15

1K 87 13
                                    

Happy reading


Keesokan harinya, tepatnya pukul tiga pagi, Keith yang tengah tertidur pulas perlahan mulai terganggu akibat pergerakan seseorang. Pria manis itu memilih acuh tak acuh dan lanjut tidur, sebelum sebuah ingatan menamparnya telak.

Fakta bahwa saat ini ia hanya tinggal berdua dengan Arthur membuatnya langsung membuka mata lebar-lebar seraya menangkis tangan yang hampir mengusap lengannya.

Di tengah keremangan, napas Keith terdengar berderu kuat seiring dengan keringat dingin mulai mengucur keluar.

"Hei, Sweet?"

Suara lembut Seth tiba-tiba terdengar.

"Maaf karena membuatmu terkejut, Sayang."

Mendengar suara sang suami, Keith merasa tenang. Tiba-tiba, matanya terasa memanas tanpa alasan. Keinginan untuk mendekap tubuh suaminya kuat-kuat mendadak muncul yang membuat dia tidak mampu untuk menahan diri lagi.

Keith langsung memeluk Seth dan menangis di dada suaminya. Rasa bersalah tiba-tiba datang yang membuatnya seperti dicekik oleh sesuatu tak kasat mata.

Sakit sekali.

"Sweet ...?" Seth balas memeluk dan mengusap punggung sang istri dengan kening mengernyit bingung. "Hei, apa ada masalah saat aku pergi, hm?"

Keith tidak membalas dan malah semakin mempererat cengkeramannya pada kemeja yang dikenakan suaminya.

Pada akhirnya, Seth memilih menahan kuat-kuat rasa ingin tahunya dan beralih menenangkan sang istri yang masih sesenggukan.

Keith bukan tipe orang yang mudah menangis. Bahkan saat neneknya meninggal, pria manis itu hanya menyendiri di pojok ruangan dengan tatapan kosong. Setetes pun air matanya tidak keluar.

Tapi sekarang?

Keith benar-benar menangis kuat hingga kemeja yang Seth gunakan basah kuyup.

Setelah cukup mampu menahan diri, Keith perlahan mulai menarik diri seraya menunduk. Ia benar-benar tidak berani, lebih tepatnya malu, menatap wajah Seth.

"Would you like to share something that made you cry this much?" tanya Seth dengan lembut dan penuh kehati-hatian seraya menangkup pipi sang istri. Secara perlahan, dominan itu mengangkat wajah Keith agar menatapnya.

Keith refleks menggigit bibir bawahnya saat beradu pandang dengan Seth. Ingatan saat Arthur menidurinya kemarin kembali muncul yang membuat kedua matanya berkaca-kaca lagi.

"No! Please don't cry, Sweet ...," bisik Seth saat air mata kembali menuruni pipi sang istri.

Keith mencengkeram kedua tangan Seth yang tengah menyentuh pipinya. "D-do you love me?"

Seth mengangguk tanpa ragu. "Yes, I love you so much-today, tomorrow, and forever."

Keith tersenyum kecut. Bisakah dia mendengar pengakuan tulus itu setelah Seth mengetahui kejadian yang sebenarnya?

"Apa yang terjadi? Ayo, katakan padaku!" Kali ini, nada bicara Seth terkesan memaksa. Dominan itu tidak bisa lagi memilih diam seperti sebelum-sebelumnya. Ia benar-benar tidak akan memaafkan siapapun yang membuat istrinya menangis.

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang