Saya tidak akan pernah lelah mengingatkan kalian untuk menekan vote sebelum membaca dan komen di setiap paragraf!
Happy reading!
~•~
"Ingatlah, sejauh apa pun kau berlari untuk membebaskan hidupmu, kau tidak akan terlepas dari rasa penyesalan dan kekecewaan."
—Valerio Asher Konan—
~•~
Aku memeluk lututku sambil bersandar pada pintu. Aku tak bisa menahan tangisanku lagi sehingga aku membiarkan air mataku meluruh. Dadaku juga begitu sakit ketika dengan sekuat tenaga aku menahan untuk tidak mengeluarkan suara.
Apakah yang aku lakukan dan katakan tadi itu berlebihan? Tapi siapa yang mau diperlakukan tak senonoh oleh orang lain? Jika bukan suamiku, sudah pasti aku akan melapor pada polisi atas tuduhan pelecehan. Dan lagi, aku tidak terima ketika Valerio selalu memandangku rendah. Apa hanya karena dia mempunyai kuasa? Ya Tuhan, haruskah hidupku berakhir seperti ini? Kenapa aku harus menikah dengan pria yang tidak aku cintai dan tidak mencintaiku? Ini sangat menyakitkan bagiku. Aku hanyalah seorang gadis yang masih berusia 18 tahun. Kenapa harus di suruh memikirkan sebuah rumah tangga?
Brengsek.
Jika aku terus merenung dan menangis seperti ini aku malah terlihat seperti gadis lemah dan aku tidak suka terlihat lemah di mata orang lain. Dengan kasar aku menghapus air mataku lalu bangkit berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahku. Pria sialan. Memangnya siapa dia? Kenapa aku harus menangisinya? Akan kutunjukkan bahwa aku sungguhan gadis keras kepala yang suka membangkang.
Aku keluar dari kamar mandi setelah memastikan bahwa aku tidak terlihat sudah menangis karena aku tidak ingin Valerio melihatnya. Meski hatiku masih terasa sakit, tapi aku tak peduli. Aku harus terbiasa dengan rasa sakit ini karena mungkin saja ke depannya akan banyak rasa sakit yang akan aku terima.
Saat hendak naik ke atas ranjang, aku dapat mendengar pintu terbuka dan sudah pasti itu adalah Valerio. Tak ingin melihatnya, aku langsung merebahkan tubuhku dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Tapi jantungku berdegup dengan kencang saat aku merasakan dia juga berbaring di belakangku. Aku menggigit bibir dalamku saat keheningan mengudara diantara kami. Satu hal yang aku pikirkan sekarang adalah, apakah dia akan meminta maaf atau membahas kejadian di bawah tadi? Sejujurnya aku tidak mengharapkan itu darinya. Tapi setidaknya tunjukkan bahwa dia bukan pria pengecut yang hanya bisa menyakiti hati seorang gadis saja.
"Kau sudah bisa pergi kuliah besok."
Aku meremas selimut saat dia berbicara. Entah harus apa yang aku katakan untuk membalasnya. Lagi pula aku tidak ingin mengobrol dengannya sekarang. Aku masih menyimpan dendam. Tapi jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku merasa senang karena aku bisa pergi kuliah besok. Setidaknya aku mempunyai pekerjaan dan bisa berjauhan dengan pria itu.
"Aku akan menyuruh Thomas mengantarmu dan menunggumu sampai pulang."
Aku masih diam dan mendengarkannya. Sejujurnya aku merasa deg-degan karena aku takut hari pertama kuliahku buruk. Apalagi Universitas yang menjadi tempatku belajar bukan Universitas biasa.
"Aku juga menempatkanmu di fakultas yang kau inginkan."
Aku tetap diam sambil mencoba memejamkan mataku karena aku ingin segera tidur dan tidak mendengarnya lagi bicara. Tapi aku dibuat bingung olehnya. Apa maksudnya? Dia mendaftarkanku di fakultas yang aku inginkan? Memangnya dia tahu apa, huh? Sok tahu sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE YOU
Romance⚠️Mature Content, No Minor⚠️ Menikah di usia muda setelah lulus SHS tidak pernah terbayang dalam pikiran Lavender, bahkan menikah tidak pernah ada dalam buku kehidupannya. Namun ternyata takdir berkata lain, dimana dia harus terlibat dengan bisnis a...