(Name) terbangun kala sinar matahari memasuki celah jendela, gadis yang sekarang sudah resmi menjadi wanita itu mengerjap beberapa kali sembari mengumpulkan kesadarannya.
Saat hendak bangun, (Name) kembali meringis. Seluruh tubuhnya terasa kaku ditambah bagian bawahnya masih sakit, ia menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi.
Tak lama pintu kamar terbuka menampilkan sosok suaminya yang memasuki kamar. Zayne berjalan mendekati (Name). Ia kemudian duduk di tepi ranjang sembari menaikan selimut (Name) yang merosot.
"Hari ini kamu dirumah ya, aku sudah meminta izin pada Miss Jenna di telepon tadi" ucap Zayne setelah melihat tubuh (Name) yang jauh dari kata baik-baik saja.
(Name) mengangguk lemah, ia tidak mau membantah karena memang tubuhnya masih sakit. Zayne sendiri keluar kamar hanya memakai celana saja, sedangkan tubuh atasnya ia biarkan terbuka.
"Lalu, kamu sendiri bagaimana?" tanya (Name) balik.
(Name) berbicara begitu bukan tanpa alasan, ia sedari tadi memandang ke arah punggung Zayne yang penuh luka cakaran buatannya. (Name) melirik ke arah kukunya yang rupanya sudah panjang, ia jadi merasa bersalah pada Zayne karena tidak sempat memotong kuku.
"Aku tidak berangkat, kalau tidak ada jadwal mendesak" jawab Zayne seadanya.
"Apa masih sakit?" tambah Zayne membuat (Name) sempat terkejut sebentar.
"Ya begitulah, tapi aku baik-baik saja. Justru aku ingin minta maaf padamu, karena aku sudah melukai punggung mu" ungkap (Name) jujur.
Zayne menanggapi dengan senyuman tipis, ia tidak mempermasalahkan hal ini, lagipula Zayne tahu kalau rasa sakit yang dirasakan oleh istrinya pasti lebih daripada sekedar luka gores yang berada dipunggungnya.
"Tidak perlu meminta maaf, ini hanya luka ringan" sahut Zayne.
"Kalau begitu aku ingin mandi dulu" kata (Name) lagi.
(Name) berusaha berdiri kembali untuk mengambil pakaiannya yang terjatuh di lantai, namun sayang ia oleng seketika. Beruntungnya Zayne segera menangkap sang istri agar tidak terjatuh. Wajah Zayne terlihat khawatir melihat keadaan (Name).
"Tunggu, jangan memaksakan diri. Biar aku membantumu" ucap Zayne.
Belum sempat (Name) menjawab namun Zayne sudah terlebih dahulu menggendong tubuh (Name) dan dibawa menuju ke toilet. (Name) hanya bisa memeluk leher Zayne erat agar gendongannya tidak terjatuh.
Zayne menurunkan gendongannya tepat di dalam bathtub kosong. (Name) pun mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu. (Name) heran, kenapa Zayne masih terdiam di depannya sedangkan (Name) berharap suaminya itu segera keluar dari kamar mandi sesudah ia mengungkapkan terima kasih.
"Perlu kah aku membantumu untuk mandi?" celetuknya mengejutkan (Name).
"Tidak!" tolak (Name) cepat.
Semburat merah di pipi (Name) kembali muncul, ia masih malu-malu pada suaminya padahal semalam mereka melakukan hal yang lebih daripada sekedar mandi. Membayangkan adegannya kembali saja membuat (Name) deg-degan.
Satu usapan lembut pada pucuk kepala (Name) membuat wanita itu terdiam. Ia menatap kearah Zayne yang tersenyum hangat padanya.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggumu diluar" ucap Zayne sembari menghentikan usapannya.
(Name) masih melongo saat Zayne sudah pergi dari toilet dan meninggalkannya sendirian. Tentu saja jantung (Name) sudah berdebar kencang.
'Kenapa ini? Apa aku punya penyakit jantung?' batin (Name).
![](https://img.wattpad.com/cover/366174670-288-k433510.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Zayne X Reader]
FanficMencari tahu tentangmu adalah sebuah keharusan, tapi mencintaimu? Tidak ada hal yang tidak mungkin dari pria misterius yang menjelma menjadi suami mu. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur toxic, bahasa yang tidak baku, smooth lemontea, pembaca ya...