Sekarang ini (Name) tengah duduk santai sambil melamun. Pasalnya ini sedang jam istirahat kerja jadi (Name) yang sudah selesai makan bingung ingin ngapain lagi jadilah ia duduk sendirian di kursi.
Tak lama Tara datang menghampirinya dengan membawa cemilan di tangannya. Tara menyodorkan cemilan pada (Name) dan langsung diterima.
"Kemarin kau serius sakit?" tanya Tara disela-sela mengunyah.
"Hm, mungkin? Entahlah aku hanya disuruh istirahat seharian" jawab (Name) jujur.
"Oh, suami mu sudah pulang?" (Name) manggut-manggut sebagai jawaban.
"Ngomong-ngomong Tara, aku ingin meminta pendapatmu" sambung (Name) lagi.
Tara menaikkan sebelah alisnya menunggu pertanyaan dari (Name), sedangkan (Name) sendiri tengah menyusun kata-kata yang tepat untuk ia tanyakan. Sebenarnya (Name) tidak yakin kalau Tara akan mengetahuinya karena gadis yang memberikan saran belum menikah.
"Itu... Menurutmu bagaimana cara menghilangkan rasa takut pada dirimu?" tanya (Name) ragu-ragu.
Tara bergumam pelan sambil memikirkan jawabannya. Tumben sekali (Name) memberikan pertanyaan sepele untuknya.
"Ya tergantung kau takut karena apa. Biasanya kalau aku takut ketinggian, aku melatihnya dengan cara berdiri di tempat tinggi itu sendiri, dengan begitu semakin lama rasa takutku mulai memudar" jelas Tara santai.
"Berarti maksudmu aku harus melawan rasa takutku dengan mengikuti apa yang aku takutkan?" Tara mengangguk sebagai jawaban.
(Name) kembali merinding mendengarnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Masalahnya hal yang ia takutkan bukan ketinggian seperti yang Tara contohkan.
"Memangnya kau takut apa?" tanya Tara penasaran.
(Name) celingak-celinguk memastikan bahwa tidak ada yang mendengar percakapan mereka berdua. Setelah memastikan semuanya aman, barulah (Name) menjelaskan ketakutannya.
"Aku takut berhubungan intim" cicit (Name) pelan.
Sontak Tara mematung kaku mendengarnya. Ia pikir selama ini hubungan (Name) dengan Zayne hanya sebatas canggung mengobrol saja namun kehidupan yang di alami sebagai pasangan suami-istri tetap berjalan seperti biasa, namun nyatanya tidak sama sekali.
"Kau masih perawan?" tanya Tara spontan.
"Hsst, jangan keras-keras!" protes (Name) cepat.
Tara masih melongo shock sendiri. Sejujurnya ia salut dengan Zayne kenapa dia masih mau mempertahankan (Name) sejauh ini. Memang sih namanya cinta tidak bisa dipaksa, tapi menurutnya (Name) cukup keterlaluan pada suami sendiri.
"Kalian udah setahun menikah kan? Setahun bukan waktu yang sebentar loh (Name)... Ini kalau sampai ada berita miring terkait Dokter Zayne selingkuh, aku tidak akan heran lagi" ucap Tara lagi.
"Heh! Apa maksudmu selingkuh?! Dia tidak mungkin seperti itu!" sinis (Name).
Tara berdecak sebal menanggapinya. Ia lalu memukul lengan (Name) pelan dimana sang pemilik lengan reflek mengaduh kesakitan sembari mengusap lengannya yang dipukul. (Name) tidak paham kenapa Tara memukulnya tiba-tiba.
"Pokoknya pulang dari sini kau mandi, dandan yang cantik, lalu kau ajak itu suamimu untuk malam pertama! Pantas saja kau selalu rutin haid setiap bulan, padahal aku berharap kalian tidak canggung lagi setelah ada bayi di dalam perutmu" omel Tara cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Zayne X Reader]
FanfictionMencari tahu tentangmu adalah sebuah keharusan, tapi mencintaimu? Tidak ada hal yang tidak mungkin dari pria misterius yang menjelma menjadi suami mu. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur toxic, bahasa yang tidak baku, smooth lemontea, pembaca ya...