Di Negara Z terdapat satu pemukiman kampung yang sangat jarang di jamah oleh orang-orang kota, banyak yang menyakini bahwa kampung itu di isi oleh penduduk yang memiliki kepercayaan di luar nalar.
"mas kamu yakin kita akan tinggal di des aini?" tanya Wanita cantik jelita dengan darah keturunan campuran inggris dan Belanda
"iya sayang, kita sementara akan tinggal disini sampai kontrak kerja mas selesai" sahut pria gagah sambil merangkul bahu
"iya mas" pasrah sang istri dengan mengelus perut besarnya
Pasutri itu bernama Bagas Satrio dan Fitri Grahani, Bagas asli warga pribumi sedangkan sang istri asli warga luar negeri tetapi sudah mengganti identitas jadi warga Indonesia.
"mas ini tempat tinggal kita?" tanya Fitri dengan raut seakan tak percaya saat melihat kondisi rumah yang akan mereka tinggalin.
"iya sayang kita akan tingga disini"
"kenapa kamu tidak menyukainya yah?" tanya Bagas kepada sang istri saat tidak mendengar suaranya.
Bagaimana dia akan betah dengan suasana rumah yang telah di pilih oleh sang suami. Rumah yang akan mereka tempati adalah rumah panggung yang terdiri dua lantai dengan di hiasi oleh pohon-pohon besar di sekeliling rmah mereka sehingga menambah kesan mistis. Memang selama perjalanan memasuki perdesaan ini semua rumah di tumbuhi oleh pepohonan yang sangat besar dan rimbun.
"yauda mas mau bagaimana lagi kan" pasrah Fitri yang dihadiahi kecupan manja di wajahnya yang membuat Fitri kegelian.
Sudah sebulan mereka tinggal di pedasaan itu, ternyata semuanya di luar dugaannya disini sangat sejuk dan tentram walau dari luar banyak yang mengenal desa ini dengan desa yang terkenal akan tradisinya yang sangat di luar akal manusia.
"sayangggg kamu harum banget sihh" ucap Bagas yang bergelayut manja di dapur
"maass awass ahhh aku mau masak dulu" usirnya kepada sang suami
"sayaanggg mass jadi pengen deh" tuturnya
"nanti malam aja ahh mass aku lagi masak loh"
"emang kamu tidak pergi keperbatasan" tanya Fitri yang merasa aneh dengan sang suami yang jam segini belum ada pergi bekerja
"hari ini mas cuti sayang"
Bagas baru saja mendapatkan info dari atasannya bahwasannya dirinya di berikan cuti, bagas bekerja sebagai Abdi Negara.
"ehhmmmmm masshhhhh"
"ahhhhh"
"massshhhh ahh awashhhh dulu ahhh hmmm"
Bagas tidak sabar menunggu respon dari sang istri karena dirinya rasa ini adalah waktu yang sangat pas untuk dirinya menghabiskan waktu bersama sang istri.
Tak
Suara gas yang telah dimatikan oleh Bagas, tanpa membuang waktu lagi dia pun langsung saja menggendong sang istri menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.
"enggghhh hhmmm ahhhh masss ahhhh"
"ahhh sayangg ngghhh ahhhh jangan di jepittt sayanggg ahhh"
"enggghhh mass ahhhh akuu mau kleuar ahhhh"
"tungguh sayang ahhh mas juga ahhh"
Kamar mereka penuh dengan suara desahan dan hentakan Kasur, untung perumahan di desa ini memiliki jarak yang jauh antar rumah lainnya sehingga aman untuk mereka ribut atau sebagainya.
Plok
Plok
Plok
"akhhhhhhhh enggghhh"
"AKHHHHH JANGANN DITEKANNN MASS ENGGGHHHH SAKITTTHHHHH"
"ahhh maaf sayangghhh masshh lupaa" maaf Bagas yang tidak sengaja menekan perut besar sang istri yang akan melahir sekitar dua minggu lagi.
"ahhh ahhhhh ahhhhh"
"ahhhh sempit ahhhhh"
"akhhh ahhh enggghhhh hmmm akuhh mau kleuar massshhh"
"bersama sayang ahhhh"
Jleb
Jleb
Jleb
"akhhhhhhhh"
Crot crot crot
Pasutri itu langsung terlelap setelah mencapai pelepasan hebatnya, bahkan mereka tidak sadar ada yang mengintip kegiatan mereka.
Keesokan harinya Bagas sudah kembali keperbatasan bahkan kali ini sang suami tidak kembali kerumah selama seminggu, yang membuat rasa khawatir akan dirinya yang sendirian di rumah dan dirinya sudah mendekati detik-detik melahirkan.
"sayang mas janji akan kembali dengan cepat"
"sebelum kamu melahirkan percaya sama mas akan sudah di rumah"
"sayang jaga bunda kamu yah jangan buat bunda kamu repot selagi ayah masik bekerja"
"tunggu ayah pulang yah nak" ucap Bagas kepada sang anak
Segala bujuk rayuan telah dikeluarkan oleh Bagas, tetapi sang istri masih saja diam.
"tapi mas janji yah akan kembali dengan cepat dan selamat" ujar Fitri yang tahu seberapa bahaya pekerjaan sang suami.
"iya sayang mas janji, mas akan kembali dengan selamat dan menemani kamu melahirkan buah hati kita yang kita tungguh-tungguh" yakin Bagas yang masih memeluk sang istri guna meredakan kemarahannya.
"baiklah kalau begitu mas pergi dulu yah sayang, hati-hati dirumah"
"jika malam hari ketika ada yang mengetuk pintu atau memanggil kamu, mas tolong jangan di bukakan pintunya yah"
"bagaimana kau itu kamu mas" jawab Fitri
"jika mas pulang, mas akan masuk sendiri sayang karena mas sudah membawa kunci Cadangan rumah kita" Bagas sambil menunjukkan kunci rumah yang sudah berhasil dirinya duplikat.
"baiklah mas"
Fitri tidak mengetahui mengapa sang suami memberikan perintah yang cukup aneh, tapi dirinya tidak berani membantah mungkin saja ada yang tidak di ketahuinya.
Tidak terasa seminggu sudah berlalu kini usia kandungan Fitri sudah memasuki 9 bulan lebih tetapi rasa kontraksi tidak kunjung juga datang, mungkin anak mereka masih betah tinggal di dalam Rahim sang ibu.
Cup
"eh kamu bikin aku kaget mas"ujar Fitri dengan memukul lengan sang suami
"kamu fokus sekali sih, masa ada suaminya di cuekin sih" rajuk Bagas
"hahaha apasih mas kamu kayak anak kecil aja deh" sambil masuk ke dlaam pelukan sang suami
Duk duk duk
"ehh"
"shhhhh nak pelan-pelan nak" ucap Fitri setelah selesai dari keterkejutannya
"anak ayah jangan kuat-kuat nendangnya nak kasihan bunda kamu kesakitan" ujar Bagas dengan mengelus lembut perus sang istri.
"shhhh akhhhh masssshhhhhh"
"perut ku mulas sekaliii shhhhhh"
"kenapa sayang hmm"
"akhhhhh nakk shhh pelan-pelan nakkk shhhh"
"mungkin kamu kecapekan sayang, ayo kita istirahat saja"
Rasa mulas tidak kunjung reda, membuat Fitri terus saja mengeluarkan rintihannya. Ketika akan menaiki tangga mereka di kejutkan dengan adanya genangan air.
PYARR
"akhhhhhhh massssss"
"massshh ketuban ku pecah ahhh shhhhh"
"cepat bawak aku ketempat mbah masss"
"eh iya tunggu sayang, haduh mas bingung nih" ucap Bagas dengan berjalan kesana-kemari
"mas buruaannnnnnn"
"astaga baik sayangg"
Bagas pun langsung menuju rumah dukun beranak di desa ini yang biasanya warga sekitar menyebutnya dengan kata mbah.
Tok tok tok
"mbah mbah permisi mbah" bagas terus saja mengetuk pintu rumah sederhana milik mbah dengan tidak sabaran
"sebentar" setelah mendengar suara dari dlaam akhirnya bagas menghentikan ketukannya.
"siapa?" tanya mbah yang tdiak mengenali siapa pria di depannya itu.
"saya Bagas mbah Saya warga baru yang tinggal rumah di ujung sana mbah" ujar Bagas memberitahukan
"ada tujuan apa kamu datang kemari?" tanya mbah
"mbah tolong saya, istri saya mau melahirkan ketubannya sudah pecah" panik Bagas yang hampir melupakan sang istri
"sebentar saya ambil peralatannya dulu" ujar mbah
Sebelum mereka ke rumah Bagas mbah mengajaknya pergi kerumah kepala suku yang ada di desa, sudah menjadi tradisi untuk warga yang ingin melahirkan harus mengikuti aturan yang telah di terapkan di desa ini. Setelah melaporkan Bagas pun langsung menjemput sang istri tanpa membawa sang dukun beranak, karena Fitri harus melahirkan di padepokan yang telah di sediakan.
"shhh mas kita mau kemana sihh shhh"
"engghhhh aku sudah tidak sanggup lagi berjalan mas" keluh Fitri karena rasa kontraksi yang tidak dapat di tahannya kembali
"sabar sayang sebentar lagi kita akan sampai ini"
"tunggu yah nak jangan keluar dulu" ujar Bagas mengelus perut sang istri yang sudah turun dan mengeras.
"ayo-ayo baringkan disini, bajunya langsung di lepas semuanya yah" ujar kepala suku mmeberitahukan
"gak, kenapa harus di lepas dan ini kenapa harus ramai sekali lelaki disini"
"mass ini kenapa mas, ada apa mas?" tanya Fitri pada sang suami
"tenang sayang, turutin saja yah, ini sudah menjadi tradisi di des aini jika kita tidak mengikutinya maka anak kita tidak akan selamat sayang"
"mas mohon kerja samanya yah sayang" ujar Bagas yang membuat Fitri bimbang dan merasa aneh sepertia ada yang disebunyikan sang istri.
"ayo neng minum ini dulu biar ada tenaganya buat mengejan" ujar mbah yang memberikan minuman berwarna hitam pekat yang bauknya tidak sedap.
Setelah Fitri meneguk habis minumannya membuat perutnya terus saja bergejolak, bahkan perutnya sudah membentuk tendangan kaki disetiap sisi.
"sshhhhh massshhh ahhhh badannkuu panass ahhhh"
"massshh tolongghhh massss" racau Fitri yang sudah tidak sadar lagi
"cepat segerah lepaskan semua baju yang ada di tubuh istrimu agar segera di mulai prosesnya" ujar kepala suku
Setelah melepaskan semua baju Fitri, langsung saja pria yang akan menjalankan ritualnya naik ke atas padepokan, pria yang di tugaskan memiliki badan yang lebih besar bahkan dua kali dari badan Bagas, dan jumlahnya ada sekitar lima orang karena Fitri yang mengandung kembar.Selanjutnya ada lengkap di bio, selamat membaca dan terima kasih.