(Name) terbangun dari tidurnya pada malam hari. Ia menoleh sejenak ke arah sofa dimana Zayne duduk sambil memejamkan matanya disana.
Gadis itu kembali termenung, akibat dia mengalami disminore, (Name) jadi tidak sengaja malah merepotkan Zayne, padahal ia tahu kalau Zayne pasti sibuk. Pria itu bahkan rela menunggunya seharian di sela-sela kesibukannya.
(Name) mencoba untuk bangkit dari ranjang. Rasa keram perutnya sudah mereda akibat Zayne yang merawatnya dengan baik. Ia mencoba berjalan mendekati suaminya yang masih tertidur.
(Name) memilih duduk di sofa samping Zayne. Ia mengamati wajah suaminya yang tengah terlelap, sesekali pandangan (Name) tak lepas dari tangan Zayne yang masih memegang laptopnya, benar-benar pria workaholic menurut (Name).
Mata (Name) tertuju pada jemari Zayne dimana terdapat cincin pernikahan mereka yang melingkar sedari awal mereka menikah. Hanya (Name) yang tidak pernah mengenakan cincin pernikahan nya selama ini. Ia masih belum bisa membuka hatinya untuk Zayne.
'Apa aku terlalu jahat padanya?' batin (Name) bertanya-tanya.
"Kenapa kamu terbangun?"
Suara Zayne mengejutkan (Name) yang tengah memandangi cincin yang melekat pada Zayne. Ia reflek menoleh ke arah Zayne yang masih memejamkan matanya, namun ia menyadari gerak-gerik (Name).
Perlahan mata Zayne mulai terbuka, menampilkan sorot matanya yang tajam namun penuh kesedihan di dalamnya. Zayne menatap (Name) yang nampak menunduk canggung.
"Apa keadaanmu sudah membaik?" tanyanya sekali lagi.
Kali ini (Name) menjawab dengan anggukan. Hal itu membuat Zayne bisa tersenyum lega mendengarnya. Ia senang bisa membantu meringankan sakit yang diderita (Name).
"Dokter Zayne.." panggil (Name) sedangkan Zayne hanya menunggu kata-kata selanjutnya.
"Apa aku boleh membuat kesepakatan bersamamu?" tanya (Name) ragu.
"Kesepakatan seperti apa?"
(Name) terdiam sejenak, ia menautkan kedua jarinya, ia tidak enak hati untuk mengatakan hal ini tapi (Name) juga tidak mau Zayne terus-terusan terluka karena nya.
"Kalau dalam jangka setahun ini kau bisa membuatku mencintaimu, aku mau pernikahan kita lanjut tapi kalau kau gagal, ayo kita akhiri saja.."
Satu tahun lebih pernikahan mereka sudah terlewati, namun hubungan mereka tidak kunjung membaik. (Name) juga masih merasa canggung ketika berada di dekat Zayne, dan Zayne sendiri tidak berniat untuk membuat (Name) mencintainya.
(Name) menghargai keinginan Zayne, tapi disisi lain dia juga merasa kasihan dengan pria itu. Bagi (Name), Zayne itu pria baik- ralat sangat baik sekali. (Name) ingin Zayne juga bisa menemukan kebahagiaannya sendiri suatu saat nanti.
"..."
Tidak ada tanggapan apapun dari Zayne, sepertinya pria itu masih berusaha mencerna setiap perkataan (Name) dan Zayne pasti butuh waktu untuk menjawabnya.
Suara helaan nafas berat membuat (Name) menoleh secara takut-takut. Ia kemudian melihat Zayne yang bangkit dari sofa sembari membawa laptop nya. Disana Zayne memilih untuk pergi dari kamar (Name), namun sebelum pergi dia mengatakan sesuatu pada (Name).
"Tidurlah, kamu masih butuh istirahat. Kita bahas masalah ini lain kali"
Pintu pun tertutup dengan Zayne yang sudah pergi dari kamarnya. (Name) kembali menunduk, ia sepertinya ingin menyerah setelah berusaha memahami sifat Zayne selama setahun pernikahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Zayne X Reader]
ФанфикMencari tahu tentangmu adalah sebuah keharusan, tapi mencintaimu? Tidak ada hal yang tidak mungkin dari pria misterius yang menjelma menjadi suami mu. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur toxic, bahasa yang tidak baku, smooth lemontea, pembaca ya...