Chapter 22 : AKSA MESRA?

1.7K 53 2
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Alana berjalan dengan dilengkapi oleh wajah yang sungguh sangat datar dan juga auranya yang sangat mengerikan, dan selalu mengulum permen milkita sebagai pelengkap pemanis rasa. Dan tidak lupa, earphones yang terpasang di kedua telinganya.

"Alana!" panggil seseorang dengan sangat nyaring, sehingga Siswa-siswi pasang mata terhadap gadis yang meneriaki Alana tadi. Anna, gadis itu tak memperdulikan mereka, ia berlari supaya dapat mendekati Alana.

Alana menoleh kepada Anna yang terdiam dengan nafas naik turun karena lelah, melepaskan earphones yang terpasang di telinganya. Berjalan mendekati Anna yang yang masih menghatur nafas.

"Anna, ngapa lo?" tanyanya seusai permen milkita itu terlepas dari mulutnya. Anna sedikit mendongak, setelah itu berdiri sambil memegang punggungnya.

"Gue dari tadi manggil-manggil Lo," ucapnya setengah kesal. Padahal dia tadi berteriak sangat nyaring, loh. Tapi Alana sama sekali tak mendengarnya, apa jangan-jangan telinga Alana tersumbat oleh batu? Pikir Anna yang sangat-sangat di luar nalar.

"Eh, sory, sory. Nggak kedenger, soalnya tadi pake earphones. Hehe...," ucap Alana sambil nyengir melihatkan gigi putih nan rapinya itu. "Lo ngapa manggil-manggil gue? Ada berita penting, 'kah?"

"Bukan berita, itu... eum, gue mau minta maaf, ya? Soalnya gue beberapa hari ini nggak bisa bareng lo terus. Gue sibuk banget, apalagi Ibu gue, 'kan masuk rumah sakit," ucap Anna lembut seraya menggaruk kepalanya yang tak sama sekali gatal.

"Ye'ellah, Na, Na. Santai aja kenapa, sih? Kita, kan, temen. Gue tau keadaan, jadi nggak perlu, lah, Lo minta maaf terus. Lo kayak sama siapa aja," ujarnya Alana menepuk-nepuk pelan pundak Anna, Anna hanya bisa tertawa pelan. "Eum, lo jadi nginap rumah gue nggak, Slur?"

"Pasti jadi dong, Slur. Malam ini, ya, Deng?" Alana dengan semangat empat puluh limanya mengangguk dengan sangat mantap, sambil mengacungkan jempolnya bertanda setuju.

"Boleh-boleh dong, Slur. Nanti lo gue jemput, deh," ujarnya sambil menatap sinis pada Siswa yang sedang berlalu lalang, dengan matanya yang berkedip genit pada Alana. "𝘊𝘪𝘩! 𝘋𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘶𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨! 𝘎𝘶𝘦 𝘤𝘰𝘭𝘰𝘬 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘵𝘢𝘶 𝘳𝘢𝘴𝘢!" batinnya dengan kekesalan yang sudah memuncak di atas kelapa, ralat! Maksudnya kepala.

"Gak usah repot repot. Enggak perlu, enggak perlu. Nanti sore gue ke rumah lo naik taxi aja," ujar Anna dengan mantap, mantap seratus persen di jiwa, bukan di ubun-ubun.

"Beneran, nggak mau gue jemput?" tanyanya yang dibalas anggukan mantap lagi oleh si Anna, dengan senyuman lebar yang terukir diwajah manisnya itu. Manis, manisnya mengalahkan gula se pabrik, woi! Tidak, tidak! Alana tetap nomor satunya, cantik, pintar, manis, imut, pangket lengkap. Puas?! Puas engkau menyelingkuhi Udin, dan memilih bersama Asep wahai, Budi?! Nggaklah, canda, Slur, canda.

"Tapi sehari aja, nggak papa, 'kan?"" tanyanya kepada Alana yang kembali mengulum permen milkita rasa coklatnya. Gadis berlesung pipit itu menatap manik mata Anna lembut, setelah itu menampilkan senyuman manis.

"Ya Allah! Manis sekali ciptaan makhluk tuhan yang satu ini. Boleh hamba karung, 'kan tidak? Buat bawa pulang."

"Neng, mau jadi Istri Mang, nggak? Maharnya, telur lima kelo."

AKSALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang