6. Similiar

1.5K 198 38
                                    

Beberapa hari terlewati, (Name) sudah mulai membiasakan diri bersama Zayne. Pria itu juga selalu berusaha membuat (Name) tetap nyaman berada di dekatnya.

(Name) yang semula tidak pernah mengenakan cincin pernikahan, perlahan ia mengubah kebiasaan itu. Ia sekarang mau untuk mengenakannya di hadapan publik, begitupun dengan Zayne.

Beberapa hari juga Zayne sedang ada perjalanan bisnis ke kota lain, jadi dia tidak pulang ke rumah. Sebenarnya (Name) sudah terbiasa ditinggal, biasanya dia lebih nyaman ketika Zayne menjalankan tugasnya ke kota lain, tapi entah kenapa sekarang (Name) merasa kesepian di rumah.

(Name) melirik ke arah jam dinding di rumahnya yang menunjukkan pukul 7 malam. (Name) mencoba kembali fokus untuk menonton film yang sedang berputar di laptopnya. Ia sebenarnya ingin menghubungi Zayne, tapi pastinya pria itu sibuk di jam segini.

Belum ada 5 menit dia galau sendirian, dering ponsel membuat (Name) menoleh ke arah ponselnya yang terletak di atas nakas. Ia mengambilnya lalu mengangkat sebuah panggilan video yang masuk dimana pelakunya adalah suaminya. Tentu saja (Name) mengangkat panggilan video tersebut dengan semangat.

         "Dokter Zayne!" sapa (Name) diakhiri cengiran lebar.

        "Apa ada sesuatu yang membuatmu senang hari ini?" tanya Zayne dari seberang sana.

(Name) menggeleng cepat, ia kemudian memperhatikan Zayne yang nampaknya seperti baru pulang bekerja. Terlihat dari penampilan Zayne yang nampak melonggarkan dasinya dengan rambut yang sedikit berantakan.

         "Apa Dokter Zayne baru pulang bekerja?" tanya (Name) basa-basi.

         "Ya begitu, aku mendapatkan laporan rutin dari rumah sakit kalau kesehatan mu sedikit menurun akhir-akhir ini. Ada keluhan yang tidak kamu bicarakan padaku?"

(Name) menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Memang semenjak ia menikah dengan Zayne, ada satu hal mutlak yang harus (Name) turuti ketika menikah dengan Zayne, yaitu periksa kesehatan secara rutin di rumah sakit tempatnya bekerja.

Belakangan ini juga (Name) memang sering mengabaikan jam makan nya, tapi sepertinya ia tidak bisa menyembunyikan hal ini dari Zayne. Toh pria itu memang kelewat peka dengan sedikit perubahan masalah kesehatan (Name).

         "Tidak ada.." jawab (Name) ragu ragu.

         "Tidak ada?" sahut Zayne tidak yakin.

(Name) mengangguk kembali untuk meyakinkan Zayne. Bisa (Name) lihat pria itu menghela nafas berat, dia sepertinya tahu kalau (Name) berbohong padanya.

        "Berat badan mu menurun, bahkan kantung mata mu juga semakin tebal. Apa menurutmu aku akan percaya dengan kata-kata mu?"

         "Aku cuma diet sekaligus insomnia!" jelas (Name).

         "Diet? Untuk apa melakukan hal itu? Selagi berat badanmu tidak sampai mengalami obesitas, cukup jaga kesehatan seperti biasanya. Tidak perlu melakukan hal yang menyakitimu. Kalau soal insomnia cobalah untuk-"

          "Dokter Zayne!" potong (Name) cepat.

Zayne reflek terdiam kaget, ia menatap ke arah sang istri yang sudah memerah wajahnya. (Name) berusaha untuk menahan rasa malu nya, walaupun begitu dia memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu pada Zayne.

         "Aku insomnia karena belakangan ini aku tidak merasa nyaman seperti saat kau tidur di sampingku.." cicit (Name) sangat pelan nyaris tidak terdengar.

Zayne menanggapi ucapan (Name) dengan senyuman, ia meletakkan ponselnya di meja sedangkan Zayne duduk di kursi dengan memangku kedua tangannya.

          "Apa kamu baru saja mengatakan kalau kamu merindukanku?"  tanya Zayne iseng.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang