82. Surat Wasiat ✓

35 5 1
                                    

“Jinni sudah siuman”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jinni sudah siuman”

Sullyoon bernafas lega tatkala Lily menelfonnya di pagi buta untuk memberikan kabar baik kepadanya. Jinni sudah siuman, sebentar lagi dirinya akan bertemu sahabatnya kembali.

“Syukurlah. Kakak dimana, sekarang?”

“Di jalan, menuju rumah sakit”

Sullyoon melirik jam dinding, dimana jarum jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi.

“Aku akan datang Jam 6, nanti”

“Aku akan membelikan kau bubur, nanti. Jangan sarapan dulu, ya”

“Hng, terimakasih kak”

“Sama-sama. Ku tutup dulu, ya”

Sullyoon menjauhkan ponselnya dari telinganya, gadis itu tersenyum tipis setelah panggilan dimatikan oleh Lily. Kini dirinya harus bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit.

Namun, saat Sullyoon berjalan menuju kamar mandi, rasanya ia ingin sekali untuk mengeluarkan isi perutnya yang bergejolak. Entah apa alasannya, dirinya benar-benar mual.

Sullyoon berlari ke kamar mandi, memuntahkan isi perutnya di wastafel. Namun, yang keluar dari sana hanyalah air, bukan makanan.

Sekitar 5 menit, Sullyoon memuntahkan air dari perutnya. Dan kini gadis itu benar-benar lemas sekali. Ia menyalakan keran dan mengusap wajahnya gusar dengan air keran.

“Astaga, kenapa aku mual sekali? Padahal aku tidak makan berlebihan, kemarin”

Sullyoon kembali menyentuh perutnya, “Tapi, aku lapar sekali. Tunggu, ini sangat aneh...”

Sullyoon menggeleng guna menghilangkan perasaan buruk di pikirannya. Gadis itu memilih untuk membersihkan tubuh daripada memikirkan yang aneh-aneh.

***

Sesampainya di Rumah Sakit, Sullyoon dapat melihat jelas Lily berada di kamar inap Jinni lewat celah pintu yang terbuka. Tatkala ingin memasuki ruangan tersebut, seseorang datang dan menggenggam tangannya sehingga gadis itu sedikit terhuyung.

“Heiㅡtunggu, kau Kang Haerin, kan??”

Kang Haerin. Gadis dengan mata kucing itu mengangguk dan memberikan sepucuk surat kepada Sullyoon. Tentu saja, gadis itu mengerut heran tatkala Haerin memberikan surat tersebut kepadanya.

“Ehㅡsurat apa ini?”

Haerin tersenyum tipis, “Tolong baca ini bersama Kak Lily, seharusnya bersama Kak Jinni juga. Dari Kyujin, sebelum ia pergi”

Sullyoon membulatkan matanya, “Kyujin?? Sejak kapan?”

“Saat aku, Eunchae, dan Hyunseo berkunjung ke rumah Kak Lily untuk menjenguk Kyujin yang terakhir kalinya” Balas Haerin.

°𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐣𝐮𝐡 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang