77. Stress Berujung Maut ✓

48 6 2
                                    

Lily dibuat gelisah karena ketiga adiknya itu tak kunjung terlihat dan mengirimkan kabar kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lily dibuat gelisah karena ketiga adiknya itu tak kunjung terlihat dan mengirimkan kabar kepadanya. Gadis itu sangat khawatir, apalagi dengan keadaan Bae karena gadis itu sempat kabur dari rumah menuju makam Jiwoo.

Kini, gadis itu tengah menggigit jarinya gugup. Kaki kanannya bergetar pelan, menandakan bahwa gadis itu benar-benar gugup bukan main.

Demamnya tak kunjung reda. Mungkin karena terlalu stress membuat kondisi tubuhnya menjadi tidak stabil.

Lily memejamkan matanya sejenak tatkala rasa pening itu kembali menyerang kepalanya. Gadis itu memegang kepalanya sambil meringis sedikit.

“Lily, kenapa??” Bangchan datang menghampiri gadis itu dengan raut wajah panik.

Lily menggeleng, “Kak...”

Gambaran sebuah kecelakaan mobil tiba-tiba terlintas di benaknya.

BRAK!

Lily membuka matanya dengan nafas terengah-engah.

“K-Kak, aku harus mencari mereka...”

Bangchan menggeleng, “Tidak, Lily! Kau masih demam, bahkan suhu tubuhmu masih sangat panas”

Lily menatap Bangchan lirih, “Kak, kumohon...”

Bangchan mendecak sejenak. Pemuda itu mana bisa menolak permintaan gadis di depannya ini.

“Baiklah, tapi aku antar”

Lily mengangguk cepat, “Terimakasih, kak...”

***

Sullyoon dan Jinni dibuat pening tatkala mereka tak menemukan Bae di makam Jiwoo. Bagaimana bisa gadis itu menghilang dengan cepat, padahal Sullyoon dan Jinni belum lama meninggalkannya.

“Yoona, sekarang bagaimana??” Pekikan Jinni tertahan, ia terdengar panik sekali.

Sullyoon mendecak dengan raut wajah khawatir, “Astaga, aku tidak tahu. Kita saja tidak tahu dia pergi kemana!”

Jinni mengusap wajahnya gusar, Sullyoon mengelus bahu Jinni guna menenangkan gadis itu.

“Hei, tenang saja. Aku akan bantu kau cari dia”

“Aku takut terjadi sesuatu dengannya, Yoona...” Lirih Jinni, mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

Sullyoon mengelus kepala gadis itu, “Ayo cari Bae, jangan menangis”

Sullyoon menarik tangan Jinni menuju parkiran mobil. Kali ini Sullyoon yang akan menyetir, sementara Jinni yang akan mencari informasi tentang gadis itu.

Sementara itu, seseorang mendengar perbincangan antara Sullyoon dan Jinni dari balik pohon besar. Orang itu tersenyum miring, ia mengeluarkan ponselnya dan kembali mendial nomor seseorang.

°𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐣𝐮𝐡 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang