Paginya (Name) ikut bersama Zayne ke sebuah tenda yang cukup besar untuk dilakukan pemeriksaan pasien. Sebelum pasien datang, para petugas medis berkumpul terlebih dahulu sembari mempersiapkan peralatan.
(Name) ikut membantu menyiapkan peralatan yang ringan-ringan saja. Karena jumlah petugas medis disini terbatas, jadilah (Name) berinisiatif membantu mereka.
Sesudah selesai membantu, (Name) sesekali menoleh kearah suaminya yang masih sibuk berbincang dengan rekan kerjanya. Disana Zayne nampak serius sekali hingga (Name) tidak berani mengganggunya. Ia hanya menunggu Zayne sembari melihat sekelilingnya. Banyak warga sudah menunggu antrian untuk diperiksa satu persatu.
"Apa ini sudah bisa dimulai?" tanya (Name) pada asisten Zayne yang berjalan kearahnya.
"Ya, semuanya sudah siap" jawab si gadis dengan senyuman.
(Name) mengangguk setuju, ia pun mengambil sebuah mic dimana (Name) memanggil pasien satu persatu untuk diperiksa. Asisten Zayne kemudian memberikan sebuah catatan pada (Name) dimana catatan itu berisi daftar nama-nama warga di desa tersebut.
(Name) berdehem sejenak guna mempersiapkan diri. Dia yang akan membuka acara selagi tim medis bersiap, sebelum berbicara (Name) melirik kearah Zayne yang mengangguk padanya.
"Selamat pagi semuanya. Seperti yang sudah diberitahukan kepada seluruh warga desa bahwasanya kami, selaku petugas medis dari rumah sakit Akso, akan memberikan pelayanan kesehatan kepada warga disini"
"Kami harap, apa yang kami lakukan sekarang ini dapat bermanfaat bagi warga desa. Baiklah, untuk mempersingkat waktu kami akan mulai memanggil satu persatu nama warga desa. Pemeriksaan akan dilakukan secara bertahap, terima kasih" kata (Name) diakhiri senyuman manis.
(Name) pun duduk di salah satu kursi. Ia mulai memanggil satu nama warga untuk diperiksa. Warga yang namanya terpanggil segera menghadap ke arah petugas medis untuk mengecek kesehatan.
(Name) memperhatikan bagaimana Zayne mulai bekerja. Ketika sedang bersama pasien, Zayne menjelaskan secara rinci mengenai apa yang dikeluhkan oleh pasiennya. Tanpa ia sadari, ada seorang anak kecil menghampirinya.
Anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu menoel-noel tangan (Name) hingga membuat pemilik tangan terkejut. Anak itu menatap (Name) seperti menginginkan sesuatu.
"Ya, apa kamu perlu sesuatu?" tanya (Name) ramah.
"Itu.. Biasanya kalau ada pemeriksaan begini, aku selalu dapat hadiah. Apa kau mau memberikanku hadiah juga?" tanya si bocah penuh harap.
(Name) gelagapan, ia bingung harus memberi hadiah apa pada anak kecil yang manis satu ini. Melihat tatapannya saja, membuat (Name) tidak tega untuk menolak permintaannya.
Wanita itu kemudian merogoh isi tasnya, dimana (Name) menemukan sebuah permen lollipop yang sempat ia beli sebelum pergi kesini. (Name) tersenyum lebar seakan menemukan hadiah yang cocok untuk anak kecil.
"Tentu saja aku punya hadiah untukmu... Ini dia!" ucap (Name) seraya menyerahkan satu bungkus permen lollipop pada bocah itu.
Terlihat wajah bocah laki-laki itu terlihat ceria saat menerima permen pemberian (Name). Ia kembali menatap (Name) dengan senyumannya yang lebar.
"Terima kasih kak dokter" katanya.
"Ahaha tidak masalah, tapi aku bukan dokter" jawab (Name) dengan semburat merah di pipi.
(Name) tersipu saat anak itu mengucap seolah-olah ia adalah seorang dokter. Bagaimanapun juga (Name) pernah bercita-cita menjadi dokter.
"Eh bukan? Aku pikir kalian semua dokter karena kalian yang memeriksa" sahutnya polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [Zayne X Reader]
FanfictionMencari tahu tentangmu adalah sebuah keharusan, tapi mencintaimu? Tidak ada hal yang tidak mungkin dari pria misterius yang menjelma menjadi suami mu. ⚠️WARNING⚠️ Cerita ini mengandung unsur toxic, bahasa yang tidak baku, smooth lemontea, pembaca ya...