42. Lily dan Rasa Syukurnya ✓

76 6 0
                                    

Kyujin tengah duduk diatas ranjang dengan banyak buku yang tengah ia baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kyujin tengah duduk diatas ranjang dengan banyak buku yang tengah ia baca. Gadis itu juga menulis beberapa soal ujian yang akan dihadapinya nanti. Meskipun tengah sakit dan diinfus, ia tak mungkin melupakan janjinya untuk memenangkan Olimpiade itu.

Jiwoo memasuki kamar dan melihat Kyujin sendirian disana. Ia tak melihat Lily sejak pagi tadi, ia jadi khawatir sendiri mengingat bahwa kondisi Lily belum begitu pulih semenjak kejadian kemarin.

“Hei, Kyu”

Kyujin menoleh dan tersenyum kecil, ia menaruh pulpennya dan menggeser posisinya agar Jiwoo bisa duduk disampingnya.

“Sini, duduk disampingku”

Jiwoo menurut, gadis itu menaiki ranjang Kyujin dan duduk diatasnya berdua.

“Kau melihat Kak Lily?”

Kyujin menggeleng, “Aku tidak melihatnya dari kemarin. Padahal setelah Kak Lily ditemukan, aku ingin sekali menemuinya” Nada suara Kyujin berubah menjadi sendu.

“Kak Lily baik-baik saja, Kyujin. Jangan khawatir, dia gadis yang kuat”

“Kau sudah melihatnya?” Tanya Kyujin.

Jiwoo mengangguk, “Semalam aku melihat dia disini setelah kau tidur, lalu setelah itu dia pergi keluar kamar dan pindah ke kamar lain. Tentunya kamar Pamannya, dan Kak Lily menyuruhku untuk tidur denganmu semalam”

Kyujin menghela nafasnya panjang, ia benar-benar ingin bertemu Lily dan menanyakan kabar gadis itu tentang perihal kemarin.

“Tapi dia baik-baik saja, kan?”

Jiwoo tersenyum dan mengangguk, “Sangat baik!”

Kyujin mulai tersenyum kecil, “Terimakasih sudah menemaniku”

Jiwoo memukul bahu Kyujin pelan, “Kau temanku, sudah tugas wajibku untuk menemanimu”

“Ah, iya. Omong-omong....” Kyujin menoleh dan kembali menatap Jiwoo.

“Kau masih mengejar Olimpiade itu?” Lanjut Jiwoo bertanya.

“Aku berjanji ingin mendapat kejuaraan itu sebelum aku pulang, Jiwoo” Balas Kyujin kemudian tersenyum kecil.

Jiwoo terdiam sejenak, raut wajahnya berubah menjadi murung. Apa ia harus mengikhlaskan Olimpiade itu untuk Kyujin? Setidaknya agar Kyujin merasa bahagia dilanda sakitnya. Tapiㅡia harus membayar jika tidak mengikuti Olimpiade itu sesuai perjanjian sekolah

“Aku harus menahan agar tidak belajar. Dengan seperti itu, aku yakin Kyujin akan menang” Batin Jiwoo.

***

Entah setelah kepulangan Jiwoo, suasana dirumah menjadi sangat sunyi. Kyujin menyukai ketenangan, namun ia tidak mau setenang ini. Kemana semua orang?

Kyujin menghela nafasnya panjang. Namun tiba-tiba dadanya menjadi sesak, ia menyentuh dada kirinya dan meringis pelan.

°𝐒𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐣𝐮𝐡 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang