Chapter 06 : CALON MAMA BARU?

3.1K 104 18
                                    

🌷HAPPY READING🌷

"Alana pulang," ucapnya seraya membuka
pintu besar bernuansa putih itu, tak lupa juga hiasan dinding yang membuat rumah itu terlihat megah.

Alana berjalan ke dapur melihat ada Bi Ayu yang sedang memasak.

"Bik, Papa mana?" tanya Alana pada Bi Ayu, membuat Bi Ayu menolehkan kepalanya menghadap Alana.

"Non Alana, toh. Tadi Tuan pergi keluar, Bibi juga gak tau pergi kemana."

Alana mengangguk "makasih, Bik. Kalo gitu Alana mau keatas dulu,"

"Iya Non... eh, tangan Non Alana kenapa?!" tanya Bi Ayu seketika panik ketika melihat lengan Alana yang dibungkus oleh perban. Alana yang menyadari itu pun tersenyum canggung, dan menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya.

"E–enggak papa Bik, tadi jatuh dikit," ucap Alana sambil terkekeh pelan, ia tak mau bahwa itu adalah luka dari sebuah beling yang pecah. Takut membuat Bik Ayu panik. Apalagi, Alana takut Bik Ayu akan memberi tahu kepada Papanya nanti. Ia takut dimarahi.

"Enggak parah, 'kan, Non?" tanya Bik Ayu memastikan, ia khawatir melihat tangan Alana yang di perban itu, walaupun Alana menyembunyikan tangannya di punggung.

"Enggak Bik, lagian udah diobatin kok," ucap Alana tersenyum tulus, membuat siapapun yang berada atau melihat senyuman Alana, akan candu.

"Makanya Non, lain kali hati-hati," kata Bik Ayu mengingatkan Alana, Alana mengangguk singkat menanggapi ucapan dari Bik Ayu.

"Hehe ... iya, Bik. Kalau gitu, Alan pergi keatas dulu."

"Iya, Non."

Alana pun meninggalkan dapur, ia berjalan menelusuri anak tangga dengan langkai santai, tanpa berlarian.

***

Sesampainya di kamar, Alana memegang knop pintu dan membukanya. Terlihat kamar bernuansa hitam dan putih, sangat aesthetic. Alana membaringkan dirinya diatas kasur, dan menatap langit-langit kamar. "emang Papa kemana, ya? Tumben Papa keluar? Apa ada pekerjaan yang harus Papa selesain? Tapi biasanya jam segini udah pulang?"

Alana mengambil handphone dari atas nakas yang berada di samping kanan kasur Alana, ia membuka ponselnya dan menghidupkan data. Ia membuka aplikasi WhatsApp, melihat room chat disana. Terlihat chat–annya dengan Aluna, namun tak kunjung Aluna balas. Sepertinya, Aluna telah memblokir nomor kontaknya. Mungkin?

Hanya beberapa kontak saja yang ada di handphone Alana. Papanya, Aluna, grup SMP, hanya itu. Ia tak memiliki teman sama sekali. Tapi untung saja, saat di Perpustakaan tadi Alana sempat meminta nomor Anna yang kini telah menjadi temannya. Ia mengetik pesan, dan mengirimkannya kepada kontak Anna.

𝗔𝗹𝗮𝗻𝗮 : Sv nomor kontakku Na, Alana.

Anna belum membalas chat–annya, mungkin gadis itu belum membuka handphonenya.

Suara ketukan dari luar membuat atensi matanya yang tadi menatap handphone, kini teralih ke pintu kamar.

"Non?" panggil seseorang dari balik daun pintu.

"Iya, Bik. Masuk aja, pintunya nggak Alan kunci." Alana memperbaiki posisinya. Ia duduk di atas kasur dengan kaki yang menyilang panggung.

Mendengar sahutan dari sang manjikan, Bik Ayu membuka daun pintu dengan sopan. Tak lupa mengucapkan salam, Bik Ayu masuk dengan membawa nampan makanan di tangannya.

"Ini Non, makan dulu."

"Iya, Bik. Makasih."

Alana mengambil nampan makanan itu dari Bik Ayu, lalu ia letakkan di atas nakas.

AKSALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang