Chapter 12 : AKSA SAKIT?

2.2K 88 2
                                    

🌷HAPPY READING🌷

"Apa kabar si Liona sama anteknya, nih? Gue takut mereka mati ulah gue. Lo juga, sih, Alan ... diam aja tadi. Tapi, ini kesabaran gue dah abis soalnya," gumamnya yang masih terbaring di atas brangkar UKS.

"Ini juga pala gue, sakit bener didorong ke tembok. Untung aja gue nggak amnesia, kalau iya? Jadi brabe gue," runtuknya sambil memegang kepalanya yang dibalut perban, karena ulah Liona tadi yang mendorongnya kuat ke tembok, alhasil kepalanya Alana berdarah.

"Tadi, pas Liona narik gue, gue lihat si Karang natap gue. Aduh, jangan sampai si Karang ngikutin sampai ke gudang. Bisa-bisa, gue masuk penjara nanti, karena bully orang sampai sekarat–" Alana menjeda ucapannya, setelah itu menarik nafas panjang, dan mengeluarkan secara perlahan.

"–mudahan aja, Karang nggak ngikutin. Aamiin." Kedua tangannya menghusap ke wajah, setelah itu ia diam.

"Oya, ngomong-ngomong si Anna ke mana, ya? Kok, kayaknya jarang gue liat dia akhir-akhir ini. Dia sakit kali, ya? Gue mau jenguk dia, tapi gue nggak tau di rumahnya. Ck! Aelah, pusing gue!" tiba-tiba, pintu dibuka dengan keras oleh seseorang. Sehingga menimbulkan suara yang nyaring, tentu saja Alana terperanjat kaget.

"Aduh ... ni anak datang pula," batin Alana menghela nafas pelan. Setelah itu mengubah ekspresinya menjadi cemas dan khawatir.

"Ka–kak Aksa." Apalah, ni... Capek sebenernya gue jadi lemaj. Tapi, apa boleh buat.

"Disini lo ternyata," ucap Aksa seraya berjalan mendekati Alana yang terbaring lemas diatas brangkar.

Tatapan dingin dan tak pedulinya, ia mengangkat satu alisnya keatas "Kenapa lo?"

"Gimana gue harus jelasinnya, nih?" batin Alana bertanya, mata tajamnya liar menatap ruang UKS, supaya tak bertatapan dengan mata Aksa. Ia bukan takut, cuman pura-pura takut. Dia ekting.

"Em, a–anu, itu ... gu–eh, maksudnya aku. A–aku tad–tadi, aku jatuh dari pohon mangga, Kak. Iya, tadi aku jatuh," alibi Alana sambil tersenyum canggung. Aksa mengangkat satu alis sebelum kanannya.

"Gue nggak bodoh, tolol!"

"Siapa yang bully lo?" tanya Aksa seraya memperhatikan wajah Alana yang terlihat ... mencurigakan. Seperti orang yang sedang menyembunyikan sesuatu.

Alana tak menjawab, ia melirik Aksa menggunakan ekor mata dengan menggigit bibir bawahnya. Apa yang harus ia ucapkan pada Aksa? Ia bingung sekarang.

"Kenapa diem? Takut?"

"Nggak, Kak. I–ini bener-bener aku jatuh dari pohon mangga, kok. Nggak bohong, suer." Alana melihatkan dua jarinya, tengah dan telunjuk. Aksa memutar bola mata jengah.

"Blablabla ... terserah lo, yang mending lo ikut gue," ucapnya memutar badannya berjalan ke arah pintu keluar.

Alana masih diam di atas brangkar. Memperhatikan punggung Aksa yang kini hendak membuka pintu UKS.

"Kepala aku sakit, Kak," ucapnya kala pening melanda kepalanya. Ia juga mendapatkan luka sayatan. Ya tentu, luka sayatan itu ulahnya sendiri, ia meciptakan sayatan ber-inisial Q.

Aksa memutar tubuhnya, kaki itu melangkah satu demi satu untuk kembali mendekat ke brangkar yang di tempati oleh Alana.
"Tolol! Yang sakit, 'kan kepala lo, bukan kaki lo."

AKSALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang