"Semua sayang adek, jadi adek harus kuat ya sayang"
Si bungsu kesayangan keluarga Brahmana yang selalu dijaga. Bagaimana tidak, lahirnya ia adalah sebuah harapan semua keluarganya. Harapan untuk mengembalikan sebuah keluarga yang hampir retak. Lanta...
Pagi ini setelah sarapan Mikha bersiap untuk pergi ke rumah sakit ditemani oleh Daddy, Mommy dan juga Athala yang juga akan sekalian bekerja. Mereka berempat mengendarai satu mobil dengan Athala sebagai pengemudi dan disebelahnya terdapat Daddy. Sedangkan Mommy dan Mikha berada di bagian belakang kemudi.
Suasana di dalam mobil saat ini terasa hening, padahal disana terdapat si bungsu cerewet, Mikha. Entahlah kemana hilangnya sifat cerewet anak itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Adek, kenapa diam saja? Ada yang sakit, dek?" Athala yang sudah sangat bosan dengan keadaan hening disekitarnya mulai membuka suara. Anak kedua Brahma itu merasa hampa tanpa celotehan random adik kecilnya itu. Biasanya saat dalam perjalanan, anak itu pasti selalu berbicara atau menanyakan apapun yang dilihatnya. Tapi lihat sekarang, adiknya itu hanya diam tidak seperti biasanya. Ia hanya takut adiknya merasa tidak nyaman atau bahkan sedang menyembunyikan rasa sakitnya.
"Adek tidak apa-apa, abang" jawab Mikha setelah beberapa waktu hening.
Keadaan kembali hening karena Mikha tetap saja tidak mengeluarkan celotehan randomnya. Athala dan kedua orang tuanya menyadari suasana hati si bungsu dalam keadaan tidak baik. Mereka tidak ingin membuat suasana bertambah runyam dengan memaksa di kecil untuk berbicara. Jadilah suasana hening itu terjadi sepanjang jalan hingga saat ini mobil yang mereka kendarai sampai di lobby utama gedung rawat jalan rumah sakit diikuti oleh dua mobil bodyguard yang sedari tadi mengiringi perjalanan mereka.
"Sudah sampai, adek tunggu Daddy dulu ya" Daddy berujar setelahnya keluar dari pintu samping kemudi ketika bodyguard membukakan pintu.
Daddy menghampiri Mikha meraih anaknya itu untuk digendong. Tapi si kecil menggeleng dengan bibir yang dilengkungkan ke bawah. Kemudian anak itu beralih memeluk mommy yang berada di sampingnya.
"Kenapa nak? Mau jalan sendiri saja?" Ujar mommy sambil membalas pelukan anaknya.
"Tidak mau om jef, mommy. Adek mau pulang saja" anak itu mendongak sambil menatap mommy dengan pandangan berkaca-kaca.
Tadi pagi memang ia sangat antusias untuk hari ini. Namun saat perjalanan ke rumah sakit, perasaannya itu tiba-tiba ragu dan takut. Setiap kali cek-up daddy akan membiarkan Dokter Jefry melakukan semua tindakan untuk anaknya. Seringkali Dokter Jefry juga menyuntikkan obat-obatan di lengan, paha atau perutnya. Belasan tahun ia melakukan pengobatan rutin, tapi hal itu tidak membuat Mikha kebal terhadap jarum suntik. Sebaliknya, anak itu masih ketakutan saat Dokter menyuntikkan jarum berisi obat ke badannya.
"Adek sudah janji kemarin mau nurut sama daddy loh, nanti pas pulang daddy ajak adek ke mall" daddy masih berusaha membujuk anaknya.
"Nanti om jef suntik- suntik adek hiks takut daddy"
"Tidak kok. Om jef hanya bilang adek akan diperiksa saja hari ini"