15. End.

1.3K 144 74
                                    

Keesokan harinya, (Name) bersama Zayne datang mengunjungi rumah nenek seperti yang sudah direncanakan. Tidak banyak percakapan selama perjalanan, (Name) juga jadi sering melamun sendiri.

Sesampainya di rumah nenek, mereka berdua langsung turun dari mobil. Zayne menenteng beberapa paperbag berisi oleh-oleh untuk nenek.

Kedatangan mereka disambut baik oleh nenek, yang mana ia langsung memeluk cucu satu-satunya yaitu (Name). (Name) membalas pelukan hangat dari neneknya sedangkan Zayne berdiri disamping (Name).

         "Bagaimana kabar kalian?" tanya sang nenek.

          "Kami baik-baik saja nek, apa penyakitmu masih sering kambuh?" balas (Name) khawatir. Nenek melepaskan pelukannya, ia tersenyum.

          "Biasa lah namanya juga penyakit tua, masih bisa hidup pun aku merasa beruntung" jawab sang nenek apa adanya.

(Name) mengerucutkan bibirnya, pandangan nenek beralih pada Zayne, seperti biasa nenek selalu memberikan senyum hangat untuk pria itu. Ia segera mengajak (Name) dan Zayne masuk ke dalam.

Suasana rumah nenek (Name) sangat tenang. Nenek (Name) hanya tinggal berdua dengan pembantunya, akan tetapi sekarang pembantu yang bekerja sedang mengambil cuti, jadilah nenek (Name) sekarang seorang diri.

(Name) berinisiatif untuk pergi ke dapur menyiapkan minuman, sedangkan sang nenek mengobrol ditemani Zayne di ruang tamu.

          "Tumben sekali kalian datang pagi-pagi, apa kau tidak sibuk Zayne?"

          "Kebetulan pagi ini sedang kosong jadi aku bisa menyempatkan diri berkunjung kesini" jawab Zayne jujur.

Zayne sesekali melirik kearah (Name), istrinya itu bahkan membuatkan minuman sambil melamun. Zayne menghela nafas berat, padahal sebelum berangkat (Name) berpura-pura terlihat semangat sekali.

         "Apa selama ini (Name) merepotkan mu? Aku yakin dia pasti yang mengajakmu kesini kan?" timpal nenek. Zayne menoleh kembali ke arah nenek (Name) yang nampak khawatir.

         "Tidak sama sekali, dia sangat mandiri, sampai terkadang aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya" jawab Zayne diakhiri senyuman tipis.

(Name) kembali ke ruang tamu dengan membawa nampan berisi 3 gelas minuman. Ia terlihat ceria di hadapan neneknya seakan tidak ada masalah apapun. Sedari dulu, (Name) tidak mau membuat neneknya kepikiran tentang masalahnya sendiri.

           "Nenek kenapa sekarang dapurmu sepi sekali.. Aku jadi merinding ketika membuat minum" oceh (Name) seraya duduk disamping Zayne.

           "Biasanya selalu seperti itu, lagipula tidak ada hantu yang mau menakuti bocah cengeng sepertimu" komentar nenek, (Name) semakin merengut sedangkan Zayne diam-diam tersenyum.

.
.
.
.

Sementara itu disisi lain terdapat seorang pria yang sedang duduk di ranjang rumah sakit sembari menatap ke arah jendela. Dia adalah Caleb, mantan tunangan (Name) yang belum lama ini tersadar dari koma nya.

Keadaan Caleb berangsur membaik, dia hanya butuh istirahat untuk memulihkan dirinya. Awalnya Caleb bingung kenapa ia bisa tersadar di rumah sakit, namun Dr. Greyson menjelaskan bahwasanya dia kesini dibawa oleh Zayne.

Caleb ingat saat-saat terakhir sebelum ia mengalami kecelakaan pesawat. Hal itu membuatnya mengalami trauma yang mendalam.

Ia juga ingat kalau ia pernah mempunyai tunangan sebelum kecelakaan, tapi Caleb sekarang tidak tahu kabar tunangannya. Saat ia bertanya pada Dr. Greyson pun, rupanya ia sudah koma selama kurang lebih 3 tahun.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang