Di salah satu penduduk kampung yang padat, terdapat satu rumah yang terpisah dari rumah-rumah warga lainnya.
Yang membuat kampung ini terkenal karena ciri khas pembuatan rumahnya yang rapat. Bahkan tidak ada ada celah sedikitpun pun sebagai pemisah antara perumahan satu dengan lainnya.
Hanya rumah Jesi lah yang memiliki jarak yang lumayan jauh dari rumah lainnya. Jesi seorang janda yang ditinggal mati oleh sang suami, suaminya mengalami kecelakaan saat bekerja di salah satu proyek batu bata di kampungnya.
Jesi saat ini sedang mengandung anak pertama mereka yang sebulan lagi akan segera melihat dunia. Walau statusnya janda Jesi termasuk wanita tercantik di kampungnya tidak jarang para suami atau anak muda yang terpikat oleh Jesi.
Hal itu menimbulkan dampak buruk bagi Jesi karena semua ibu-ibu atau para gadis terus saja menggunjing dirinya.
“Nak sehat-sehat yah hanya kamu yang ibu miliki” ujar Jesi pada sang anak
Duk Duk Duk
“Eh pinter nya anak ibu” kata Jesi saat merasakan tendangan dari dalam.
“ Huh aku harus semangat cuman aku harapan anak ku nanti” semangat Jesi pada dirinya sendiri.
“Panas sekalii” keluh Jesi yang menyeka keringatnya di dahi.
Hari ini sudah menjadi rutinitas dirinya untuk pergi ke kebun menanam sayuran agar bisa di jualnya ke pasar.
“Eh neng Jesi mau ke kebun yah” sapa para bapak-bapak yang sedang berkebun juga.
“Iya pak” jawab Jesi sekedar nya saja.
“ Hati-hati yah neng ” ujar sang bapak dengan jahilnya menyenggol Jesi.
Brukh
“Akhhhhhhh”
“Shhhhh tenang nakk” ujar Jesi yang menenangkan sang anak yang terus saja menendang keras.
“Eh maaf neng Jesi bapak gak sengaja”
“Sini bapak bantu neng” ujar sang bapak dengan mengambil kesempatan mengelus vagina Jesi.
