12. Mad?

1.9K 191 21
                                    

         "Hah? Ke luar kota lagi?!" pekik (Name) kaget.

Zayne mengangguk sebagai jawaban, disana (Name) langsung merengut kesal. Pasalnya Zayne memberitahukan (Name) kalau ia mendapatkan tugas di luar kota kembali.

Tentu saja (Name) sedikit tidak rela, tapi dia juga tidak bisa egois dengan melarang kewajiban serta tanggung jawab Zayne sebagai dokter. Mau tidak mau dia harus menerima kenyataan bahwa mereka akan LDR beberapa hari kedepan.

(Name) bergelayut manja di lengan Zayne, sedangkan suaminya itu masih menatap layar laptop. Saat ini mereka tengah duduk di sofa, dimana (Name) menemani suaminya yang sedang bekerja di rumah.

         "Hanya 3 hari kan?" tanya (Name) memastikan.

Zayne menoleh kearah sang istri, satu tangan nya ia gunakan untuk mengusap lembut pucuk kepala (Name). Zayne mengerti kalau sekarang (Name) tidak suka ditinggal terlalu lama olehnya.

           "Maaf, tapi aku akan pergi seminggu" jawab Zayne jujur.

(Name) berdecak sebal, dalam hati (Name) berpikir memangnya sesulit itu kah pekerjaan suaminya? Seketika ia juga kembali tersadar kalau dirinya selalu gagal dalam menjalani tes kedokteran.

         "Memangnya tugas apa yang membuatmu pergi selama satu minggu? Bukankah itu terlalu lama?!" (Name) memulai perdebatan.

Zayne menghela nafas, pandangannya kembali mengarah pada layar laptopnya, disana pria itu mengetikkan sesuatu pada sebuah mesin pencarian. (Name) melihat dengan seksama, dimana Zayne menunjukkan titik lokasi dimana ia akan bertugas.

         "Tunggu! Bukannya tempat ini dekat dengan N109 Zone?" tanya (Name) setelah melihat kejanggalan pada lokasi.

N109 Zone adalah sebuah kawasan terpencil yang berada dalam pimpinan Onychinus. Walaupun kawasan tersebut terpencil, namun masih dikelilingi oleh beberapa desa kecil di pinggirannya.

          "Ya, ada satu pemimpin desa disana yang meminta tim medis untuk datang, aku salah satunya yang akan bertugas. Alasan kenapa kita membutuhkan waktu selama satu minggu, selain jaraknya yang jauh, akses ke dalam desa tersebut masih terbatas jadi sedikit menyulitkan tim medis untuk bertugas" jelas Zayne serius.

          "Desa ini sangat kecil, lalu berdekatan dengan N109 Zone, bagaimana bisa mereka tidak memilih pindah? Aku yakin mereka bisa mendapatkan fasilitas dari pemerintah jika mereka berkenan untuk pindah dari desa itu" balas (Name).

          "Ya, itu memang benar tapi mereka punya alasan lain untuk tidak mengikuti arahan pemerintahan. Disisi lain mereka juga masih membutuhkan bantuan tapi mereka tetap menolak untuk berpindah"

(Name) menggeleng pelan, ia masih tidak habis pikir memangnya apa yang membuat penduduk desa terpencil itu tetap berada disana? (Name) penasaran akan hal itu.

           "Zayne, apa aku bisa ikut denganmu? Maksudku aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu, aku hanya penasaran dengan aktivitas dalam desa tersebut" pinta (Name).

Zayne nampak terdiam sejenak, ia menatap kearah istrinya yang nampak menunggu jawaban darinya. Sebenarnya Zayne ragu kalau dia bisa menjaga (Name). Zayne tahu pasti bagaimana warga disana, ia bukan sekali dua kali dia pernah ke lokasi itu.

          "Tempat itu berbahaya untukmu. Maaf saja, tapi aku menolak." jawab Zayne pada akhirnya. (Name) hanya bisa menelan pil kekecewaan karena keinginannya untuk mengetahui keadaan desa itu harus pupus begitu saja.

.
.
.
.

Beberapa hari setelahnya, Zayne baru saja berangkat menuju ke luar kota. (Name) sudah mempersiapkan rencana dari jauh-jauh hari. Ia berniat untuk mengekori Zayne memasuki kawasan itu.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang