🌷HAPPY READING🌷
Aluna dan Shaka kini telah berada di depan pintu rumah Lian, Aluna mengetuk pintu berkali-kali. Namun, tak ada yang membukanya.
"Assalaamualaikum," ucap salam Aluna, setelah itu matanya menatap Shaka yang juga menatapnya. Dan, kembali kembali Aluna mengalihkan tatapannya pada pintu lagi, mengetuk pintu dengan sedikit agak keras.
"Alana? Papa?" teriaknya memanggil nama Adiknya dan juga Papanya. Namun, pintu masih belum terbuka. Shaka mendekat, dan memegang kedua pundak Aluna dengan lembut.
"Mungkin mereka lagi keluar, kita nunggu aja di luar, Sayang...," ujarnya, Aluna menggeleng pelan.
"Enggak, aku coba lagi buat ngetuk pintunya, ya?" tanya Aluna dan dibalas anggukan pasrah dari Shaka.
Aluna kembali mengetuk pintu, seraya memanggil nama Adiknya juga memanggil Papanya sedikit berteriak.
"Papa?"
"Alana?"
Aluna terus berteriak sembari mengetuk pintu, karena dari tadi tak ada yang menjawab dari dalam, dan membukakan pintu. Entah ada orang di dalam atau tidak, Aluna terus mengetuk pintu.
"Sebentar...!" sahut seseorang dari dalam. Itu adalah suara lembut milik Alana. Alana, dia masih memakai baju tidurnya, karena hari masih sangat pagi, sekitar pukul lima pagi.
Alana sudah bangun dari subuh tadi, untuk menunaikan shalat. Setelah shalat tadi, Alana ingin mandi, namun sekiranya air terlalu dingin, ia tak jadi untuk mandi. Yang ia lakukan setelah shalat tadi adalah memasak makanan untuk sarapan pagi nanti, setelah itu menghidangkan di atas meja, lalu ditutup dengan tudung saji, supaya lalat tak mendekat.
Alana merasa lelah, ia berniat untuk menonton televisi di ruang tamu, dengan posisi rebahan ia menonton televisi bersiaran kartun Rainbow Ruby. Matanya mengerjap-ngerjap kala kantuk menerjangnya lagi, sekuat ia tahan supaya tidak tidur lagi. Namun, detik demi detik, pada saat itu juga Alana tertidur dengan televisi yang masih menyala.
Alana mengucek-ngucek matanya pelan, untuk menormalkan penglihatan yang tadi sedikit kabur oleh air mata. "Tuh, orang ngapa dah ke sini pagi-pagi?" Ia pun beranjak dari posisi duduknya, berjalan sedikit gontai menuju arah pintu.
"Siap–" ucapannya tergantung saat Alana sudah membuka pintu, matanya melotot sekaligus mulutnya yang sedikit ternganga, karena Alana melihat seorang gadis yang tengah tersenyum manis padanya, itu... Kakak kesayangannya, Aluna!
"Ka–Kak Aluna?"
Aluna langsung memeluk Alana yang masih terkejut dengan kehadirannya. Alana yang merasa dipeluk, hanya diam bak patung, sama sekali tak berniat untuk membalas pelukan dari sang Kakak yang telah lama tak memberinya kabar. "Pagi Adik kesayangannya, Kakak," ucap Aluna sambil mengurai pelukan mereka.
"Ka–Kak?" Alana masih tak percaya dengan yang dilihatnya sekarang, ia buka mimpi, 'kan? Apakah ini cuman halusinasinya Alana sahaja, karena terlalu merindukan sang Kakak? Ia menatap ke depan, di mana Aluna berada dengan tatapan yang terlihat kosong.
"Iya, ini Kakak," jawab Aluna dengan tersenyum. Alana hanya diam, ia rasa sekarang bukanlah mimpi, dan juga bukan halusinasi. Ini nyata, Aluna yang berada di depannya ini nyata, bukan khayalan semata.
Tersenyum kecut pada Aluna yang berada di depannya ini, setelah itu terkekeh pelan. Sedikit memiringkan kepalanya.
"Lo..., ngapain di sini?"
"Kok nanya-nya gitu, sih? Kenapa? Emang nggak boleh, ya, Kakak ke sini? Ini, kan rumah Kakak juga," ujar Aluna dengan senyuman yang memudar, sekaligus terkejut mendengar kosakata Alana yang berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSALANA
Historia Corta"Gue cinta sama lo. Dan gue gak akan ngelepasin lo gitu aja!" "Lo harus ngandung anak gue biar bisa nikah sama gue! Gue gak terima sama yang namanya penolakan!!" "Bagaimana pun juga, lo harus nikah sama gue!" _AKSA RAHENDRA L...