Di sebuah cafe terdapat dua orang pria yang sedang mengobrol serius. Dia adalah Zayne, pria itu baru saja pulang bekerja namun ia menyempatkan waktu untuk menemui teman masa kecilnya, Caleb.
"Mau sampai kapan kau terus menyembunyikan identitas mu dari (Name)?" tanya Caleb serius.
Zayne yang kala itu hendak menyuap kue pesanan nya seketika mengurungkan niat. Ia menghela nafas berat, pertanyaan ini sudah Zayne wanti-wanti bakal keluar dari mulut Caleb.
"Entahlah, lagipula apa untungnya kalau aku mengatakan bahwa aku adalah orang yang sama dengan teman kecil nya di masa lalu? (Name) bahkan membenci ku karena aku pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan" jawab Zayne diakhiri senyuman tipis nyaris tidak terlihat.
"Tapi-"
"Aku hanya ingin melihat dia bahagia, dan ketika bersamamu dia terlihat bahagia, jauh lebih bahagia ketika dulu dia bersamaku. Aku juga tidak pantas untuk menunjukkan wajahku padanya, tapi aku membuang rasa malu ku hanya karena ingin terus melihatnya" lanjut Zayne memotong ucapan Caleb.
Caleb menunduk, ia tidak bermaksud untuk merebut (Name) dari Zayne. Selama ini Caleb hanya berusaha menghibur (Name) agar gadis itu tidak sedih lagi setelah kepergian Zayne, namun sayangnya (Name) menganggap bahwa kepedulian Caleb sebagai bentuk rasa cinta padanya, alhasil Caleb terpaksa mengiyakan ucapan (Name) karena keberadaan Zayne sewaktu itu masih belum diketahui.
"Aku tidak bermaksud"
"Tidak masalah. Tetap temani dia seperti biasanya, anggap aku hanyalah dokter yang menangani penyakit neneknya saja" kata Zayne sebelum akhirnya ia memakan kue pesanannya.
"Bahkan menjadi dokter pun adalah keinginan (Name) dan bukan keinginan aslimu kan? Aku yakin ketika kau mengatakan kalau kau adalah dia, (Name) pasti akan memaafkan mu" ucap Caleb masih berusaha untuk membujuk Zayne agar dia mau mengungkapkan jati dirinya pada (Name).
"Memang benar, awalnya (Name) pernah bilang bahwa dia menyukai seorang dokter, karena menurutnya pekerjaan dokter bisa membantu neneknya yang sedang sakit, tapi setelah aku mencoba pekerjaan ini rupanya pilihan (Name) tidak buruk juga, aku menyukainya" balas Zayne seadanya.
"Maaf, Zayne.."
Zayne reflek terdiam menatap Caleb, lebih tepatnya pada cincin yang melingkar di jari tengah milik Caleb, menandakan bahwa ia sudah bertunangan dengan (Name).
"Tidak perlu meminta maaf, tugasmu hanyalah menjaga (Name) sebaik mungkin. Lagipula aku tidak menjanjikan apapun pada (Name), jadi biarkan dia memilih pasangan hidup nya sendiri" kata Zayne lagi.
Semenjak pertemuan Caleb dengan Zayne, semuanya kembali berjalan seperti biasa. Zayne sesekali datang ke rumah untuk merawat penyakit nenek (Name), dan (Name) juga mengenalnya sebagai dokter pribadi yang nenek panggil dari rumah sakit.
Namun suatu ketika insiden terjadi, dimana (Name) harus mendapatkan kabar bahwa pesawat yang di kendarai oleh Caleb bersama tim nya terjatuh di tengah laut. Zayne yang kebetulan sedang menjalankan tugasnya di rumah nenek (Name), menyaksikan langsung berita kematian temannya itu dari televisi bersama dengan (Name) dan juga neneknya.
Zayne sangat menyayangkan dan berduka atas insiden tersebut. Ia bahkan melihat sendiri tangisan (Name) yang histeris kala itu, Zayne sangat ingin menenangkan (Name), namun ia tidak bisa berbuat apapun.
Selang beberapa bulan setelah insiden mengerikan tersebut, Zayne memberanikan diri untuk meminta restu pada nenek (Name) bahwa ia ingin melamar cucunya. Disana (Name) belum mengetahui apapun soal kenekatan Zayne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Zayne X Reader]
FanficMencari tahu tentangmu adalah sebuah keharusan, tapi mencintaimu? Tidak ada hal yang tidak mungkin dari pria misterius yang menjelma menjadi suami mu. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur toxic, bahasa yang tidak baku, smooth lemontea, pembaca ya...