23

596 80 13
                                    

Happy reading!





Waktu terus berjalan dan tepat hari ini adalah jadwal kepulangan Seth ke Boston. Pria itu tidak memberi kabar atas kepulangannya yang terang saja membuat Keith sangat terkejut ketika melihat sang suami berjalan memasuki seraya menggeret koper.

Suasana mendadak berubah canggung. Ngomong-ngomong saat ini Keith sendirian di rumah. Arthur sudah pergi ke kampus sejak beberapa jam yang lalu.

“K-kau tidak memberitahuku jika hari ini kau kembali.”

Seth tidak menjawab. Tatapan dominan itu menyorot lurus ke arah Keith.

Mendapati respons acuh tak acuh dari suaminya membuat Keith semakin bertambah kikuk. Entah kenapa, rasa panik perlahan mulai melandanya.

“Kau bahkan mengabaikan pesan dan panggilan dariku. Bagaimana bisa aku mengabarimu?” sahut Seth setelah diam cukup lama.

Keith meneguk ludah kasar. Astaga, dia melupakan fakta itu. Bahkan beberapa hari ini ingatan tentang Seth hilang dari benaknya. Belum sempat Keith merespons, Seth kembali menarik napas panjang seraya berjalan mendekat.

“Maaf, Sweet,” ucap Seth tulus. Ia melepas pegangannya pada koper dan beralih meraih kedua tangan sang istri. “Maaf atas sikapku yang membuatmu tersinggung, aku minta maaf karena pergi mendadak dan mengabarimu hanya lewat panggilan. Aku benar-benar minta maaf ...,” ujar dominan itu penuh permohonan. “ ... Tolong jangan abaikan aku, Sweet.”

Keith mengangguk tanpa pikir panjang sambil menarik tangannya. Sikap Seth ini membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. “Iya, tidak masalah. Aku juga minta maaf atas sikapku yang terkesan kekanak-kanakkan.”

Seulas senyum lembut terbit di bibir si dominan. Tanpa ragu, Seth langsung memeluk Keith cukup erat. Terlihat jelas jika Seth sangat merindukan sang istri. “Aku mencintaimu,” ucap Seth penuh kasih seraya menenggelamkan wajahnya ke leher Keith.

Keith terkekeh dan membalas pelukan suaminya. “Aku juga.”

Dan pasangan itu saling meluapkan kerinduan lewat pelukan yang semakin mengerat, seolah Seth tidak rela melepaskan dekapan hangatnya dari tubuh istri-nya.


****


“Ibu meminta kita untuk menginap di mansion utama.”

Keith langsung mendongak, menatap Seth. Saat ini keduanya sedang menonton televisi bersama dengan Keith bersandar di dada suaminya. “Hanya kita berdua yang menginap?”

Dahi Seth mengerut. “Hm ....”

“Bagaimana dengan Arthur? Apa kita akan meninggalkannya sendiri di rumah ini?” imbuh Keith cepat, memotong jawaban dari Seth.

Seth terlihat berpikir sebentar. “Lihat saja, jika Arthur ada mata kuliah berarti dia tidak bisa ikut ke New York. Ayah akan marah jika mengetahui Arthur bolos kuliah,” sahutnya seraya mengangkat bahu. Sedetik kemudian, dominan itu tiba-tiba tersenyum penuh arti. “Sepertinya, kau sudah mulai dekat dengan Arthur.”

Mendengar ucapan terakhir itu membuat Keith mengernyitkan dahi.

“Seingatku, kau masih terlihat tidak nyaman dengan Arthur sebelum kepergianku kemarin.” Seth menambahkan seraya mengusap lembut rambut sang istri.

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang