Malamnya setelah menyelesaikan makan malam di luar, (Name) dan Zayne memutuskan untuk kembali ke villa. Seharian ini juga mereka sudah lelah berkeliling menghabiskan waktu bersama.
(Name) seringkali mengabadikan setiap momen ke dalam foto pribadi yang nantinya akan ia cetak menjadi sebuah album.
Sebelum tidur, mereka membersihkan diri terlebih dahulu secara bergantian. (Name) yang mendapatkan giliran pertama hanya tinggal menunggu Zayne selesai dari toilet.
(Name) membuka ponselnya, ia mengecek berita terbaru yang menjadi rasa penasarannya belakangan ini. Ia memang seringkali mengecek rutin berita terkait pemerintahan. Sejauh ini menurutnya tidak ada yang mengganjal kembali.
(Name) juga sempat menghubungi Tara dan menanyakan kapan restoran akan dibuka kembali. Pasalnya kerjaan (Name) di restoran sedang diliburkan oleh Jenna entah sampai kapan. Tara juga tidak mengetahui secara pasti apakah restoran akan dibuka kembali atau tidak mengingat tidak ada kejelasan sampai sekarang.
Wanita itu menghela nafas berat, ia terkadang rindu pekerjaannya, selama dirumah dia sangat bosan karena tidak melakukan kegiatan apapun, hanya menunggu Zayne pulang kerja, ia tidak merasa kesepian lagi.
Tak berselang lama pintu toilet terbuka, tercium bau harum sabun yang menyeruak ke hidung (Name). Ia menoleh kearah Zayne yang sedang berjalan menghampirinya. Pria itu kemudian duduk di tepi ranjang.
"Zayne, apa menurutmu kalau aku mencari pekerjaan baru setelah dari sini, kamu setuju?" celetuk (Name) sembari bergelayut manja di lengan suaminya.
"Pekerjaan baru? Memangnya kamu sudah benar-benar keluar dari sana?" tanya Zayne balik. (Name) menggeleng pelan.
"Belum, tapi sampai sekarang masih tidak ada kepastian kapan restoran akan dibuka kembali..." cicit (Name).
(Name) menunduk, ia memainkan jemarinya sendiri, disana Zayne meraih tangan (Name) dan menggenggamnya. Ia tersenyum hangat sedangkan (Name) menatapnya penuh tanda tanya.
"Sayang dengar ya, aku tidak pernah melarangmu untuk bekerja, tapi kamu hanya perlu memutuskan mengambil satu pekerjaan saja. Kalau kamu ingin mencari pekerjaan baru, setidaknya kamu resign dari restoran" jelas Zayne sabar.
"Kenapa aku tidak boleh ambil keduanya?"
"Pertama, aku tidak mau kamu kelelahan. Pikiran kamu juga harus tenang, serta kesehatan kamu jauh lebih penting. Memang, kalau boleh jujur aku lebih suka kalau kamu tidak bekerja, tapi aku tidak memaksa. Kalau kamu ingin bekerja, bekerja lah sesuai dengan porsinya."
"Kedua, aku juga butuh waktumu. Ketika aku sedang di rumah, aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu, melepas setiap rasa penat ku dalam bekerja hanya dengan melihat kamu tersenyum. Mengerti?" kata Zayne serius.
"Dimengerti" jawab (Name) spontan diakhiri cengiran lebar.
"Bagus"
Zayne menepuk kedua pahanya, tanpa berkata lagi (Name) sudah mengerti. Ia lalu duduk di paha suaminya seperti biasa. Kedua lengan (Name) melingkar di leher Zayne, sedangkan tangan Zayne sendiri menyampirkan poni (Name) ke belakang telinga agar ia bisa leluasa melihat wajah istrinya.
"Jadi, apa keputusanmu?" tanya Zayne lagi.
"Aku akan menunggu restoran kembali dibuka.." jawab (Name).
"Kamu yakin?" (Name) mengangguk pasrah.
Zayne menghela nafas, ia bisa melihat sepertinya (Name) masih belum bisa memutuskan langkah apa yang akan ia ambil. Memang sih, Zayne sudah menduga kalau (Name) bukan tipe wanita yang bisa mengambil keputusan secara singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Zayne X Reader]
FanfictionMencari tahu tentangmu adalah sebuah keharusan, tapi mencintaimu? Tidak ada hal yang tidak mungkin dari pria misterius yang menjelma menjadi suami mu. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur toxic, bahasa yang tidak baku, smooth lemontea, pembaca ya...