24

607 72 26
                                    

Happy reading!






“Tidak ada yang tertinggal?” tanya Seth memastikan sebelum menyalakan mesin mobil.

Keith menggeleng tanpa menatap suaminya.

Seth mengangguk, menghidupkan mesin mobil, lalu melajukan kendaraan roda empat itu menuju jalan raya. Sekarang keduanya dalam perjalanan menuju New York untuk menginap di mansion utama, sesuai permintaan Evelyn.

Sepanjang perjalanan hanya terdengar lagu-lagu santai dari radio mobil. Baik Seth ataupun Keith tidak ada yang membuka suara. Sebenarnya, Seth kembali merasa heran. Karena tidak biasanya Keith diam mematung. Jika mereka pergi berdua, pria manis itu akan mengajaknya mengobrol panjang lebar, dari membahas politik, selebriti, sampai kuliner yang tengah happening.

“Ada apa, hm?” Seth meraih tangan Keith kemudian menggenggamnya, sedangkan sebelah tangannya masih memegang kemudi.

Keith refleks menoleh. “Tidak apa-apa. Memangnya aku kenapa?” Pria manis itu balik bertanya dengan dahi mengerut.

“Tidak biasanya kau diam seperti ini. Ayo bicara, Sweet! Aku rindu ocehanmu.” Seth menyuarakan pikirannya.

Mendengar itu, Keith sontak terkekeh. “Dasar gila!” tukasnya seraya melirik sang suami.

Bibir Seth membentuk kurva ke atas. Dominan itu lalu mengecup punggung tangan sang istri beberapa kali.

“Fokus menyetir, Seth! Ingat! Tujuan kita ke mansion utama, bukan ke pangkuan-Nya.” Keith menunjuk ke atas. Setelah itu, ia menarik tangannya dari genggaman Seth.

Dan selepas itu, keheningan kembali mengambil alih. Keith yang semalam tidak bisa tidur nyenyak, memilih beristirahat sekarang. Ia mengalungkan bantal leher sebelum memejamkan mata.

****

Setelah tiga jam lebih berkendara, mereka pun tiba di mansion. Di teras terlihat Evelyn sudah menunggu kedatangan keduanya karena sebelum sampai, Seth menyuruh Keith untuk mengabari sang ibu.

Keith keluar lebih dulu dan menghampiri ibu mertuanya seraya tersenyum kecil, sedangkan Seth tengah mengeluarkan beberapa barang dari dalam bagasi.

Keith memeluk Evelyn sambil menanyakan kabar, ya bisa dikatakan sedikit basa-basi.

“Ayo masuk! Biarkan penjaga saja yang membawakan barang kalian ke dalam.” Setelah mengucapkan itu, Evelyn berbalik dan berjalan masuk seraya merangkul pundak menantunya.

“Bagaimana di jalan tadi? Tidak ada masalah, kan?” tanya Evelyn pada Keith.

“Tidak, Mom. Bahkan aku tertidur sepanjang jalan.”

Evelyn terkekeh lalu menyuruh menantunya itu untuk duduk di sofa. “Apa kau sering mengantuk, uh?” tanya wanita itu tiba-tiba.

Keith yang tidak berpikir macam-macam lantas mengangguk sebagai jawaban. “Iya, Mom. Tapi aku sudah memeriksakan diri dan kadar gula darahku normal.”

Senyuman di bibir Evelyn semakin lebar. Wanita itu lantas duduk di sebelah Keith lalu menggenggam tangan sang menantu. “Keith, mudah mengantuk bukan hanya tanda-tanda diabetes.”

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang