🌷HAPPY READING🌷
Alana tengah berjalan menuju ruang Kelasnya. Terlihat tatapan Siswa-siswi kepadanya tampak tak suka.
Sepanjang perjalanan, Alana menunduk sambil memegang tas ranselnya. Tubuhnya yang mungil dan kecil, seperti Siswi yang masih SMP, sungguh sangat menggemaskan.
Ia terkejut saat ada Aksa yang berdiri di depan Kelasnya, Alana menggerutkan dahinya sambil mencoba mengatur nafas.
Alana tetap melangkahkan kaki mungilnya, saat hendak masuk ia lebih menundukkan kepalanya. Namun, pergelangan tangannya dicekal oleh Aksa, lelaki jangkung itu menatap datar dan dingin kearah Alana.
"Ada apa, Kak?" tanya Alana dengan sopan dan lembut, sesekali mata tajam hitam pekat itu menatap di mana Aksa berdiri.
"Taruh tas lo, terus ikut gue," ucapnya seraya melepaskan pergelangan tangan Alana. Sungguh hidup Alana kini sedang tidak baik-baik saja. Tak ada pilihan lain, Alana mengikuti apa yang disuruh oleh Aksa. Dari pada ia terkena marah oleh Aksa, ia rela melakukan apapun.
Suasana sekolah masih belum terlalu ramai, jadi aman untuk Alana. Alana meletakkan tas–nya di kursi paling pojok, karena di sanalah tempat duduknya. Ia pun kembali melangkah pelan, menuju di mana Aksa yang masih setia menunggu di depan Kelas.
Aksa mulai menggerakkan kakinya untuk pergi dari sana dan Alana mengikutinya dari belakang.
Pandangan semua orang terlihat sedang memandangi Alana dengan perasaan jijik, Alana terus menerus menundukkan kepalanya tak berani untuk menatap di mana Kakak Kelas menatapnya.
Bisik-bisikan keji mulai terdengar digendang telinga Alana, tapi Aksa tampak acuh tak acuh saja.
"Dasar cewek gak tau diri! Apa-apaan dia mepet-mepet terus sama Aksa? My boy aku. Cih! Nggak punya urat malu!"
"Eh, itu Adiknya Aluna bukan, sih? Cewek yang dikeluarin dari Sekolah oleh Aksa?"
"Kakak dan Adiknya sama aja, sama-sama jalang! Ih, jijik gue."
"Bener, mungkin satu Keluarganya juga jalang, termasuk Mamanya,"
Telinga Alana terasa panas mendengarnya. Alana memejamkan matanya, ingin sekali ia mengacak-acak wajah menyebalkan Kakak Kelas itu, namun ia takut melakukan itu, nyalinya sangatlah kecil. Alana menarik nafas, dan membiarkan mereka untuk berbicara seperti itu.
Sesampainya di–roptoop, terlihat ada tiga pemuda yang tengah duduk disofa. Raigan Pratama dan Arkan Braizen duduk bersebelahan disofa panjang, Karang Pradipta, duduk dikursi depan meja.
"Minggir!" titahnya pada Raigan yang duduk diujung sofa. Raigan yang mendengar itu pun berdecih pelan. Ia mengangkat tubuhnya untuk beralih pada kursi di sampingnya.
Alana berdiri tegak disamping Aksa, ia tak tahu kenapa Kakak Kelasnya itu membawanya kesini.
"Ke–kenapa aku dibawa kesini, Kak?"
Aksa menarik tangan Alana agar ia duduk disampingnya. Alana tentu saja kaget, ia mulai merapatkan posisi duduknya. Duduk ditengah tengah Aksa dan Arkan.
"Lo tau?"
Alana menggeleng pelan. Jujur saja ia tak tahu apa yang dimaksud oleh Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALANA
Short Story"Gue cinta sama lo. Dan gue gak akan ngelepasin lo gitu aja!" "Lo harus ngandung anak gue biar bisa nikah sama gue! Gue gak terima sama yang namanya penolakan!!" "Bagaimana pun juga, lo harus nikah sama gue!" _AKSA RAHENDRA L...