3

1.5K 149 11
                                    

Happy Reading




Beberapa hari berlalu dan tidak sesuai dengan ucapannya tempo hari, sampai saat ini Arthur masih berada di mansion. Niatnya yang ingin menetap di New York tidak lebih dari tiga hari, lenyap. Semua panggilan dari Nichol yang menyuruhnya untuk pulang ke Jerman, sengaja ia abaikan.

Selain itu, Arthur juga tahu ternyata Keith dan Seth menetap di Boston setelah menikah. Hanya saja karena kesehatan Henry yang belum membaik membuat pasangan itu memilih tinggal di mansion utama sekaligus untuk menemani Evelyn. Mereka akan pulang jika kondisi Henry sudah cukup pulih. Mendengar pernyataan itu ketika makan malam kemarin membuat otak Arthur mulai bekerja. Jika Keith pulang ke Boston artinya dominan itu tidak akan bisa melihatnya lagi mengingat jarak New York ke Boston lumayan jauh, sekitar tiga jam lebih berkendara. Hingga sebuah pemikiran muncul di benaknya. Menurutnya ini adalah opsi paling baik dan tidak akan memancing kecurigaan dari orang-orang di sekitarnya. Arthur memilih menyimpan ide itu, meskipun di sisi lain ia harus mengorbankan waktunya bersama Nichol. Dia juga sudah mempersiapkan diri dari amukan Nichol jika kekasihnya tahu nanti.

Arthur memang mencintai Nichol tetapi di satu sisi ia tidak bisa menghilangkan ketertarikannya kepada Keith, kakak iparnya sendiri. Keith terlalu sempurna untuk dilupakan.

"Aku harus pulang ke Boston."

Arthur memperlambat langkah kakinya ketika sayup-sayup mendengar percakapan dua orang di dekat anak tangga.

"Kenapa mendadak sekali?"

"Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Kau ingin tetap di sini atau ikut pulang bersamaku?"

Keith terlihat berpikir sejenak sebelum menghela napas. "Aku ingin pulang bersamamu tapi di satu sisi aku tidak tega jika harus meninggalkan Ibu sendiri apalagi kondisi Ayah juga belum sepenuhnya sehat."

Seth mengerti kekhawatiran Keith. Pria dua puluh enam tahun itu tersenyum seraya mengecup punggung tangan Keith. "Aku mengerti, Sweet. Jika kau ingin tetap di sini, tidak masalah. Aku akan pulang ke Boston sendiri. Setelah beberapa hari, aku alan kembali untuk menjemputmu. Bagaimana?"

Keith mengangguk, menyetujui ucapan suaminya. Pria manis itu lalu merangkul lengan Seth sebelum keduanya menuruni anak tangga. "Aku akan mengantarmu sampai teras," ucap Keith kemudian.

Arthur menyeringai ketika melihat pemandangan romantis itu. Entah kenapa dirinya merasa muak tiba-tiba. Keinginan untuk merealisasikan idenya semakin besar. "Aku tidak akan pergi dari Amerika sebelum merasakan tubuhnya." Lelaki delapan belas tahun berujar dalam hati.

****

"Hei ...." Keith berseru ketika melihat Arthur duduk sendiri di sofa. Keraguan Keith tempo hari tentang mendekatkan diri ke Arthur sengaja ia lenyapkan karena bagaimanapun juga benar kata suaminya bahwa sikap Arthur sekarang bukan tanpa alasan. Ketika melihat Arthur sedang sendirian, Keith memilih menghampirinya untuk sekedar mengobrol kecil.

Keith duduk di sebelah Arthur yang kini sudah menatapnya. "Sejak datang dan sampai sekarang kau tidak pernah keluar mansion, apa kau tidak bosan?" Keith mencoba berbasa-basi dengan harapan Arthur akan menjawab pertanyaannya.

Arthur menggeleng namun tatapannya masih tertuju pada Keith. Keith yang mendapati pandangan intens itu sedikit merasa tidak nyaman.

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang