Seperti Malaikat Penolong

1.1K 49 2
                                    

Sekarang sudah empat hari sejak Steffi bangun dari operasinya. Sudah empat hari pula ia dan sang suami tidak bisa menemui bayinya karena kondisinya yang belum stabil. Selama itu pula, Brahma dan Steffi berusaha menguatkan hatinya untuk menerima kondisi bayinya yang bisa dibilang tidak baik baik saja. Malam itu, setelah Steffi bangun dokter menjelaskan perihal kondisi anaknya. Dokter Danu mengatakan bayi mereka mengidap kelainan jantung. Hati keduanya hancur setelah mendengar pernyataan itu dari dokter yang merawat anaknya. Tapi mereka akan menerima dengan lapang dada apapun kondisi sang anak.

"Sayang, aku bawa kabar bahagia buat kamu. Buat aku, dan buat kita semua. Adek sudah bisa dijenguk. Dokter bilang, kondisi adek sudah mulai membaik. Saturasi oksigen dan nadinya perlahan mendekati normal. Tapi kita cuma bisa jenguk adek dua kali dalam sehari, dengan waktu tiga puluh menit. Gapapa ya, sayang? Yang penting kan kita bisa lihat adek" Brahma menyampaikan kabar bahagia ini untuk sang istri. Tadi dia sudah banyak mengobrol dengan dokter serta suster yang ada di ruang NICU, menanyakan serta mendiskusikan perihal perkembangan kondisi anaknya. Dokter dan suster disana mengatakan bahwa kondisi anaknya sudah membaik. Sudah boleh dijenguk dengan waktu yang telah ditentukan yaitu tiga puluh menit dan dibatasi hanya dua orang saja yang boleh menjenguk.

"Kamu nggak bercanda kan sayang? Kita beneran udah boleh liat adek? Mas, hiks aku bahagia. Bahagia sekali, hiks!" Steffi memeluk sang suami dengan tangis haru yang mendominasi. Ia bersyukur karena ia akan segeran melihat anak bungsunya.

"Iya sayang, aku serius. Aku juga bahagia sekali mau lihat adek. Rasanya aku ga sabar pengen gendong dia, pengen peluk dia, pengen ciun dia. Pasti lucu banget kan anak kita, sayang? Oh iya, aku juga mau sampein sesuatu ke kamu. Aku, sudah siapkan nama untuk adek, anak bungsu kita. Kamu mau dengar?" Steffi mengangguk antusias tidak sabar mendengar nama anak bungsu yang telah sang suami siapkan.

"Baiklah, namanya Kelana Mikha Angelo Alexander Bimantara. Bagus kan?" Steffi kembali mengangguk antusias setelah mendengar nama yang telah disiapkan oleh sang suami.

"Artinya apa, sayang?"

"Bayi laki laki sebagai malaikat penolong" Steffi tersenyum mendengar arti dari nama anak bungsunya. Suaminya ini pandai sekali merangkai nama - nama indah.

Sebelum Steffi berbicara Brahma lebih dahulu menyela "Karena hadirnya dia seperti malaikat yang menolong kita. Karena adanya dia, kita jadi seperti ini. Kembali bersama, dan bahagia selamanya" Steffi lantas memeluk suaminya ini. Air mata juga meluncur dari kedua mata indahnya. Terharu mendengar kata kata indah dari sang suami yang begitu ia sayangi.

Brahma melepas pelukan terlebih dahulu. "Ayo, aku bantu. Kita harus cepat - cepat ketemu adek. Adek pasti udah nungguin kita. Emm, maksut aku adek mikha, hehe"

Keduanya berjalan menuju ruang NICU dimana terdapat putra bungsu mereka disana. Brahma membantu Steffi berjalan karena kondisinya masih sedikit lemas. Dan istrinya itu menolak untuk menggunakan kursi roda.

"Silahkan tuan, nyonya. Disebelah sini" suster mempersilahkan mereka masuk dan menuntuk mereka ke arah sebuah box kaca yang terdapat anak bungsu mereka di dalamnya. Steffi dan Brahma sama sama tidak bisa membendung rasa bahagianya begitu melihat sang anak ada dihadapan mereka. Selain itu juga, mereka sedih tubuh yang sangat kecil itu dipenuhi banyak kabel dan selang dari atas kepala hingga ujung kakinya.

 Selain itu juga, mereka sedih tubuh yang sangat kecil itu dipenuhi banyak kabel dan selang dari atas kepala hingga ujung kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adek Mikha waktu di NICU

"Adek, mommy datang sayang. Mommy rindu sekali dengan adek. Adek harus segera sembuh ya nak. Mommy mau peluk adek, memangnya adek nggak mau dipeluk sama mommy?" Air mata Steffi sudah tidak bisa lagi dibendung. Ia bahagia dan sedih melihat kondisi putra bungsunya saat ini.

"Mikha, adek suka namanya? Daddy udah pikiran nama adek dari lama. Kelana Mikha Angelo Alexander Bimantara, itu nama adek. Adek suka, nak?" Brahma dan Steffi sama sama menggenggam tangan mungil sang anak.

"Suster, boleh dibuka penutup matanya?" Brahma bertanya berharap suster dan dokter disana mengizinkan. Ia sangat ingin meluhat mata indah putra bungsunya ketika membuka mata.

Suster mengangguk lalu membuka penutup mata yang menutupi kedua mata indah itu. Entah karena ikatan batin atau hanya kebetulan, tak lama kemudian mata sang anak terbuka untuk pertama kalinya. Suster dan dokter pun sampai tidak percaya bahwa bayi itu telah benar benar sadar. Lantas digenggamnya jari kedua orang tua yang sedari tadi memegang lembut tangannya.

"Anak tuan dan nyonya sangat kuat. Hebat sekali, ini kemajuan yang sangat bagus. Putra tuan, dan nyonya sudah sadar sepenuhnya"

Keduanya mengeluarkan tangisan haru, mereka percaya bayi mereka, putra bungsu mereka akan segera membaik dan akan segera berada di dekapan mereka.
.
.
.
.
.
.
.

Keduanya mengeluarkan tangisan haru, mereka percaya bayi mereka, putra bungsu mereka akan segera membaik dan akan segera berada di dekapan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Little AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang