Ini Mommy Adek

917 41 0
                                    

"Sarapan datangg!" Mommy datang dari arah dapur sambil membawa dua piring berisikan menu sarapan pagi ini. Dibelakangnya terdapat dua maid juga membawa mangkuk sedang di setiap tangannya, berjalan menghampiri meja makan mewah yang sudah berisikan Daddy dan keempat anaknya yang sudah duduk rapi di kusinya masing- masing.

"Waahh, ada ayam kecap kesukaan adek. Yeay!" Mata itu menatap berbinar karena ada makanan favoritnya yang telah tersaji di atas meja makan mewah itu. Si bungsu tidak sabar memasukkan makanan favoritnya itu kedalam mulutnya. Membayangkan betapa lezatnya ayam kecap masakan mommynya yang selama ini masih menjadi makanan favoritnya. Ya, itu Mikha, anak bungsu daddy Brahma dan mommy Steffi yang sekarang usianya sudah menginjak angka empat belas tahun.

Si bungsu Brahmana itu tumbuh menjadi sosok yang ceria, pandai, dan sedikit manja. Bisa dimaklumi karena Ia adalah bungsu di keluarganya juga Ia yang selalu diperlakukan spesial.

Mommy, Daddy serta ketiga saudaranya sangat protective terhadap si bungsu. Mereka tidak ingin hal yang tidak baik menimpa si bungsu. Termasuk soal pendidikan. Bahkan mereka tidak mengizinkan Mikha untuk sekolah di sekolahan umum. Selama ini Ia hanya homeschooling di rumah ditemani oleh guru privatnya serta mommy nya. Setiap kenaikan kelas Mikha selalu memohon untuk diizinkan sekolah umum tapi keluarganya tidak pernah mengizinkannya. Padahal sekolah itu milik keluarganya sendiri, apa yang mereka takutkan.

Kembali ke meja makan

"Iya, mommy masak ini khusus untuk adek Mikha. Makan yang banyak ya, nak" mommy Steffi sambil mengambilkan sarapan untuk si bungsu setelah sebelumnya mengambil menu yang sama untuk suaminya. Ketiga anak-anaknya yang lain menolak untuk diambilkan. Sehingga ia hanya akan menyiapkan untuk suami dan putra bungsunya.

"Terima kasih mommy adek yang cantik"

Kemudian Daddy memimpin doa setelahnya mereka menyantap makanan mereka msing- masing. Willian duduk di samping adik bungsunya sesekali membantu adiknya memotong kecil- kecil ayam yang ada dipiringnya. Mikha balas dengan senyum lembut menatap kakak nya itu.

"Terima kasih abang"

"Makan yang banyak, pelan pelan aja nanti tersedak" balas willian sambil tersenyum tipis pada adiknya itu. Si kulkas itu bisa menghangat bila hanya dengan si bungsu dan mommy nya saja. Bila dengan yang lain, jangan harap senyum itu terbit. Bahkan untuk berbicara saja ia merasa enggan. Keduanya melanjutkan sarapan masing- masing. Pagi itu sarapan berlangsung dengan tenang.

Hari ini hari minggu, daddy dan ketiga saudaranya libur dari segala aktivitasnya. Mereka berkumpul di ruang keluarga dengan Mikha dan Jean yang sedang meralit lego yang Daddy nya belikan semalam. Athala yang membaca buku sambil tiduran di paha sang mommy. Daddy dan William yang sedang membahas pelerjaan kantor mereka dengan sebuah tablet di tangan masing- masing.

Tit tit tit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tit tit tit

Suara jam tangan pengingat milik Mikha dan Daddy Brahma berbunyi bersamaan. Daddy berdiri, beranjak menuju laci kecil di ujung ruangan mencari sebuah tabung kecil lalu membawanya ke ruang keluarga.
Diambilnya dua butir didalamnya lalu ia berikan kepada si bungsu, Mikha. Mikha menerima butir obat itu, meminumnya dengan bantuan segelas air yang ada di hadapannya.

