Happy reading
"Apa yang kau masak, hm?"
Keith menoleh ketika sepasang tangan melingkari pinggangnya. Bibirnya tersenyum kecil saat mendapati Seth tengah menumpukan dagu ke pundaknya. "Hanya makanan sederhana. Kau tahu bukan jika aku tidak terlalu pandai memasak."
Seth mengangguk dengan dagu yang masih bertumpu di pundak suami manisnya. "Apa kau masih yakin tidak ingin mempekerjakan pelayan?"
Keith mengangguk mantap. "Tentu saja. Aku masih mampu untuk mengurus rumah ini," sahutnya. "Menyingkir sebentar! Aku ingin memindahkan masakanku ke piring." Barulah Seth langsung melepas pelukannya dan menyingkir.
"Kau yakin mampu mengurus rumah sendiri?" Seth yang tidak ingin pasangannya kelelahan tentu sedikit kontra dengan jawaban Keith barusan. Lagipula, mempekerjakan satu atau dua pelayan tidak akan membuatnya bangkrut.
"Iya, Suamiku. Lagipula di rumah ini tidak ada anak kecil, jadi kondisinya tidak akan terlalu berantakan. Jadi, kau jangan khawatir!" Keith menjawab tanpa pikir panjang. Fokusnya kini tertuju pada hasil masakannya yang sedang ia tata di piring.
Namun, Seth mengartikan lain jawaban itu. Setelah resmi menikah, dominan itu cukup sensitif ketika membahas keturunan. Seth seolah tidak sabar untuk segera menggendong anaknya bersama Keith. "Begitu?"
Keith mengerutkan dahi ketika mendengar sahutan dari sang suami. Setelah membereskan peralatan kotor, pria manis itu berbalik untuk menatap Seth.
"Jadi maksudmu, kau ingin mempekerjakan pelayan jika kita sudah memiliki bayi?" Seth maju dan kembali memeluk Keith dari depan. Kini jarak keduanya sangat-sangat dekat dan bahkan ujung hidung mereka hampir bersentuhan.
Raut wajah Keith mulai berubah. Ia refleks membuang tatapan ke sembarang arah seolah tidak berani menatap balik sang suami. Rasa takut tiba-tiba kembali menguasainya. "Se-seth ...." Keith mencoba mendorong tubuh tegap itu. "Hentikan, Seth!" Ia meringis ketika Seth tiba-tiba mencium lehernya. "Cepat panggil Arthur dan ayo makan malam!"
Barulah, Seth langsung bergerak menjauh. "Aku lupa jika ada Arthur di sini," ungkapnya sebelum berbalik menuju salah satu kamar di lantai satu yang ditempati oleh adik tirinya itu.
Keith berbalik lalu bersandar di counter. Perasaannya berubah tidak karuan. Setelah menenangkan diri, ia segera menaruh piring berisi menu makan malam ke meja makan. Tak berselang lama, Seth kembali ke area dapur dengan diekori Arthur. Seth menyuruh Arthur untuk duduk dan ia menyusul Keith yang sedang mematung di depan dishwasher.
"Sweet?"
Keith terlonjak ketika pundaknya ditepuk seseorang. "Ah, kau mengagetkanku, Seth!" ujar Keith seraya mengusap dada.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Keith menggeleng. "Bukan apa-apa." Terlihat jelas jika pria manis itu tengah menutupi sesuatu. Dia melepas celemek seraya melirik dishwasher yang masih bekerja. "Ayo ke meja makan!"
Seth berjalan seraya menatap intens punggung Keith. Melihat tingkah suami manisnya itu, Seth mulai merasa curiga. Pada akhirnya dominan itu memilih menahan rasa keingintahuannya karena jika ia nekat bertanya sekarang, Keith pasti akan kembali menjawab 'aku baik-baik saja'.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS
Fantasy[BL] [Cheating] [M-PREG] This is a wild romance story, if you're not into it, feel free to bounce out of here ASAP! Kisah berbahaya ini dimulai ketika Arthur Raymond Gauthier pulang ke New York setelah delapan tahun menetap di Jerman. Kepulangannya...