Sandya ingin mencium Gavya kembali. Baru saja bibir mereka hampir menempel, suara dering telepon membuat keduanya menoleh.
"Sebentar kakak, ada telepon," ujar Gavya sambil melepaskan rengkuhan Sandya untuk mengangkat panggilan itu.
Sandya berdecak kesal, dirinya duduk di tepi ranjang dengan wajah yang cemberut. Siapapun yang mengganggunya malam ini, dia akan membuat perhitungan! Batin Sandya meronta-ronta.
"Kakak, ini papah katanya mau ngomong," seru Gavya dengan memberikan ponselnya pada Sandya.
Sandya segera menarik ucapannya kembali. Dia mengambil ponsel tersebut dan pergi ke balkon untuk berbicara bersama mertuanya itu.
Tak berselang lama, Sandya sudah selesai mengobrol. Pria itu kembali masuk ke dalam kamar dan melihat Gavya yang sedang duduk bersila di atas kasur sambil bermain ponsel.
Sandya meneguk ludahnya kasar saat melihat paha mulus Gavya. Dengan langkah cepat dia menghampiri Gavya dan langsung menciumnya hingga Gavya terkejut.
"Ngghh..k-kakakhh!" Gavya berusaha mendorong bahu Sandya. Dirinya sampai terjatuh ke atas kasur karena serang Sandya yang terlalu tiba-tiba.
Sandya tak menghiraukan Gavya yang bergumam tak jelas. Dia menekan tengkuk Gavya untuk memperdalam ciuman mereka.
"Agghh!" Gavya mendesah saat Sandya meremas dadanya cukup kencang. Tangannya menahan tangan Sandya yang masih berada di dadanya.
"Mpphh!" Sandya memundurkan kepalanya saat merasa oksigen di antara mereka semakin menipis. Nafas mereka berderu dengan wajah yang memerah.
"Ishh! Bilang-bilang kalo mau nyium! Aku kaget tauu!" Gerutu Gavya namun Sandya hanya menatapnya dalam diam.
"Ahh!" Gavya kembali mendesah saat tangan Sandya sangat jahil meremas dadanya kembali.
"Jangan di remes, rasanya aneh," bisik Gavya membuat Sandya terkekeh pelan. "Aneh atau enak hm?" Bisik Sandya dengan menggesekkan ujung hidungnya.
"Tidak tau," balas Gavya memalingkan wajahnya karena merasa malu melihat Sandya.
Sandya kembali mendekatkan wajahnya. Dia mengecup leher Gavya hingga beberapa kecupan.
Desahan halus terdengar samar di telinga Sandya, setelahnya pria itu menyesap leher Gavya membuat Gavya memekik kesakitan.
"Aghhh! Sakit!!!!" Seru Gavya sambil memejamkan matanya. Tapi di sisi lain juga dia merasakan hal aneh yang baru kali ini dia merasakannya.
"Ughhh!" Gavya mulai melenguh saat rasa sakit itu berubah jadi nikmat, tangannya dengan otomatis mengalung di leher Sandya dan menekannya.
"L-lagii ahh jangan berhenti." Sandya memundurkan wajahnya saat merasa Gavya sudah di kuasai nafsu.
"Jangan berhenti kakak, lagi!!" Pinta Gavya pada Sandya.
Sandya kembali menyesap leher Gavya hingga tercipta tanda cintanya. Tangan yang awalnya meremas dada Gavya kini semakin turun dan berhenti tepat di selangkangan Gavya yang mengembung.
"Ahhh!" Gavya menyatukan kedua kakinya saat merasa Sandya meremas penisnya yang sudah menegang. Dirinya seperti tersengat listrik, dengan tangan yang semakin erat memeluk leher Sandya.
"Enak sayang? Sampe geter badannya," bisik Sandya tepat di telinga Gavya. Dia meniup daun telinga Gavya lalu melumatnya hingga desahan Gavya semakin keras.
"Nggghhhh, s-sakit," rengek Gavya membuat Sandya menatapnya. "Apanya yang sakit? Bilang ke aku?" Tanya Sandya sedikit khawatir.
Gavya yang awalnya memejamkan matanya pun kini membukanya, dia memegang tangan Sandya yang masih meremas penisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intense Love
Fanfiction⛔JANGAN SALAH LAPAK!⛔ INI LAPAK BXB! Seorang laki-laki manis yang merasa kesal karena ciuman pertamanya dicuri oleh seorang pria asing. Saat dia pindah sekolah, kejutan mengejutkan datang ketika dia mengetahui bahwa orang yang mencuri first kissny...