"Terima kasih, daddy" ucapnya dengan senyuman manis terbit di wajahnya.

"Sama- sama adek" Daddy Brahma membalas senyuman sang anak sambil tangannya mengusak rambut halus putranya.

Si bungsu itu hendak melanjutkan aktivitasnya menyusun lego miliknya yang masih setengah jadi. Ia memfokuskan pandang ke arah sang abang yang tidur di sofa dengan paha sang mommy menjadi bantalannya. Melihat tangan Mommy aktif mengusap rambut abangnya itu, ia menjadi sedikit tidak suka. Dari kemarin, ia memang sensitif bila berhubungan dengan kakak keduanya itu. Pasalnya kemarin saat anak itu tidur, Athala diam diam menyuntiknya untuk diambil darahnya guna kebutuhan cek laborat sang adik. Kemarin pagi saat bangun tidur anak itu rewel dan ternyata setelah beberapa jam suhu anak itu naik hingga 38,3 derajat celcius. Namun, anak itu terus menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Mommy dan Daddy sudah membujuknya tapi selalu ditolak dan berakhir anak itu menangis kencang. Karena mereka takut si kecil akan sesak napas bisa menangis seperti itu, maka mereka semua mengalah berakhir anak itu tertidur dipelukan Daddynya setelah lama menangis digendongannya. Beruntung pagi ini suhu tubuhnya kembali normal.

"ABANG! Banguuunnn! Ini mommy Adek! Abang tidak boleh dekat- dekat mommy adek. Mommy hiks, Abang Atha nakal, hiks" anak itu mendekati mommy nya sambil merangkak kemudian menyembunyikan wajahnya di perut sang mommy kemudian menangis disana.

"Shuutt, Iya iya ini mommy sama adek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shuutt, Iya iya ini mommy sama adek. Udah dong jangan nangis, nanti nggak ganteng lagi kalo adek banyak nangis" mommy Steffi sambil mengusap rambut anaknya yang masih menyembunyikan wajahnya.

Mikha mengangkat kepalanya "D-Ddaddy, hiks"  lalu merangkak menghampiri daddy nya. "Daddy, mommy nakal, hiks. Mommy bilang adek jelek, adek kan tidak jelek, daddy bilang adek tampan kan waktu itu? hiks. Mommy nakal!" Mommy melototkan matanya, memang kapan ia bilang anaknya itu jelek. Daddy dan ketiga anaknya hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi wajah istrinya saat itu. Daddy membawa Mikha untuk dipangku lalu dipeluk anak bungsunya itu. Tidak lupa mengusap dada si anak itu untuk menenangkan. Tangan satunya ia gunakan untuk menahan bobot anaknya itu dengan melingkarkan tangannya ke leher belakang putranya itu. Merasakan suhu hangat saat lengannya menyentuh kulit leher sang putra. Pantas saja anaknya ini sangat sensitif ternyata putra bungsunya itu sedang demam ternyata.

Mengetahui hal itu, Daddy Brahma membawa Mikha beranjak dari sofa ruang keluarga menuju kamar utama, kamarnya bersama sang istri. Merebahkan anaknya ditengah tengah ranjang, mengelus lembut dada si kecil hingga terlelap. Kemudian membuka laci dimana terdapat termometer dan plester penurun panas disana. Menempelkan plester tersebut di kening putranya itu. Termometer berbunyi menampilkan angka 37,9 derajat celcius.

"Cepat sembuh, sayang. Bobo yang nyenyak, jangan lupa bangun lagi" mencium pelipis putranya dan ikut merebahkan diri disana. Sebelum ikut terlelap, ia sempatkan membuka handphone untuk memberi kabar ke istrinya kalau bungsunya itu kembali demam. Meletakkan handphone kembali di atas nakas kemudian terlelap bersama bungsunya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Little AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang