Chapter 07 : GUDANG

2.6K 88 6
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Hari ini Alana bangun sangat pagi. Ia sangat senang, karena kemarin sang Papa sudah berubah lagi seperti dulu, sebelum dilandasi oleh kesedihan yang terpuruk.

Kini, Alana tengah menunggu ojek di tempat biasanya, sesekali ia bersandung ria. Ojek pun belum kunjung datang, hingga beberapa menit. Sebuah mobil sedan berwarna putih, perlu diketahui. Pasti yang mengendarai adalah laki-laki. Alana mengerutkan dahinya, kala mobil sedan itu berhenti di depannya sekarang.

"Masuk!" titahnya setelah membuka kaca mobil yang menampakkan jika lelaki itu adalah Aksa.

Alana menggigit pipi dalamnya. Kenapa pagi-pagi seperti ini dia harus bertemu dengan laki-laki ini. Ia merutuki dirinya sendiri, coba saja ia berjalan kaki. Mungkin, ia tak akan bertemu dengan pemuda galak seperti Aksa itu. Tapi, mana mungkin. Jarak dari rumah Alana ke Sekolah itu sedikit jauh, perlu memakan waktu.

"Buruan bego!"

Alana membuka pintu mobil, lalu memasukinya. Dia duduk di samping Aksa yang tengah menyetir.

Tanpa bertele-tele lagi, Aksa melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Itu membuat Alana merasa ketakutan.

"Kak, hati hati." Alana.

"Diem lo, jangan banyak bacot!"

Alana terdiam. Ia melihat Aksa yang sangat lihay mengemudi kendaraan beroda empat ini. Seperti pembalap! Selang beberapa menit, tak butuh waktu lama akhirnya mereka berdua sampai di Sekolah. Aksa memarkirkan mobilnya diparkiran.

"Turun!" Alana pun Ikut-ikut saja dengan perintah Aksa. Toh, percuma saja kalau tak dituruti. Yang ada, kemarahan dari seorang Aksa memuncak lebih tinggi dari yang sebelum-belumnya. Aksa keluar terlebih dulu dari Alana, kemudian disusul oleh Alana. Alana, ia ingin berterima kasih kepada Aksa. Namun, Aksa terlebih dulu mencekal pergelangan Alana dengan kuat, sehingga membuat Alana meringis kesakitan. Entah mau kemana Aksa membawa Alana. Ke gudang? Mungkin ...

"Ka–kak Aksa, sakit." Alana meringis melihat pergelangan yang sepertinya memerah.

"Udah gue bilang! Diam, ya, diam! Dasar budeg!" ucap Aksa penuh dengan penekanan, sambil menarik kuat tangan Alana, tanpa berperasaan sedikit pun. Tidak ada hati nulari sedikit, kah?

Alana tak bersuara lagi, ia terus menerus meringis kala cengkraman Aksa pada tangannya semakin kuat.

Padangan Siswa-siswi tampak tak senang dengan Alana. Alana menundukkan wajahnya, kala mata tajamnya itu bertubrukan dengan mata Liona yang menampilkan kesinisan. Tampak tidak suka. Nadia yang berada di samping Liona pun menepuk bahu Liona pelan.

"Wah! Parah tuh cewek, dibilangin jangan deketin Aksa malah makin mepet. Kek Anak ayam yang nggak mau kehilangan jejak Emaknya," ucap Nadia sambil geleng-geleng kepala.

"Abang Aksa dipelet Alana, 'kah? Secara tuh Alana tiap hari sama si Abang Aksa. Ke-roopthop, dan ... pokoknya gitu, deh!" lanjut Nadia, ia melihat Liona yang mengepalkan tangan, dan sepertinya kemarahannya sudah memuncak dan berapi-api. Ayo, kita kemah! Api unggun sudah ada, dan mari kita bakar masymelow bersama-sama!

"Iya, keknya bener kata si Nadia. Kudu dikasih pelajaran, teh," timpal Karin ikut nimbrung, ia tidak ingin terlupakan.

"Liat aja tuh, cewek. Nggak bakal gue lepasin!" tekan Liona. Lepasin? Maksudnya mancing? Eh, padahal, Alana itu bukan ikan, Mbak. Si Alana, teh, manusia ... bukan ikan.

AKSALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang