S3. 1. Pembukaan

1.2K 103 16
                                        

Zayne dan juga (Name) memutuskan untuk berkeliling di sekitar kawasan N109. Disana mereka mampir ke pusat perbelanjaan yang menjual aneka ragam perhiasan mewah.

(Name) bahkan terpukau dengan apa yang ia lihat. Seperti yang sudah ia duga, kawasan disini memang pusatnya perdagangan dan juga bisnis yang merata.

        "Kamu mau?" tanya Zayne saat melihat pandangan (Name) terfokus pada salah satu kalung yang terpajang.

(Name) menoleh kearah Zayne, ia bahkan tetap tidak enak hati untuk meminta sesuatu pada Zayne. (Name) jadi kembali teringat kalau mereka sudah dapat satu undangan.

        "Oh ya, bagaimana kalau kita hadiahkan salah satu perhiasan disini pada calon pengantin wanita nya? Bukankah kita diundang?" kata (Name) pada Zayne.

Zayne nampak terdiam sejenak sebelum mengangguk setuju. Ia lalu kembali menemani istrinya yang sibuk memilah perhiasan apa yang cocok untuk dihadiahkan kepada sang pengantin.

        "Bagaimana kalau gelang? Kita kan tidak bisa menghadiahkan cincin pada pengantin" tambah (Name).

        "Ya, ambil lah yang menurutmu cocok saja. Aku tidak mempermasalahkannya" jawab Zayne tenang.

Alis (Name) mengernyit, ia bisa menyadari kalau Zayne nampak seperti tidak nyaman saat memasuki toko ini. Terbukti dari dia yang mendadak menjadi pendiam, walau memang dari dasarnya Zayne tidak banyak bicara.

(Name) meraih tangan Zayne dan menggenggamnya erat. Hal itu membuat Zayne menoleh kearahnya, (Name) bersandar di lengan Zayne sembari berbisik.

        "Apa ada sesuatu yang mengganggu, Zayne?"

        "Tidak ada sayang" balas Zayne diakhiri senyuman tipis.

(Name) tahu kalau suaminya menutupi sesuatu, berhubung mereka sedang berada di pusat perbelanjaan, jadilah (Name) mengurungkan niatnya untuk menanyakan apa yang terjadi, tapi bisa dipastikan sepulang dari sini, Zayne tidak akan lolos dari interogasi nya.

.
.
.
.

Benar saja sepulang dari berkeliling, (Name) membawa Zayne ke kamar dan kembali menanyakan perihal permasalahan tadi.

Awalnya Zayne tetap mengatakan bahwa ia baik-baik saja, sampai akhirnya (Name) menyadari kalau suhu tubuh suaminya mendingin.

        "Kamu sakit?" tanya (Name) panik.

        "Tidak, ini hanya sementara" jawab Zayne sembari memejamkan matanya.

(Name) curiga dengan penelitian suaminya, ia yakin kalau Zayne tidak hanya melakukan uji coba pada tersangka, melainkan juga pada dirinya sendiri.

         "Apa yang sebenarnya kamu lakukan Zayne? Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya, apa kamu melakukan penelitian pada tubuhmu sendiri?" cecar (Name) terus memaksa.

Zayne memilih duduk di tepi ranjang dimana ia langsung membawa istrinya kedalam pelukan. Ia menenggelamkan wajahnya pada perut (Name).

        "Ya, aku menguji kemampuan tubuhku untuk berjaga-jaga. Tidak perlu khawatir, ini hanya efek sementara setelah aku menyuntikkan obatnya" balas Zayne pelan.

(Name) awalnya hendak marah tapi melihat Zayne yang memeluknya erat, mau tidak mau ia mengurungkan niatnya untuk marah. Ia sangat khawatir dengan kondisi suaminya.

(Name) membalas pelukan itu, ia mengusap-usap kepala Zayne dengan lembut. Tubuhnya suaminya benar-benar dingin, rasanya (Name) seperti memeluk es batu.

         "Kenapa kamu melakukannya pada dirimu sendiri? Bukankah Onychinus menyediakan bahan uji coba untukmu?" tanya (Name) dengan nada khawatir.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang