36

302 46 23
                                    

Happy reading!

Pagi harinya, Keith terbangun dan tidak menemukan Arthur di sebelahnya. Tidak biasanya dominan itu bangun lebih dulu. Keith beranjak, berjalan keluar kamar dan menemukan Arthur tengah bermain ponsel di sofa, dengan kondisi televisi yang menyala.

“Tidak biasanya kau bangun lebih dulu.” Keith membuka suara seraya melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Arthur tidak menyahut dan masih terpaku pada ponselnya. Lelaki itu sesekali terlihat meringis dan tersenyum sangat tipis. Arthur seolah tidak menyadari keberadaan Keith dan tidak sadar bahwa dirinya sedang diajak bicara.

Keith menutup pintu kamar mandi lalu menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel. Ia menggosok gigi dengan pikiran melayang ke mana-mana. Perasaannya mendadak tidak tenang ketika teringat tingkah Arthur tadi.

Arthur seperti seseorang yang tengah kasmaran lagi.

Gerakan Keith terhenti. Apa jangan-jangan Arthur menemukan orang lain yang menarik perhatiannya?

Tentu saja hal itu tidak sulit, mengingat Arthur memiliki segalanya. Harta, kekuasaan, serta ketampanan yang luar biasa. Tidak sulit untuk lelaki itu menggaet siapapun yang menarik perhatiannya.

Keith menggeleng, mengenyahkan semua pemikiran itu. Ia lantas berkumur dan beralih mencuci muka.

Itu pasti hanya pikirannya saja. Ya, pasti.

Selesai dengan itu, Keith keluar dan memilih untuk menyiapkan sarapan. Ternyata Arthur masih berada di sofa namun tidak bermain ponsel lagi.

“Kau sudah bangun?” Arthur terkejut ketika melihat Keith keluar dari kamar mandi.

Keith mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Ia menyibukkan diri dengan mesin pemanggang roti di depannya. Tak berselang lama, dua porsi roti panggang serta dua gelas kopi terhidang di meja depan televisi.

Keith mengambil posisi duduk di sebelah Arthur.

Sembari mengunyah, Keith kembali teringat tingkah Arthur tadi. Diam-diam ia melirik ke samping, ingin bertanya tapi ragu. Jika dia bertanya, apa Arthur akan menjawab secara gamblang?

“Ada apa? Kau ingin menanyakan sesuatu?” Meski tatapannya fokus ke depan, bukan berarti Arthur tidak tahu jika sedari tadi Keith curi-curi pandang.

Keith menelan rotinya lalu beralih meminum kopi. Ia membasahi bibir bawah sebelum membuka suara. “Sejak kemarin, kau fokus dengan ponselmu.”

Arthur mengernyitkan dahi seraya menatap lawan bicaranya. “Lalu?”

Keith terdiam.

Arthur tampak tidak puas melihat keterdiaman itu. “Apa salahnya jika aku fokus bermain ponsel?” Dominan itu bertanya balik.

Keith refleks menggeleng. “Tidak, tidak salah sama sekali. Aku hanya bertanya saja.”

Arthur berdecak kemudian bangkit untuk membersihkan diri. Sarapannya bahkan masih utuh belum tersentuh.

Keith menghela napas seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Perasaannya semakin berubah aneh ketika melihat respons itu.

DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang