Mikha baru bangun dari tidur siangnya tepat pukul lima sore. Jam tidur siang yang lebih panjang daripada biasanya. Dokter jefry bilang itu wajar karena kondisi anaknya itu masih lemas jadi ia akan lebih sering tertidur. Seperti hari- hari biasa anak itu sedikit rewel ketika bangun tidur. Inginnya saat terbangun, ia masih berada dalam gendongan daddy. Namun siapa sangka ia malah ditidurkan diatas brankar ruangan yang sangat ia takuti.
"Hiks nggak mau disini daddy hiks hiks" ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya ke arah sang daddy.
Daddy yang saat itu sedang berada di dekat jendela untuk berkomunikasi dengan istrinya pun menoleh ke arah sang anak yang sudah terbangun sambil mengeluarkan air mata.
"Shuutt, daddy kan masih disini, nak. Daddy nggak tinggalkan adek. Daddy cuma ngobrol sama mommy tadi dari kaca sana"
"Hiks nggak mau bobo disini daddy. Mau sama daddy"
Kemudian daddy membawa anaknya itu kedalam gendongannya. Sebenernya ia lelah seharian menggendong anaknya itu yang selalu rewel bila tidak berada dalam gendongannya. Namun ia hanya menuruti kemauan putra bungsunya ini, putra kesayangannya. Sedari kecil saat sakit Mikha akan selalu menempel seperti ini pada daddy nya.
"Iya, sayang. Udah diem, ini udah sama daddy" ucap daddy brahma sambil mengusap lelehan air mata yang jatuh dipipi anaknya itu.
"Mau situ, liat mommy" ucap si kecil sambil menunjuk kaca besar yang terlihat mommy dan keluarganya sedang berada di sebrang sana.
"Ini kan nggak nyampek, adek. Kalau dilepas adek belum bisa kata om dokter. Ini aja adek masih sesak nak nafasnya" ucap daddy brahma sambil memegang oksigen nassal yang terpasang di hidung putranya itu.
"Adek mau peluk peluk mommy, daddy. Adek mau sama mommy juga, sama daddy juga. Suruh mommy masuk, daddy. Adek mau peluk, hiks.. mau mommy"
"Nanti tanya om dokter dulu ya"
Setelah berhasil dibujuk oleh daddy kini mikha terlihat lebih tenang. Anak itu sekarang sedang berada di pangkuan daddy dengan pacifer dimulutnya. Beruntung ia tidak rewel saat daddy brahma membawanya duduk sambil bersandar di brankar tempat anaknya.
Tidak lama kemudian Dokter Jefry dan Athala datang bersamaan. Daddy melirik jam disudut ruangan tepat pukul 7 yang berarti ini adalah jadwal pemeriksaan dan pemberian obat untuk bungsunya. Mikha yang melihat dokter Jefry berjalan mendekat segera merapatkan pelukannya pada sang daddy. Daddy yang paham ketakutan anaknya itu segera mengelus punggung sempit milik anaknya itu.
"Adek, coba lihat sini abang bawa apa untuk adek?" Itu suara athala yang berusaha menarik perhatian adik kecilnya itu supaya menoleh ke arahnya.
"Mimi.. mimi adek. Sini mimi adek, abang" ia berusaha meraih botol dot yang dibawa abangnya itu sambil jari jari kecilnya itu ia buka tutupkan.
"Boleh, tapi adek harus diperiksa dulu sama om dokter. Kalau adek pintar, mau nurut, abang kasih mimi adek"
Si kecil mengangguk setuju. Ia mengira dokter Jefry datang hanya untuk memeriksa haha. Padahal semua disitu tau si kecil itu pasti akan diberikan obat melalui suntikan. Beberapa obat disuntikkan melalui infusnya, ada juga yang harus disuntik langsung kekulit mulusnya.
"Pinky promise ?" Athala menyodorkan jari kelingkingnya yang dibalas dengan tautan jari kelingking si kecil.
"Pinky promise" dengan tidak sabar si kecil menghisap rakus botol dot yang diberikan oleh abangnya itu. Daddy membaringkan si kecil di atas brankar, anaknya itu sama sekali tidak memberontak karena masih sibuk dengan kegiatan menyusunya.
Dokter Jefry mengeluarkan stetoskop lalu memeriksa pasien kecilnya itu. Athala bertugas menyuntikkan obat melalui selang infus yang terdapat pada kaki kanan adiknya itu. Mikha itu di infus di dua bagian. Satu di punggung tangan kiri dan satu lagi di punggung kaki kanan. Suster dan dokter kewalahan mencari pembuluh darah tangan sebelah kanan mikha, jadilah dengan terpaksa infus kedua itu diletakkan di kakinya. Saking banyaknya cairan infus yang didapat, oleh sebab itu dokter memberi advis untuk dua sekaligus pemasangan infus pada saat itu.
Karena masih sibuk menyusu Mikha bahkan sampai tidak terusik saat obat obatan itu dimasukkan kedalam pembuluh darahnya. Sebanyak empat spuit yang berisikan obat disuntikkan melalui selang infusnya. Setelah selesai Atha membereskan semua bekas bekas spuit beserta jarumnya agar tidak terlihat oleh adik kecilnya.
"Habis, mau lagi!. Daddy, adek mau mimi lagi" si kecil itu mengarahkan botol dot yang sudah kosong itu ke atas. Kemudian dengan pandangan memohon si kecil itu meminta tambahan susu kepada daddy nya berharap sang daddy memberikannya. Rupanya putra bungsunya itu benar benar lapar.
"Boleh, tapi tunggu satu jam dulu, oke?" Itu dokter jefry yang menjawab. Karena kondisi pasien kecilnya itu yang sudah mulai stabil, ia memutuskan memberikannya susu dengan dosis 6x100cc dalam sehari. Bahkan rencananya kalau sampai besok siang kondisinya masih stabil, ia akan memindahkan anak itu ke ruang rawat biasa. Memang hal ini belum sempat ia beritahu kepada keluarga pasien kecilnya itu. Namun ia sudah lebih dulu membicarakannya pada Athala, si dokter muda yang juga merupakan bagian dari keluarga pasien kecilnya.
Si kecil itu mengangguk dengan semangat karena memang ia masih lapar. Bayangkan saja ia hanya diberikan asupan 300cc dalam satu hari. Sebelum masuk rumah sakit saja ia bisa menghabiskan 8 botol dot sedang berukuran 250cc dalam sehari.
Dokter Jefry melirik daddy brahma memberikan kode supaya membuka sedikit celana pasien yang dipakai anaknya. Daddy yang paham maksut dokter jefry segera melakukan yang diinginkan oleh dokter jefry. Athala memegang kuat kaki sang adik untuk meminimalisir gerakan. Daddy merangkul dan menahan tangan dan badan anaknya sambil membisikkan kalimat kalimat penanang untuk si kecil yang saat ini memberontak. Bertahun- tahun menjadi pasien tetap dokter jefry, jadi ia sudah hapal apa yang akan dilakukan oleh om dokternya setelah ini.
"Enggak! Nggak mau, hiks Daddy"
"Biar cepet sembuh sayang, maafkan daddy ya"
Dokter jefry segera mengoleskan alkohol, lalu memasukkan jarum yang sudah berisikan obat. Menekan ujung spuit agar obat itu bisa masuk seluruhnya. Kemudian menutupnya dengan dermafix.
"Sudah, sudah. Maafkan om ya, adek" dokter Jefry mengelus surai hitam milik pasien kesayangannya itu yang saat ini masih menangis dalam pelukan daddy nya. Kemudian ia mengkode Athala untuk keluar ruangan, memintakan susu untuk adiknya itu agar berhenti menangis. Setelah menunggu sepuluh menit, Athala datang kembali membawa susu dalam botol dot adiknya. Ia memasukkan nipple silicon itu ke dalam mulut adiknya yang saat itu masih terisak lirih. Daddy membawa anaknya itu kedalam gendongannya, mengayun-ayunkan kekiri dan kekanan. Athala bertugas memegangi botol dot sang adik supaya tidak terjatuh. Karena lelah menangis anak itu tertidur bersamaan dengan susu dalam botol dot itu habis tak tersisa.
"Maafkan abang ya, adek" mencium pelipis adik kecilnya lalu menyingkirkan rambut rambut kecil yang menutupi dahinya.
"Cepat sembuh kesayangan daddy" kemudian kembali menidurkan anaknya di brankar.
Pacifer Adek Mikha
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel
Fanfiction"Semua sayang adek, jadi adek harus kuat ya sayang" Si bungsu kesayangan keluarga Brahmana yang selalu dijaga. Bagaimana tidak, lahirnya ia adalah sebuah harapan semua keluarganya. Harapan untuk mengembalikan sebuah keluarga yang hampir retak. Lanta...