26

581 64 13
                                    

Happy reading

Tepat di hari ketiga, Keith memutuskan untuk pulang lebih dulu ke Boston. Ia pulang dengan diantar salah satu orang kepercayaan Henry, karena Seth masih harus tinggal di New York untuk urusan pekerjaan. Setelah berpamitan dan sedikit berbasa-basi dengan mertua serta suaminya, Keith berlalu masuk ke mobil.

Di sepanjang perjalanan yang Keith lakukan hanya tidur. Belakangan ini tubuhnya terasa cepat lelah padahal ia tidak melakukan pekerjaan berat.

Hampir empat jam kemudian, mobil putih yang ditumpanginya berbelok ke kawasan perumahan yang tentu saja tampak sepi. Orang-orang di sana sangat individualis dan mereka tidak akan keluar rumah jika tidak ada urusan penting.

Keith baru memasuki rumah saat mobil yang mengantarnya melaju pergi. Akhirnya mulai malam ini ia bisa tidur di rumahnya sendiri. Meski mertuanya sangat-sangat baik namun Keith terkadang masih merasa canggung dan merasa lebih baik jika tinggal di kediamannya sendiri, meski rumahnya tidak sebesar mansion utama.

Dahi lelaki itu mengerut saat mendapati rumahnya sangat sepi. Seingatnya, mobil Arthur terparkir di garasi yang artinya si pemilik mobil pasti berada di rumah, bukan?

Tapi suasana rumah sangat sunyi, seolah membuktikan bahwa hanya ada Keith sendiri di sana. Keith memeriksa ponselnya dan tidak ada pesan ataupun panggilan telepon dari Arthur. Hanya ada pesan masuk baru dari Seth yang menanyakannya apakah sudah sampai di rumah. Namun, Keith agak malas membalas pesan itu. Ia memilih membalasnya nanti.

“Arthur?” Suara Keith menggema namun tetap tidak ada sahutan.

Merasa jika Arthur tidak berada di rumah, Keith lantas mengangkat bahu kemudian berjalan menuju dapur. Ia mengambil sebotol air dari dalam lemari pendingin dan langsung meneguknya tanpa pikir panjang.

Saat tengah menikmati air yang mengalir; membasahi tenggorokannya, tiba-tiba tangan asing terulur, melingkari perutnya. Mata Keith membulat sempurna dan akibatnya ia tersedak sampai terbatuk-batuk.

Miss me, huh?”

Tubuh Keith langsung merinding saat suara berat itu berbisik di telinganya. Napas sang pelaku berembus samar mengenai tengkuknya yang semakin membuat dia bergidik.

“Kau pulang tidak memberitahuku. Ingin memberi kejutan, hm?” Arthur semakin mempererat pelukannya seiring dengan bibirnya mulai menjamah leher mulus Keith.

Saat kesadaran menamparnya telak, Keith menggeliat; berusaha melepaskan diri. “Aku lelah, Arthur,” ujarnya dengan nada pelan.

“Baiklah kau cukup diam. Aku yang akan bergerak,” sahut Arthur dengan masih menjelajahi leher seseorang di pelukannya.

Keith sedikit memekik saat tubuhnya dibalik paksa. Kini keduanya berdiri berhadapan. Keith menahan napas saat beradu pandang dengan Arthur. Beberapa hari tidak bertemu, demi apapun lelaki muda itu terlihat semakin tampan.

“Apa kau tidak merindukanku?” tanya Arthur seraya mengusap pipi Keith dengan telunjuk. Dominan itu semakin mendekat, mempertipis jarak di antara keduanya.

Tangan kanan Keith terulur, melingkari pinggang sang dominan. “Kau bertanya hal yang kau sendiri tahu jawabannya.”

Arthur sontak terkekeh. Telunjuknya bergerak menuju bibir Keith dan mengusap benda kenyal milik pria manis itu. “Kau pasti bersenang-senang di sana ....” Arthur yang menyadari sesuatu tiba-tiba melirik ke belakang. “Ngomong-ngomong di mana suamimu?”

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang