33

407 56 31
                                    

Happy reading!

Beberapa hari terlewati dan sudah lewat dua hari Keith dan Arthur tidak berada di rumah. Lebih tepatnya kedua orang itu tengah staycation di salah satu hotel mewah dalam rangka merayakan ulang tahun sang dominan. Tentu saja mereka bersenang-senang.

Bahkan karena terlalu senang, Keith sampai melupakan ponselnya. Pria manis itu tahu Seth sempat menelepon dan mengirim pesan namun sengaja ia abaikan. Ia berniat membalas nanti namun karena perasaannya sedang bahagia ia pun lupa.

Berhari-hari terlewati dan Keith sama sekali tidak berpikir apakah suaminya sudah kembali atau masih berada di Qatar.

Dan kini kedua orang itu memutuskan check out dari hotel dan pulang terpisah. Keith kembali ke rumah dan Arthur pergi ke kampus untuk berkuliah.

Dan Keith tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya saat melihat mobil Seth terparkir di garasi. Ini bahkan masih pagi, jangan bilang Seth pulang dari kemarin.

Setelah menetralkan perasaan gugup, Keith masuk ke rumah yang tampak sunyi. Suasana benar-benar sepi seolah tidak ada penghuni.

“Kau pergi tanpa memberitahuku.”

Keith terlonjak dan refleks berbalik saat suara itu mengalun di belakangnya. Di sana, tepat di belakangnya, Seth berdiri menjulang dengan raut datar. Jarang sekali selama mereka berhubungan, Seth menunjukkan ekspresi itu.

Keith menelan ludah kasar, rasa gugupnya kembali datang.

“Kau bahkan tidak pulang ke rumah. Dari mana kau sebenarnya?”

Keith membuang pandangan, menatap ke arah lain asal tidak beradu tatap dengan sang suami. Sebelum sempat menjawab, sikap Seth setelahnya berhasil mengejutkannya lagi.

Dia melihat barang yang barusan dilempar suaminya dengan raut shock.

“Aku tidak pernah menyimpan pengaman selama kita menikah.” Seth menatap pengaman yang berserakan di lantai dengan tajam, sebelum kembali menatap sang istri. “Siapa yang kau bawa ke sini?!” Nada suaranya perlahan naik.

Keith refleks menggeleng. “Aku tidak pernah membawa siapapun ke mari,” sahutnya cepat.

Don't lie to me!”

“Aku tidak berbohong, Seth!” Intonasi suara Keith ikut meninggi. Seth seolah menunduhnya berselingkuh, padahal dia sendiri juga main belakang. Iya, kan?

“Lalu bagaimana bisa benda sialan ini ada di kamar?!”

Keith meremat kedua tangan dan napasnya mulai memburu. “Aku yang membelinya, kau puas?!”

Seth diam.

Melihat keterdiaman itu, Keith seolah tidak merasa puas. Ia semakin mengangkat dagu dan menatap tajam sang suami. “Kenapa diam?! Ayo tuduh aku lagi! Kau menuduhku selingkuh, kan?!” Suara Keith memantul nyaring, memecah keheningan, membuat situasi semakin memanas.

“Kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku saat melihat barang itu ada di kamar kita ....”

“Setidaknya kau bisa bertanya baik-baik padaku, Seth! Jangan asal bicara! Kau menyakiti perasaanku, tau.” Keith membalas dengan napas memburu.

Melihat Keith yang sangat emosi, membuat Seth merasa kaget; tentu saja. Karena ini pertama kalinya Keith bisa se-marah ini. Sangat marah sampai Seth tidak melihat setitik pun kelembutan di raut wajahnya.

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang