Chapter 21 : MEMPEREBUTKAN ALANA

1.8K 62 4
                                    

🌷HAPPY READING🌷

Hari ini adalah hari kembalinya masuk Sekolah. Alana, ia pergi ke Sekolah bersama dengan Karang yang sebagai pengemudi motor vespa milik Alana.

Karang sedikit melajukan motornya, melihat itu Alana memegang tas hitam milik Karang, Karang yang melihatnya dari kaca spion hanya menghela nafas kasar.

Karang menggapai tangan Alana untuk dipindahkan keperutnya, Alana yang merasa tangannya sudah melingkar dipinggang Karang, juga dengan tangannya sudah dipegang oleh Karang di depan sontak memberontak.

"Woi! Lo mau modus, ya, Kak?" teriaknya, tepat pada telinga Karang yang sudah dilapisi oleh helm. Karang tentu saja mendengarnya, ia tidak tuli.

"Supaya lo nggak jatuh, Lan," ucapnya juga berteriak, supaya Alana yang di belakang dirinya bisa mendengar suara miliknya. Karang melihat dari kaca spion, melihat Alana yang menatap tajam pada punggungnya.

"Nanti pulang Sekolah kita ke taman bunga, ya?" teriaknya dibawa angin dan juga suara-suara motor, hingga suaranya kini tak terdengar oleh Karang, seolah suara Alana ditelan oleh ombak.

"Nggak, gue nggak mau ke TPU. Buat apa ke sana?"

"Hah, apa?! Si Arkan boti? Yang bener aja lo, Kak?"

"Iya, nanti kita beli roti. Gue yang bayar."

"Haha... ngakak bener lo, Kak. Lucu, sumpah!" Alana tertawa, padahal ia tak sama sekali mendengar ucapan dari Karang. Sebaliknya juga, Karang tentu tak mendengar ucapan dari Alana, karena suara mereka itu ditelan oleh padatnya suara-suara motor, dan juga angin yang berhembus.

***

Selang beberapa menit, akhirnya mereka telah sampai di Sekolah, semua mata tertuju pada mereka berdua. Karang memparkirkan motornya di dekat motor-motor sahabatnya. Alana turun, dan juga melepaskan helm yang terpasang pada kepalanya. Memberikan helm itu pada Karang. Dapat Alana dengar, para Siswi sedang membicarakannya.

"Ngapain, tuh, si Alana pergi bareng Karang?"

"Iya, nggak tahu malu banget!"

"Bener, tuh. Nggak sama Aksa, Karang juga mau diembat sama dia."

"Emang nggak tahu malu, dia sama aja kayak Kakaknya."

"Dah gue bilang, keluarganya itu gen para jalang, nggak tau malu juga."

"Jadi kasian deh sama Aksa, dua orang kembar yang dia suka ternyata suka balik sama temen temennya. Emang udah paling bener sih Aksa sama gue aja."

Alana menganggap ucapan mereka adalah angin lewat, bisa-bisanya mereka memfitnah Alana seperti itu. Mereka ini, mencari mati pada Alana, 'kah?

"Kak, gue duluan," ucap Alana lalu pergi meninggalkan Karang diparkiran.

Alana berjalan dengan santai, wajahnya datar, juga matanya yang tajam memperhatikan sekitar, dapat yang ia lihat semua orang menatapnya, ada yang menatapnya takut, sinis, dan lain-lainnya.

Saat ingin masuk ke Kelas, sebuah notifikasi masuk ke dalam handphonenya, Alana memberhentikan langkahnya, dan mengambil handphone pada saku rok sebelah kanan.

AKSALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang