Tante, tadi aku udah sarapan kok."

"KAKAK JELEK AYO BERANGKAT! NANTI GERBANGNYA DI TUTUP SAMA PAK SATPAM!" Teriak Gavya yang menunggu Sandya terlalu lama.

Sandya segera menghampiri Gavya yang cemberut, dia memakaikan helm yang di bawanya tadi pada kepala pria manis itu.

"Helmnya agak berat, untung leher aku kuat, kalo tidak pasti kepala aku udah putus," serunya dengan sedikit mendongak saat Sandya mengunci gesper helm tersebut.

"Ngaco kamu," seru Sandya membuat Gavya terkekeh pelan. Kemudian pria itu naik ke atas motornya terlebih dahulu sebelum membantu Gavya untuk naik juga.

Setelah Gavya duduk di belakang Sandya, pria manis itu segera memeluk perut Sandya. "AKU BERANGKAT YA PAH! BUNDA!" Seru Gavya yang di angguki oleh keduanya.

"HATI-HATI SAYANG!"

"SIAP!!" Gavya menunjukkan kedua jempolnya lalu kembali memeluk Sandya. Senyum manis tak pernah lepas dari bibirnya sedari tadi.

"Udah siap?" Tanya Sandya pada Gavya. Pria itu menutup kaca helm full facenya ssbelum menjalankan motornya.

"Sudah! Let's gooo!!" Seru Gavya semangat.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang