Jangan lupa vote sebelum membaca dan komen di setiap paragraf!
Happy reading!
~•~
"Kau telah menikah denganku dan jauh darinya. Itu artinya aku adalah tempat pelarianmu, bukan?"
—Valerio Asher Konan—
~•~
Beberapa jam terbang di udara, akhirnya kami sampai di München, Jerman. Seperti yang Valerio katakan bahwa kami akan tinggal di sini. Rasanya aku ingin menjerit ketika aku tak terima bahwa aku telah meninggalkan Ibu di Manhattan dengan Ayah. Aku takut jika Ayah melakukan hal buruk pada Ibu dan takut juga jika dia tidak mengurus Ibu yang berada di rumah sakit. Sungguh, aku ingin melarikan diri, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa.
"Aku sudah menyuruh beberapa orangku dan menempatkan satu suster untuk menjaga Ibumu di sana. Jadi, jangan khawatir. Jika dia mati, pasti akan ada yang menghubungimu."
Aku melebarkan mataku terkejut saat mendengar omongan enteng pria brengsek ini. Seenaknya dia mendoakan Ibuku mati?!
"Kenapa kau berkata seperti itu? Kau mendoakan Ibuku mati?" geramku sambil menatapnya.
"Aku tidak mendoakannya. Aku hanya memberitahumu bahwa kau tidak perlu khawatir tentang Ibumu."
"Tapi, dari banyaknya kata, kenapa kau berkata seolah kau mendoakannya?"
"Hanya orang gila yang berani mendoakan Ibu mertuanya mati."
Dan kau termasuk orang gila! Jika tidak gila pasti kau tidak akan menerima pernikahan ini. Jeritku dalam hati. Entah sudah berapa besar dosaku karena terus memaki suami sendiri. Tapi aku tak peduli.
Aku hanya diam saja dengan perasaanku yang masih geram. Pandanganku beralih menatap keluar kaca mobil yang sedang melaju. Meski aku marah, tapi aku juga berterima kasih padanya karena telah menempatkan orangnya untuk menjaga Ibuku. Aku tidak akan berkata terima kasih padanya secara langsung karena pasti dia akan meminta imbalan padaku. Bukannya tidak ingin, hanya saja aku mencoba tidak terbodohi oleh rencana yang mungkin sedang dia mainkan.
Beberapa menit perjalanan akhirnya mobil terhenti di depan rumah besar nan mewah. Saking mewahnya aku sampai menganga tak pernah bahwa ada bangunan sebesar ini. Aku memang selalu melihat bangunan-bangunan besar, tapi masalahnya rumah ini terlalu besar dan mewahnya seperti istana. Oh jangan lupakan beberapa pengawal yang ada di sana dengan setelan rapinya. Ini membuatku yakin bahwa Valerio benar-benar seorang CEO besar. Hah, aku tidak peduli dengan jabatannya atau rumahnya ini sekarang. Karena lagi-lagi aku merasa sakit hati saat teringat Ibuku di sana. Dan Ayahku, sedang apakah dia? Apakah sedang bersenang-senang karena telah mendapatkan apa yang diinginkannya setelah mengorbankan anaknya? Ayah macam apa dia itu?
"Apakah ini rumahmu?" tanyaku saat kami sudah keluar dari mobil dan dia berdiri di sampingku.
"Rumah kita," jawabnya yang membuatku langsung menatapnya. "Aku menyiapkan rumah ini untuk kita."
Aku memicingkan mataku, tak mengerti dengan perkataannya. Maksudku, kenapa dia repot-repot menyiapkan rumah untuk aku dan dia? Padahal pernikahan ini tak lebih dari pernikahan bisnis. Bisa saja kami membeli apartemen yang lebih praktis dari rumah besar bak istana ini, bukan?
"Apa hanya kita berdua yang menempatinya? Maksudku, selain maid dan pengawalmu, apakah ada keluargamu yang tinggal di rumah ini juga?"
"Tidak, hanya kita berdua. Tapi keluargaku juga tinggal di München jika kau ingin berkunjung ke rumah mereka."
![](https://img.wattpad.com/cover/367000441-288-k995320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE YOU
Romance⚠️Mature Content, No Minor⚠️ Menikah di usia muda setelah lulus SHS tidak pernah terbayang dalam pikiran Lavender, bahkan menikah tidak pernah ada dalam buku kehidupannya. Namun ternyata takdir berkata lain, dimana dia harus terlibat dengan bisnis a...