Chapter 01 : AWAL

9.4K 223 45
                                    

Hai hai haii👋
Sebelum membaca jangan lupa Follow terlebih dahulu.

Selamat datang dicerita AKSALANA!

Sebelum baca coba absen dulu, kalian dari mana? Tau cerita ini dari mana? Gimana sama ceritanya?

Sebelum membaca...
Dahulukan dulu vote sama ramaikan kolom komentar ya maniez!

Jangan jadi silence riders yang baca doang!! Tolong hargai karya kami dengan kalian memencet tombol bintang dan komen disetiap paragraf!!

🌷HAPPY READING🌷

***

"Ka–kak... aku mohon, izinin aku pul–pulang..." lirih seorang gadis yang tengah beringsut duduk dibawah kasur dengan suara yang bergetar.

Seorang pemuda duduk disofa dengan kaki bersilang, dan bersedekap dada. Pemuda bernama Aksa itu masih diam bergeming. Setelah itu, terbit sebuah senyuman diwajahnya. Bukan senyuman manis! Melainkan senyuman miring bak Psikopath.

"Mau kemana Lo? Kok, buru-buru banget pulangnya? Mau pulang ke rumah, atau... mau ngejalang?" tuduh Aksa dengan tatapan tajamnya yang tengah duduk disofa dengan santainya, tak dilupakan sebuah rokok yang terjepit di jari telunjuk dan jari tengahnya .

"Pap–papa... Papa hari ini pulang, Kak. Aku mohon, aku nggak mau dimarahin sama Papa, Kak. Dan, jangan fitnah aku kayak gitu. Omongan Kakak, enggak ada yang benar!" Ia menundukkan kepalanya, tak berani menatap Aksa yang menatapnya tajam bak Singa yang siap siaga menerkam mangsanya.

Aksa yang mendengarnya, diam sejenak. Ia kembali menatap tajam kearah Alana yang tengah duduk dengan kedua tangan yang memeluk erat kedua lututnya dan wajah yang menunduk ketakutan.

"Lo ngebantah?!" tanyanya dengan nada dingin membuat Alana susah payah menelan salivanya. Tenggorokannya terasa kering.

"Eng–enggak, bukan gitu Kak. Ak–aku gak–"

"Diem! Sana tidur!" perintah Aksa kasar sambil menunjuk kearah kasur. Alana menggeleng pelan, tanda tidak mau mengikuti arahan dari Aksa. Ia hanya ingin pulang, bertemu Papanya di rumah.

"Kak–kak Aksa, aku—" lagi-lagi ucapan Alana terpotong oleh Aksa.

"Apa lagi?!" tanya Aksa dengan murka. Terdengar nafas Aksa yang begitu memburu, seperti Kerbau yang melihat kain merah.

Alana kaget mendengar suara Aksa yang memekikkan gendang telinganya. Ia diam menunduk sembari menyembunyikan air matanya yang terus saja mengalir bagaikan air hujan. Ia mengigit bibir bawahnya, supaya tangisan tak didengar oleh Aksa.

"Alana!"

Alana yang mendengar bentakan tersebut berusaha berdiri, menyeimbangkan tubuhnya untuk dibawa keatas kasur. Setelah itu, ia berbaring dengan posisi miring.

Ia menyibak selimut putih polos itu, lalu mulai memejamkan matanya dengan memegang pergelangan tangannya dengan kuat. Setetes air mata jatuh kebantal, lagi-lagi ia mengigit bibir bawahnya, dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ia menangis dalam diam. Sungguh, menangis dalam diam adalah tangisan yang paling menyakitkan.

Aksa terus memperhatikan Alana dari tempat duduknya, nampak ia sadari tubuh Alana yang bergetar, karena sedang menahan tangisannya.

Aksa mematikan putung rokoknya lalu berdiri, dan berjalan mendekati kasur yang di mana telah di tempati oleh Alana diatasnya. Ia menaiki kasur dan tidur disamping Alana lalu menyibak selimut sampai kebagian dadanya, dan mulai memejamkan mata.

AKSALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang