S2. 5. Business

666 89 33
                                    

Setelah satu minggu lamanya menghabiskan waktu di puncak, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah guna mempersiapkan usaha baru.

Rencananya Zayne akan membantu (Name) membuka kan restoran sendiri seperti janjinya pada sang istri selama berbulan madu. Ia harap setelah usaha (Name) berjalan, istrinya itu tidak lagi merasa kesepian di rumah.

Mereka berdua juga sudah mensurvei tempat yang akan menjadi restoran baru milik (Name), kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit tempat Zayne bekerja. Sejauh ini semua berjalan sesuai rencana.

         "Untuk perekrutan karyawan, aku sudah meminta bantuan pada rekan-rekan ku untuk mencari beberapa karyawan yang akan mengisi di bagian masing-masing. Sudah ada orang yang mencoba mendaftar mungkin besok kita bisa mulai sesi interview" jelas Zayne seraya mengetikkan sesuatu di laptopnya.

(Name) yang kala itu sedang mencatat barang apa saja yang harus ia persiapkan untuk membuka restoran pun menoleh pada suaminya. Ia tersenyum tipis sembari mengangguk.

          "Terima kasih, Zayne" kata (Name).

Zayne mengulurkan tangannya untuk mengusap pucuk kepala (Name). Ia memang masih memiliki sisa waktu satu minggu untuk membantu (Name) mempersiapkan restoran baru nya.

          "Lalu masalah laporan keuangan restoran, aku rasa tidak terlalu buruk untuk menyewa jasa orang lain" lanjut Zayne kembali ke setelan awal.

(Name) mengerutkan keningnya. Merasa ada perbedaan pendapat di antara mereka berdua, Zayne pun peka. Ia menutup layar laptopnya sembari menatap ke arah (Name).

         "Kenapa harus pakai jasa orang lain? Apa kamu pikir aku terlalu bodoh sampai tidak bisa mengelola masalah laporan keuangan di restoran itu?!" protes (Name) kesal. Zayne menghela nafas, ia segera menarik (Name) agar bersandar padanya.

         "Bukan begitu sayang, maksud aku kalau kamu pakai jasa orang lain, tugas kamu nanti hanya memantau orang yang bekerja sekaligus mengambil keputusan untuk langkah kedepannya. Kalau kamu pegang semuanya sendirian, aku yakin kamu pasti pusing, dan pastinya kamu jadi mudah kelelahan, aku tidak mau" jelas Zayne dengan sabar.

(Name) terdiam sejenak, kalau dipikir-pikir ucapan Zayne ada benarnya juga. (Name) pasti kesulitan di masa depan untuk menghandle semuanya sendirian, kalaupun ia meminta bantuan Zayne, rasanya (Name) hanya bisa memberikan beban lebih pada sang suami.

Ia tidak boleh egois, tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, itu lah sebabnya Zayne memberikan penawaran yang memudahkan (Name) untuk melangkah. Terlebih lagi ini usaha pertama yang (Name) bangun.

(Name) pada akhirnya mengangguk pasrah, ia memeluk pinggang Zayne sedangkan Zayne sudah kembali berkutat pada laptopnya, walau begitu satu tangan Zayne seringkali terulur mengusap punggung (Name) pelan.

Disaat sedang menikmati waktu berdua di kamar, tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari samping rumah.

         "Huh?"

Mereka berdua sontak terkejut, Zayne dengan sigap berlari ke arah balkon guna melihat apa yang terjadi di luar sana sedangkan (Name) mengekor di belakang.

        "Zayne, apa yang terjadi?" tanya (Name).

Zayne tidak menjawab, fokusnya kini pada rumah di sampingnya yang mana ditempati oleh Sylus. Apakah sedang ada sesuatu di rumah Sylus?

        "Sepertinya ada kejadian aneh di rumah Sylus, sebaiknya kamu masuk ke dalam, aku akan memeriksanya sendirian" titah Zayne pada sang istri dengan tatapan enggan dibantah.

(Name) manut saja, ia memang penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Sylus, tapi melihat Zayne yang nampak menyuruh untuk masuk, (Name) tidak mau membangkang lagi. Ia pun segera masuk kembali ke dalam kamar diikuti oleh Zayne.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang