S2. 8. It's Not Too Late

1.1K 104 16
                                        

Nenek (Name) mempersilahkan Carter untuk memasuki kediamannya. Carter tersenyum sebelum ia melangkah masuk ke dalam rumah nenek (Name). Disana ia dipersilahkan untuk duduk terlebih dahulu di sofa.

        "Sebentar, aku akan mengambilkanmu minum terlebih dahulu" ucap nenek (Name).

        "Ah, terima kasih" balas Carter masih dengan senyumannya yang mengembang.

Nenek (Name) kemudian berjalan kearah dapur, setibanya disana ia merogoh saku lalu mengambil ponselnya. Ia berniat untuk menghubungi Zayne, memastikan apakah Carter memang orang suruhannya atau bukan.

Ia menekan tombol panggilan, namun sayangnya Zayne tak kunjung mengangkat panggilan tersebut. Lagipula ini memang jam makan malam, mungkin saja Zayne sedang beristirahat terlebih dahulu. Kecemasan di raut wajah nenek (Name) mulai nampak.

Berhubung Zayne tidak kunjung mengangkat panggilan tersebut, ia mencoba untuk menelepon (Name), tapi tetap saja (Name) juga tidak mengangkatnya.

Nenek (Name) menghela nafas berat merasa tidak ada jawaban untuk mengetahuinya, ia akan mencoba menghadapinya seorang diri.

Sambil membawa segelas minuman, nenek (Name) kembali ke ruang tamu. Disana terdapat Carter yang sedang memainkan ponselnya. Carter lalu menyakukan ponselnya kembali setelah ia melihat nenek (Name) kembali.

        "Tidak biasanya Zayne menyuruh orang lain untuk memeriksa kondisi ku" ucap nenek (Name) sembari duduk di sofa seberang Carter.

        "Itu karena Dr. Zayne akhir-akhir ini disibukkan dengan pasien rumah sakit yang membludak jumlahnya. Beliau menyuruhku untuk mewakilinya memeriksa kesehatanmu" jelas Carter dengan tenang.

         "Bagaimana bisa aku mempercayai orang yang baru saja ku kenal dibandingkan dengan menantu sekaligus dokter pribadiku sendiri" sarkas nenek (Name).

Bisa terlihat bahwa raut wajah Carter cukup terkejut saat nenek (Name) mengatakan bahwa Zayne adalah menantunya. Wajah Carter kembali tenang dalam beberapa detik, ia lalu tersenyum hangat pada nenek (Name).

         "Tenang saja, aku punya bukti rekaman bahwa Zayne memang menyuruhku"

Carter meraih ponselnya kembali, disana ia memutarkan rekaman suara dimana terdapat suara seorang pria yang terdengar seperti suara Zayne. Ia menyampaikan pada Carter untuk memeriksa kesehatan beberapa pasien di rumahnya. Itu artinya tidak hanya nenek (Name) saja yang akan diperiksa oleh Carter.

         "Tidak perlu khawatir, aku sudah menjalankan tugasku dari siang tadi, sekarang aku baru bisa mengunjungimu" kata Carter.

Nenek (Name) terdiam sejenak, ia sedang mengambil keputusan apakah menerima Carter untuk memeriksanya atau tidak. Secara ia tidak menemukan bukti yang menjelaskan bahwa Carter berbohong padanya.

         "Jadi bagaimana? Bisa kita mulai sesi pemeriksaannya?" tawar Carter seraya menyeruput segelas minuman yang diberikan.

.
.
.
.

Sudut pandang kembali berganti pada (Name). Ia kembali merasakan mual hebat saat melihat makanan di meja makan. Alhasil (Name) terjebak di westafel cukup lama, ia selalu ditemani oleh Zayne yang mengusap punggungnya dengan lembut.

       "Aku... Tidak bisa.. Bau makanan itu terlalu menusuk hidungku.." lirih (Name) setelah ia selesai mengeluarkan isi perutnya.

       "Kalau begitu aku akan membuat salad untukmu, kurasa itu makanan yang tidak terlalu menyengat. Apa kamu mau mencobanya sayang?" tawar Zayne sembari menahan tubuh istrinya agar tidak terjatuh.

(Name) mengangguk lemah, padahal perutnya merasakan lapar tapi setiap ia hendak memakan makanan dengan bau yang menyengat, perutnya kembali bergejolak.

Mereka pun kembali ke meja makan, disana Zayne mulai menyiapkan beberapa sayuran untuk ia membuat salad. (Name) hanya duduk diam di kursi sembari menunggu Zayne, wajahnya sudah berubah pucat sekarang.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang