Malam itu steffi sampai di rumah orang tuanya. Rumah mewah dengan gaya modern bercorak monokrom ini adalah rumah yang menjadi kenangan masa kecilnya hingga menginjak remaja sebelum dipersunting brahma yang sayangnya statusnya kini menjadi calon mantan suaminya.
Kaki jenjangnya memasuki pintu besar rumahnya sambil menggendong jeano, dan tangan kanannya menggandeng william sang anak sulung yang turut menggandeng adik pertamanya athala.
"Papa, mama, selamat malam" sapanya saat memasuki rumahnya dan melihat kedua orang tuanya tengah bersantai di ruang tamu.
"Opaaa, Omaaa" willian menyapa dengan semangat, lalu berlari kencang menghampiri opa dan oma nya yang sedang duduk di sofa ruang tamu."Kakak, jangan lari! Steffi ada apa nak, kenapa kesini malam malam seperti ini?" Tanya opa begitu melihat keberadaan sang anak beserta ketiga cucunya. Kemudian beralih melihat koper besar yang ada di sampingnya setelah diantar oleh supir taksi yang tadi membawa anak serta cucunya.
Oma menghampiri steffi, mengambil jeano yang tertidur dari gendongan steffi kemudian menuntun kedua cucunya yang lain untuk ke kamar.
"Papa, maafkan steffi.. maafkan steffi papa" ujar steffi menangis memohon maaf pada sang ayah sambil berlutut di kakinya.
Papa johan membantu sang anak untuk berdiri, lalu didudukkan di sofa ruang tamu yang kebetulan saat itu hanya tinggal sepasang ayah dan anak itu.
Diusapnya punggung sang anak berusaha untuk menenangkan. Setelah merasa keadaan tidak sekacau tadi, papa johan mulai meminta penjelasan. "Ada apa nak? Kenapa kesini malam malam seperti ini? Kenapa kamu menangis sebegitunya? Jelaskan pada papa ada apa sebenarnya?"
Setelah itu steffi menjelaskan semua permasalahan rumah tangganya dengan sang suami kepada papah johan. Steffi menceritakan segalanya tanpa ada yang ditutupi. Mendengar cerita dari sang anak, papa johan merasa murka dan sangat amat kecewa terhadap brahma sang menantu yang telah berani mengkhianati anaknya. Papa johan berjanji akan membuat brahma menyesal telah menyia-nyiakan anak dan cucunya.
"Lupakan saja brahma, nak! Dia tidak pantas kamu tangisi. Biarkan dia bersama dengan wanitanya menikmati kehancurannya setelah ini" kata papa johan berusaha memenangkan steffi agar tidak larut dalam kesedihan yang mendalam. Bagaimanapun juga anaknya tidak pantas disakiti. Anaknya hanya pantas bahagia setelah pengabdian yang telah dilakukan untuk suaminya yang telah mengecewakannya.
Steffi mengangguk menyetujui ucapan papahnya. Ia bertekad akan melanjutkan kehidupannya bersama ketiga anaknya tanpa Brahma disisinya lagi. Ia sudah ikhlas untuk berpisah dengan sang suami setelah apa yang telah diperbuat kepada dirinya.
*
*
Satu bulan setelahnya
*
*Pagi itu steffi sedang berada di kebun bunga milik sang mama, mama elsa. Steffi sedang merapikan bunga-bunga di taman saat itu. Ia dan sang mama memiliki hobi yang sama yaitu berkebun. Keduanya sangat suka dengan bunga, terutama bunga lily ungu dan mawar kuning. Taman itu berada di halaman samping rumah, seluruh wilayah taman dipenuhi dengan bunga lily dan bunga mawar dengan berbagai warna.
Steffi teringat empat hari lagi adalah sidang putusan perceraiannya dengan brahma sang suami. Hatinya sedih memikirkan sebentar lagi ia akan benar benar melepas ikatan dengan brahma. Yang membuatnya lebih sedih lagi, ia memikirkan nasib ketiga anaknya yang masih membutuhkan figur seorang ayah dalam masa pertumbuhannya.
Memang sampai saat ini ketiga anaknya belum ada yang mengetahui kalau daddy dan mommy mereka akan berpisah. Beberapa hari setelah mereka pindah ke rumah papa johan, william anak sulungnya selalu bertanya kenapa ia dan adiknya harus pindah kerumah oma dan opanya. Dengan sabar steffi menjawab bahwa daddy mereka akan ada kerjaan di luar negeri sampai waktu yang lama jadinya mereka pindah selama sang daddy pergi bekerja.
Sibuk dengan lamunannya, steffi mendengar suara perdebatan di halaman depan. Ia segera masuk dan menemukan sosok suaminya atau mantan suaminya sedang berdebat dengan sang papa.
Brahma yang melihat sosok wanita yang dicintai melihatnya ada disana ingin segera memeluknya, menjelaskan segala yang membelenggu dihatinya tanpa ada yang ditutupi. Namun, steffi langsung berlari ke arah belakang seperti enggan menemui dirinya.
"Pa, biarkan aku bertemu dengan istriku dan anak anak ku sebentar pa. Aku merindukannya. Aku mau menjelaskan semuanya, tapi papa tutup semua akses aku untuk berkomunikasi dengan steffi. Berkali kali aku berkunjung juga papa selalu mengusirku melalui bodyguard papa yang berjaga di depan gerbang. Pa,, aku merindukannya. Izinkan aku bertemu dengannya pa" Brahma bersimpuh memeluk kaki papa johan sambil menangis memohon izin bertemu dengan steffi.
Sedangkan steffi sekarang sedang ditemani oleh mama elsa dan berada di kamar miliknya. Tadi steffi langsung berlari ke arah kamar mandi karena merasakan mual. Sebenarnya ini sudah dirasakannya mulai seminggu yang lalu. Karena menganggap ini hanya karena masuk angin saja jadi ia hanya membiarkannya saja.
"Ma, mual banget" keluh steffi lalu berlari menuju ke arah kamar mandi. Ia kembali memuntahkan isi perutnya. Karena merasa sangat lemas, akhirnya steffi ambruk di depan wastafel.
"Astaga nak, steffi! Steffi! Bangun nak!"
"Papaa!! Pa, tolong pa!" Mama berteriak berusaha memanggil papa johan untuk membantu mengangkat steffi dan membawa ke rumah sakit.
Papa johan yang mendengar teriakan sang istri yang berasal dari lantai dua pun berlari menghampiri istrinya. Ia berlari menaiki tangga bahkan melupakan adanya lift di sudut ruangan. Brahma yang merasa khawatir ikut menyusul papa johan ke lantai dua.
"ASTAGA! Steffi! Ada apa?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel
Fanfiction"Semua sayang adek, jadi adek harus kuat ya sayang" Si bungsu kesayangan keluarga Brahmana yang selalu dijaga. Bagaimana tidak, lahirnya ia adalah sebuah harapan semua keluarganya. Harapan untuk mengembalikan sebuah keluarga yang hampir retak. Lanta...