S2. 12. Bloody Night

1.3K 122 41
                                        

Pemadaman listrik secara tiba-tiba di pusat kota pada malam hari membuat aktivitas warga cukup terganggu. Pasalnya hal ini tidak biasa terjadi, tentu saja warga segera memprotes karena pemadaman listrik.

Keadaan di rumah sakit Akso pun ikut gelap gulita tanpa penerangan sedikitpun, banyak orang berlalu lalang di dalam kegelapan, salah satunya merupakan seorang gadis yang menjadi asisten dari salah satu dokter di rumah sakit tersebut.

Gadis itu berjalan sembari meraba sekitarnya, ia hanya berbekal senter dari ponsel. Ia menelusuri area laboratorium guna mencari seseorang.

Tangan gadis itu meraih gagang pintu dimana ia membuka pintu tersebut. Ia kemudian masuk kedalam ruangan sembari mengarahkan cahaya senter kedepan.

        "Permisi, apa Dr. Zayne ada disini? Aku mencarinya sedari tadi"

Hening.

Tidak ada jawaban.

Ia kembali melangkah maju, akan tetapi kakinya nyaris tergelincir oleh sesuatu. Beruntung sebelum sempat terjatuh, gadis itu berpegangan pada meja disampingnya.

        "Hampir saja aku terjatuh.." gumamnya pelan.

Ia mengarahkan senternya pada cairan yang membuatnya hampir tergelincir. Cairan tersebut berwarna merah namun juga tercampur dengan air. Gadis itu mengira bahwa Zayne berada disini.

         "Dr. Zayne?" panggilnya lagi.

Tidak ada sahutan apapun, ia mencoba mencari sumber cairan itu berasal, semakin lama ia mengikuti, warna merah yang dihasilkan semakin pekat. Bau anyir khas darah juga bisa tercium di hidungnya.

Sebagai seorang asisten dokter, sudah tidak asing jika ia melihat darah, dan gadis itu sangat yakin bahwa cairan ini merupakan darah manusia. Ia mencoba untuk tidak panik, kakinya tetap melangkah maju mengikuti sumber cairan.

Cairan itu berasal dari sebuah lemari. Gadis itu mencoba tenang dengan nafas yang memburu. Tangannya lalu membuka pintu lemari dimana ia dikejutkan oleh pemandangan seorang bocah yang menjadi pasien nya sudah tewas mengenaskan dengan luka tusuk di jantungnya.

        "Tidak mungkin..."

Kaki gadis itu meringsut mundur. Tubuhnya seakan lemas tidak berdaya. Seingatnya sebelum pemadaman listrik terjadi, bocah itu bermain sembari menunggu giliran pemeriksaan tiba.

Mencoba menghilangkan rasa paniknya, gadis itu membawa mayat sang bocah menuju kamar mayat. Walau ia merinding harus sendirian menuju kamar mayat, ia tetap memaksakan.

Anehnya selama ia berjalan di koridor, tidak ada satupun orang yang berpas-pasan dengannya, padahal ia sudah melewati beberapa ruangan. Ia merasa ada kejanggalan disini, tapi ia berusaha mengabaikannya.

Samar-samar dari kejauhan, ia bisa melihat seorang pria membelakanginya. Pria itu mengenakan blazer berwarna hitam. Di tangannya terdapat sebuah senjata, akan tetapi ia tidak dapat melihat senjata apa yang dibawa oleh pria itu.

        "Tunggu!" panggil sang gadis tanpa ragu.

Pria itu hanya menoleh dari lirikan mata. Hal itu membuat si gadis mengurungkan niat untuk menghampirinya. Kalau dari perawakan, ia merasa tidak asing dengan tubuh pria yang membelakanginya.

Tanpa menunggu lama, pria itu segera berjalan menjauh. Awalnya sang gadis hendak mengejar, namun ia tidak bisa meninggalkan mayat bocah itu sendirian, alhasil ia berniat untuk meletakkan bocah tersebut di kamar mayat terlebih dahulu.

        "Siapa sebenarnya pria itu..."

Menggelengkan kepalanya berulang kali, gadis itu memutuskan kembali berjalan. Saat itu pemadaman listrik seketika berakhir. Membuat seluruh koridor kembali dipenuhi cahaya lampu.

Enigma [Zayne X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang