"Semua sayang adek, jadi adek harus kuat ya sayang"
Si bungsu kesayangan keluarga Brahmana yang selalu dijaga. Bagaimana tidak, lahirnya ia adalah sebuah harapan semua keluarganya. Harapan untuk mengembalikan sebuah keluarga yang hampir retak. Lanta...
Tak terasa sudah hampir satu minggu Mikha mulai kembali homeschooling. Seperti sebelum-sebelumnya anak itu selalu rajin saat belajar. Ia selalu excited ketika Miss Lina datang dan memulai pelajaran.
Mikha hanya belajar setiap hari senin sampai dengan hari kamis, sisanya ia libur. Itu semua memang kemauan Mommy dan Daddy agar anaknya memiliki waktu istirahat yang cukup. Lagi pula hari juma'at adalah jadwal kontrol rutinnya yang tidak bisa diundur.
"Pokoknya tidak mau bertemu Om Jef! Tidak mau!" Anak itu bersuara lantang ketika Daddy mengatakan besok adalah jadwal cek-up rutin mingguannya. Sebenarnya tanpa diberitahu pun ia sudah hapal jika besok adalah jadwal cek-upnya.
Saat ini Mikha sedang berada dalam gendongan Daddy yang berjalan menuju ruang makan untuk makan malam. Sedari tadi ia itu terus berteriak menolak untuk pergi cek-up besok pagi.
"Adek, yang nurut dong. Masa tiap mau cek-up harus kaya gini dulu. Kan ini semua buat adek" suara daddy sedikit meninggi kepada yang lebih kecil sebab juga jengkel sedari tadi anaknya tidak bisa dibujuk dengan cara baik-baik.
Karena kesal sedari tadi tidak ada satupun yang mengerti dirinya Mikha pun akhirnya mulai menangis, mengeluarkan isakan kecil dan juga air mata. Tidak tahukah mereka semua bahwa sejak anak itu bangun dari tidur siangnya kepalanya sedikit pusing, ditambah sekarang harus berdebat dengan kedua orang tuanya membuat kepalanya semakin pusing bukan main. Anak itu sengaja tidak memberitahu Mommy ataupun Daddy karena takut jika mereka membawanya ke rumah sakit apalagi sampai dirawat lagi.
"Kok adek malah nangis? Mau marah sama Daddy? Kan adek sendiri tidak mau nurut" ucap Daddy dengan suara sedikit tegas.
"Sudah mas, sudah. Kita makan malam dulu nanti kita bujuk lagi" ucap Mommy berusaha menenangkan suaminya agar tidak berbicara terlalu keras pada si bungsu.
Setelah sampai di ruang makan Daddy mendudukkan Mikha yang masih menangis sesenggukan di kursi yang ada. Di ruangan tersebut ternyata sudah ada William dan Jeano yang sudah duduk menunggu kedua orang tuanya beserta adik bungsunya. Sedangkan Athala harus absen pada kegiatan makan malam hari ini dikarenakan ia sekarang sedang berjaga di IGD dan mendapati shift sore jadi ia pulang nanti malam.
"Adek kenapa, mom?" Suara William bertanya sebab melihat Daddy mendudukkan adiknya yang masih sesenggukan dan kedua matanya masih mengalirkan air mata.
"Shuut, kakak kaya nggak hapal aja besok kan hari jum'at" ucap Jean dengan lirih seperti berbisik kepada William namun masih bisa didengar oleh Mommy yang masih berada di samping keduanya.
William hanya menganggukkan kepalanya. Ia terlampau hapal dengan adiknya yang selalu saja rewel ketika kedua orang tuanya mengingatkan jadwal cek-up mingguannya.
"Sudah, sudah. Ayo makan. Adek mau mam apa, sayang?" Suara Daddy membuat hening suasana di meja makan.
"Tidak mau!"
"Mommy udah masak kesukaan adek padahal" suara Mommy dengan nada sedih disertai raut wajah menunjukkan kesedihan.
"Tidak mau! Adek tidak mau!"
Mommy dan Daddy mendesah pasrah sebab penolakan yang dilakukan si kecil. Keduanya kompak melirik kedua anaknya yang lain meminta bantuan untuk membujuk adik kecil mereka.
"Gini deh, kalau adek mau makan kakak ajak adek ke tempat Jason sekalian kakak mau kembalikan barangnya yang ketinggalan" ucap William merayu adiknya. Memang kemarin Jason berkunjung ke mansion untuk menemui William. Namun siapa sangka beberapa buku milik Jason justru tertinggal di kamar William. Dan setelah makan malam rencananya William akan mengembalikan buku-buku milik Jason dan dengan situasi seperti ini ia manfaatkan sekalian untuk membujuk adik kecilnya agar menuruti perkataannya. Ia paham sekali si kecil sangat suka diajak jalan-jalan.
"Benar? Tidak berbohong?" Ujar si kecil menatap kaka sulungnya.
"Kakak tidak berbohong, asal adek mau mam terus besok ketemu sama om Jef"
"Umm, bertemu om jef? Adek tidak mau, abang" ucap Mikha menunduk lesu mendengar nama dokternya.
"Ke Jason pakai motor, tidak mau?" Ucap William masih kekeh merayu adik kecilnya.
Mikha menatap William tidak percaya, lalu bergantian menatap Mommy serta Daddy nya. Selama ini mereka selalu melarangnya untuk berpergian saat malam hari katanya angin malam tidak bagus untuk badannya. Namun sekarang kakaknya itu malah akan membawanya mengendarai motor.
Melihat tatapan Mikha tertuju padanya, Mommy mengangguk menyetujui kemudian menoleh kepada Daddy yang juga memberikan anggukan. Mommy dan Daddy menyetujui sebab mereka tahu kediaman milik Jason tidak jauh dari mansion miliknya hanya sekitar delapan menit dari mansion miliknya, lagi pula orang tua Jason adalah rekan kerjanya jadi ia tidak terlalu mengkhawatirkan itu.
"Daddy izinkan, asal tidak sampai jam sembilan semua harus sudah di rumah. Adek senang?"
Mikha mengangguk semangat, ini adalah hal yang langka Daddy mengizinkannya berpergian menggunakan motor.
"Tapi mam dulu, terus janji besok tidak rewel ketika bertemu dengan Om Jef" ucap Mommy menyodorkan kelingkingnya dan si kecil menautkannya dengan cepat.
"Janji, adek janji. Daddy adek senang sekali naik motor"
"Iya, ya sudah makan dulu"
Kemudian semua yang ada disana memulai makan malam mereka dengan tenang. Setelah selesai Mommy mendandani Mikha memakaikannya jaket tebal dan beanie hat yang menutupi bagian kepalanya.
Setelah siap Mikha menghampiri William yang sudah duduk diatas motor kesayangannya. Setelah itu keduanya melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman Jason yang tidak jauh dari mansionnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kakak William dan Motornya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.