Kondisi fisik yang naik turun dengan begitu cepat sudah amat sering dialami oleh Mikha. Seperti tadi, pagi-pagi sekali ia terbangun tepatnya pukul 3 dini hari mendapati badannya yang amat sangat tidak nyaman, kepalanya juga sakit sekali namun tidak tega membangunkan Daddy dan Mommy yang sedang tertidur di sofa ruang rawat.
Ia hanya mampu menangis dalam diam sambil meremat selimutnya kuat-kuat untuk menahan rasa sakitnya. Disaat kambuh seperti ini Mikha seringkali merasa menjadi pribadi yang sangat-sangat merepotkan bagi orang disekitarnya meskipun selamanya ia akan selalu merepotkan mereka semua terlebih lagi Daddy dan Mommy.
Ia selalu menerima kenyataan kalau memang sampai kapanpun ia tidak akan bisa membanggakan kedua orang tuanya seperti saudaranya yang lain. Namun mengapa ia harus semerepotkan dan semenyusahkan ini. Ia menangis mengingat betapa tidak berpihaknya takdir padanya.
Tangisan itu semakin lama semakin kencang ditambah rasa sakit yang juga semakin bertambah. Dada kirinya mulai terasa seperti ditimpa batuan besar yang membuatnya kesulitan bahkan hanya untuk bernafas hingga menimbulkan suara nafas mengi yang semakin lama terasa semakin mencekik.
Suara mesin monitor mulai berbunyi tidak aturan sehingga membangunkan kedua orang tua yang tertidur pulas di sofa samping brankar tempat Mikha berada. Daddy yang pertama terbangun bergegas menuju brankar dan mendapati kondisi Mikha yang sudah sangat lemas dengan tarikan nafas yang mulai melemah. Mikha masih membuka matanya saat Daddy menghampirinya lalu menekan tombol emergency sambil menggenggam erat kedua tangannya yang mulai mendingin.
"Adek tenang ya. Nafas pelan-pelan, Daddy temani adek sebentar lagi Om Jeff kesini, Adek harus tetap bangun. Adek dengar Daddy, nak?"
Suara Daddy hanya samar-samar di pendengaran Mikha. Ia berusaha mati-matian menjaga sisa kesadarannya. Ia juga masih bisa merasakan kedua tangannya yang di genggam erat oleh kedua orang tuanya.
Diambang batas kesadarannya, ia masih bisa mendengar suara pintu dibuka dengan kencang diikuti suara langkah kaki bersahutan mendekati ranjangnya. Disaat itu pula, genggaman pada kedua tangannya melonggar, setelah itu kegelapan menguasai.
Daddy dan Mommy menjauhi ranjang, memberikan ruang untuk para tenaga medis menangani Mikha. Baru beberapa langkah menjauh, mereka dapat melihat tubuh anaknya mengejang dan suara monitur berbunyi semakin ramai.
Mommy jatuh terduduk menyaksikan anaknya terhentak tidak aturan diatas ranjang pesakit. Bahkan dokter dan suster sampai memegangi kedua tangan dan kaki Mikha saking kuatnya hentakan tubuhnya saat kejang berlangsung.
"Mas, anakku.. hiks"
"Shuuut,, kita berdoa ya supaya adek kuat" ucap Daddy menenangkan Mommy yang menangis. Sebenarnya ia juga khawatir melihat kondisi anaknya seperti itu. Namun sekarang ia harus menenangkan istrinya terlebih dahulu dan mempercayakan semuanya kepada dokter yang menangani anaknya.
Beruntung setelah dua menit Mikha mulai tenang dan berhenti mengejang. Dokter memasang masker oksigen tekanan tinggi setelahnya memiringkan tubuh Mikha menghadap ke kanan untuk melancarkan pernapasannya.
Tidak lama setelah itu, Mikha membuka matanya. Namun tatapannya terlihat kosong bahkan saat dokter bertanya pun Mikha tidak merespon dan terlihat linglung. Mommy dan Daddy mencoba menyapa serta mengajak bicara tapi sama sekali tidak ada respon. Dokter bilang ini umun terjadi setelah pasien kejang, menyebabkan beberapa diantaranya mengalami linglung sementara. Hanya beberapa saat setelahnya Mikha kembali menutup mata akibat obat yang disuntikkan dokter melalui selang infusnya.
Daddy dan Mommy bernafas lega melihat anaknya yang mulai tenang meskipun harus dibantu dengan obat-obatan. Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama sebab setelahnya cairan berwarna merah segar mengalir deras dari kedua hidung Mikha. Entah apa sebabnya namun kejadian itu membuat semua yang ada disana cukup panik karena sebelumnya Mikha tidak pernah mimisan sederas ini.
"Mikha.. Jef anak aku kenapa?" Daddy terlihat panik sebab ini pertama kalinya Mikha mimisan dan mengeluarkan darah sebanyak ini. Bahkan Dokter Jefry dan petugas medis yang ada disitu tampak kewalahan menghentikan darah yang terus menerus keluar dari kedua hidung Mikha.
Dokter tampak menaikkan brankar yang ditempati Mikha hinggu sekarang posisinya setengah duduk untuk mencegah darah agar tidak kembali masuk dan menyumbat saluran pernafasan Mikha yang sedari tadi sudah sesak. Kemudian dokter Jefry menyuntikkan obat untuk menghentikan perdarahan yang sebelumnya sudah disiapkan oleh dokter yang tadi ikut menangani Mikha bersama dokter Jefry.
Tidak lama setelah itu darah yang keluar mulai berhenti. Namun wajah Mikha yang sedari tadi sudah pucat kian bertambah pucat akibat kejadian tadi. Nafasnya juga semakin cepat dengan saturasi oksigen yang jauh dibawah normal.
"Dokter sebenarnya anak saya kenapa? Kenapa Mikha sampai seperti itu tadi?" Tanya Daddy yang saat ini tampak sangat khawatir namun harus bersikap tegar dan menenangkan istrinya yang saat ini masih menangis dipelukannya.
"Saya tidak bisa memastikan kalau belum melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap Mikha. Namun saya mencurigai satu gejala penyakit yang berhubungan dengan ini semua. Tapi semoga dugaan saya salah. Tapi, apa sebelumnya Mikha pernah mimisan sebelumnya? Atau ada hal tidak wajar lainnya atau ini semua baru pertama kali?" tanya dokter Jefry beruntun.
"Kalau mimisan memang bukan pertama kali. Mikha kalau demam memang sering mimisan anda juga tau akan hal itu tapi tidak pernah sebanyak tadi. Sepertinya ini baru pertama kali Mikha mengalami gejala aneh seperti ini" ucap Daddy.
"Tunggu,," semua atensi mengarah pada Mommy yang memotong pembicaraan
"Kemarin sore waktu aku lap badan adek, ada lebam besar diperut sama dipaha nya. Aku mau bilang waktu itu ke kamu mas, tapi adek bilang jangan. Dia takut kalau kamu tau dan bilang ke dokter bikin dia makin lama nginap disini. Pas aku tanya ke adek, adek bilangnya nggak tau lebamnya karena apa dan juga dia bilang nggak sakit jadi aku mengiyakan untuk tidak memberitahu kamu mas" jelas Mommy sambil terisak.
Daddy dan dokter Jefry buru-buru mengecek lebam yang dimaksut. Daddy membuka baju dan celana yang digunakan Mikha dan saat itu juga semuanya terkejut melihat ada sekitar empat lebam di tubuh Mikha menguatkan dugaan dokter Jefry tentang adanya penyakit baru yang bersarang di tubuh pasien kecilnya ini.
"Saya harus lakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan. Kalau dugaan saya benar artinya kondisi Mikha benar benar tidak baik baik saja. Kita berdoa saja semoga kecurigaan saya salah dan semoga ini bukan hal yang serius. Setelah ini saya akan jelaskan detal pemeriksaannya di ruangan pribadi saya. Harap temui saya kembali satu jam lagi, saya tunggu. Saya permisi dulu kalau begitu" ucap dokter Jefry lalu keluar meninggalkan ruang rawat Mikha.
Doain adek yaa semuanya, adek tuh capek sakit terus ;(
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel
Fanfic"Semua sayang adek, jadi adek harus kuat ya sayang" Si bungsu kesayangan keluarga Brahmana yang selalu dijaga. Bagaimana tidak, lahirnya ia adalah sebuah harapan semua keluarganya. Harapan untuk mengembalikan sebuah keluarga yang hampir retak. Lanta...