chapter 11

592 102 36
                                    

Brukk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Brukk!

Gavya mendongak saat merasa seseorang menabrak pundaknya dengan sengaja. Matanya memincing ketika melihat Atalla yang melakukan itu.

"Jalan masih lebar, ngapain nabrak-nabrak?" Tanya Gavya membuat Atalla terkekeh pelan. Lorong sekolah terasa sepi karena masih jam KBM.

"Kenapa? Emang sengaja," balas Atalla santai. Dia bersandar pada tembok pagar pembatas dengan bersedekap dada.

Gavya ingin pergi dari sana, menurutnya terlalu membuang-buang waktu mengurusi manusia satu ini.

"Nanti dulu dong, dulu Lo kejar-kejar gue, sampe minta pacaran sama gue. Kenapa sekarang ketemu gue aja ngga mau?" Seru Atalla membut langkah Gavya terhenti.

Gavya menoleh, menatap Atalla dengan kesal. "Karena aku tidak mau buang-buang waktu buat kakak. Dulu aku bodoh sampe suka sama kakak yang ternyata brengsek."

Atalla tak terima mendengar itu, dia mendekati Gavya dan mengintimidasi pria manis itu. "Lo!" Serunya dengan menunjuk wajah Gavya.

Tiba-tiba ada seseorang yang menarik lengan Gavya dan membawanya ke belakang tubuhnya. Pria itu menatap Atalla datar namun penuh peringatan.

Atalla berdecih kecil melihat Sandya yang melindungi Gavya. "Ngapain Lo? Ngga usah ikut campur urusan gue sama dia," ujar Atalla sambil menunjuk wajah Gavya.

Sandya tidak merespon apa-apa, namun hal itu semakin membuat Atalla kesal. "Urusin aja cewek gila Lo itu---"

Bug!

Tanpa menunggu lama, Sandya langsung memukul rahang Atalla hingga pria itu terjungkal. Emosi Sandya langsung naik ketika Atalla membahas perempuan itu.

Gavya membulatkan matanya, menutup bibirnya menggunakan telapak tangan karena merasa terkejut melihat Sandya yang memukul Atalla.

"Ngga usah bawa-bawa dia!" Tekan Sandya yang menatap Atalla tajam. Tanpa niat membantu pria itu untuk bangun dari jatuhnya.

Atalla menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Dia terkekeh pelan, lalu berusaha bangkit.

"Kenapa? Emang gila kan?" Cerca Atalla semakin memancing emosi Sandya.

Sandya ingin memukul Atalla lagi, tetapi Gavya segera menahan tangannya. "U-udah, kakak jelek nanti di panggil sama guru kalo berantem terus," cicit Gavya yang merasa takut pada Sandya.

Perlahan Sandya menurunkan tangannya, dia menatap Atalla tajam dan segera menarik Gavya untuk pergi dari sana.

Sandya membawa Gavya ke taman belakang sekolah. Dimana tempat itu sangat sepi dan jarang di kunjungi oleh siswa lain.

Sandya membalikkan badannya, menatap Gavya yang masih merasa takut padanya. Melihat itu, Sandya mengatur nafasnya untuk meredakan emosinya.

"Kala," panggil Sandya membuat Gavya mendongak. Tatapan takut masih terlihat di mata bulat pria manis itu.

Intense Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang